Part 135

4.9K 610 65
                                    

Hari ini Byakta bisa pulang tepat waktu, dan menghabiskan waktunya bermain dengan putranya. Byakta membiarkan istrinya istirahat dari mengawasi Taya.

Kesibukannya di kantor membuat waktu bersama putra gembulnya sedikit berkurang. Hanya mendengar cerita dari istrinya saja. Byakta tidak menyia-nyiakan waktunya dan memilih bermain bersama Taya daripada istirahat.

Bahagia itu sederhana, seperti mendengar celoteh Taya yang tak berkesudahan.

" Abang sudah jam sembilan. Tidur yuk nak."

" Bobo sama Ayah?"

" Iya, nanti kita baca cerita. Abang mau cerita apa?"

" Bobo kamal Taya?" Tanyanya lagi ingin tahu.

" Iya dong, Taya sudah besar kok. Tidur sendiri, Ayah atau Mama temaninnya sampai Taya tidur."

" Ayo mau celita fileman." Taya kabur ke kamar setelah mereka merapikan mainan yang tadi dibongkar.

Merapikan kembali mainan itu wajib hukumnya. Soalnya Taya takut Dinonya hilang. Taya pernah tidak merapikan mainan lalu besoknya Dino Taya hilang satu.

" Fileman apaan?" Tanya Byakta heran, menyusul Taya yang sudah siap untuk ritual sebelum tidur.

" Ihh Ayah ndak kelen, Taya tahu fileman kok. Ayah ndak tahu."

Aduh bocah gembul itu keliatan jumawa sekali menjawab ayahnya. Dasar bocil narsis.

" Makanya Abang kasih tahu Ayah."

" Itu loh Ayah, fileman. Bawa tluk melah-melah. Nanti ada kebakalan telus ada fileman deh." jelas Taya antusias.

Hari ini Taya mau cerita itu pokoknya.

" Oh fireman, pemadam kebakaran."

Akhirnya Byakta bisa memahami maksud putranya itu. Taya saja sok pengen keren.

Setelah ritual sebelum tidur selesai Byakta memposisikan dirinya berbaring disamping putranya. Mengambil buku mengenai fireman seperti keinginan Taya.

" Ini fileman, nanti ada api telus datang filemannya. Semplot pakai ail dalam tluk melah. Keren kan Ayah."

" Iya keren. Tapi fireman juga selain bertugas memadamkan kebakaran, mereka juga bisa menyelamatkan korban bencana alam loh, terus juga misalnya rumah kita diserang tawon petugas kebakaran bisa membantu."

" Taya mau jadi fileman. Kelen nanti bisa tolong banyak olang kan Ayah?"

Taya berganti cita-cita sering sekali, tergantung lagi menyukai apa.

" Boleh kok, Abang bisa jadi apa saja nanti yang Abang suka."

" Mau jadi fileman. Bial bisa main ail banyak-banyak. Nanti semplot-semplot deh."

Sepertinya Taya punya misi tersendiri mengenai berganti keinginannya akan suatu profesi.

" Konsepnya nggak gitu yah." Byakta gemas sekali dengan putra gembulnya itu.

" Nanti kalau jadi fileman bajunya walna led led sama olange kan ayah?"

" Iya warnanya ada yang red, yellow, ada yang grey, black juga kok. Ummm ini ada gambarnya."

Byakta menunjukkan beberapa warna baju pemadam kebakaran dari buku yang mereka baca.

" Kenapa bajunya harus tertutup Bang?"

" Ummm kata Mama bial ndak kena api. Nanti ndak luka loh Ayah. Ayah ndak tahu yah?" tanyanya sok sekali.

Yasalam padahal ayahnya kan hanya menguji dia saja.

" Tahu Bang, Ayah nanya saja."

" Fileman bobo ndak Ayah?"

" Tidur juga kok Nak, kaya Abang kan harus bobo juga biar pagi nggak telat bangunya."

" Kalau fileman takut api ndak Ayah?"

Taya memiringkan tubuhnya, masuk dalam dekapan ayahnya. Huh Taya paling suka kalau dibacakan cerita begini.

" Fireman tuh pemberani, mereka menyelamatkan banyak orang. Nah fireman juga ada latihan biar bisa berani kalau ada kebakaran, jadi tahu harus apa saja."

" Telus fileman tinggal mana?"

" Ada rumahnya dong. Nah fireman itu pekerjaan, jadi nanti pulang ke rumah juga deh. Punya keluarga, ada Ayah sama Mama juga kayak Taya."

Taya mengangguk mengerti.

Malam mereka masih dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang tak berkesudahan.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang