Part 65

6.9K 601 42
                                    

" Ayah ndak belenang yah?"

Taya menyadari jika hari ini Ayahnya belum keluar dari kamar sedari tadi. Padahal seharusnya agenda mereka hari ini adalah pergi berenang.

" Ayah lagi demam Bang. Kecapean, berenangnya libur dulu yah." Baheera menghalau Taya yang ingin mengguncang tubuh ayahnya agar segera bangun.

Taya biasanya membangungkan Ayahnya dengan brutal, tidak ada manis-manisnya sama sekali.

" Ayah sakit yah?"

Taya bertanya dengan suara kecil, tatapan polosnya begitu murni. Taya terlihat menggemaskan sekali ketika seperti ini.

" Iya, tapi tenang saja, nanti juga sembuh kok. Ayah perlu tidur saja, sudah minum obat juga. Abang jangan lompat-lompat di tempat tidur yah." pinta Baheera lagi. Memastikan kalau Taya tidak akan melakukan sesuatu yang tak terduga untuk menarik perhatian ayahnya.

" Taya tunggu Ayah sini boleh?"

Bocah gembul itu bertanya dengan polos, belum lagi binar matanya penuh kesungguhan.

" Boleh kok, tapi ingat pesan Mama yah. Mama tinggal cuci sama jemur pakaian dulu. Nanti kalau Ayah bangun bisa panggilin Mama?" jelas Baheera memberikan syarat dan ketentuan berlaku.

" Pesan apa?"

Yaallah, gemas sekali Baheera dengan putranya ini. Baru juga di kasi tahu.

" Tidak boleh lompat-lompat di kasur, kalau Ayah bangun panggil Mama." jelas Baheera lagi dengan penuh kesabaran.

Ingat tidak boleh marah.

" Hu'umm.. Taya jaga Ayah sini."

Baheera memastikan sekali lagi, mungkin lebih tepatnya meyakinkan diri sendiri kalau Taya akan jadi anak manis. Ia tak berani menduga hal apa yang akan di lakukan putranya itu untuk membuatnya terkejut.

Bukannya tidak percaya, namun ia paham betul kalau Taya dan sunyi adalah kombinasi yang mencurigakan.

Pada akhirnya Baheera membiarkan saja Taya di kamar mereka. Paling apa sih yang bisa di lakukan bocah tiga tahun itu.

Baheera meninggalkan kamar dengan tak yakin, namun cucian dan jemurannya tidak akan kering kalau hanya memastikan Taya bermain dengan aman dan penuh pengawasan.

Setelah hampir 2 jam Baheera meninggalkan Taya di kamar, selama itu ia tidak mendengar suara yang aneh. Misalnya teriakan heboh putranya itu memanggilnya.

Aman, pikirnya bersyukur.

Namun kelegaan yang tadi ada tidak bertahan lama.

Kekhawatiran Baheera sebelumnya benar terbukti.

" Mama sudah selesai?" begitu melihat Mamanya ada di depan pintu kamar membuat Taya menghentikan kegiatannya.

" Sudah. Abang lagi ngapain?"

" Ini Mama, bikin balisan balisan. Plajulit." jelasnya dengan senyuman manis.

Aduh bagaimana mau marah jika putranya manis begini.

" Buat apa Bang?"

Baheera menatap kamarnya dengan miris. Penuh mainan Taya, dari Dino, Hewan-hewan, mainan prajurit, Mobil-mobilan, lalu kereta-kereta. Semua mainan tersebut mengelilingi tempat tidur.

Membentuk dua barisan rapi mengitari ranjang tempat tidur. Benar-benar rapi.

" Jaga Ayah Mama. Kan Ayah sakit, ini, ini, ini, ini semuaaaaa ini jaga Ayah."

Taya menunjuk mainannya yang sudah ia susun rapi itu untuk menjaga Ayahnya yang sedang sakit.

" Habis ini kita rapiin yah Bang.." pinta Baheera lembut.

Sejujurnya ia terharu atas perhatian putranya itu, tapi disisi lain ia juga gemas karena harus merapikan semua mainan milik Taya.

" Ndak mau...." tolak Taya cepat. Ia tidak suka ide itu.

Masa harus di bongkar sih benteng yang sudah ia buat. Ini akan menjaga Ayahnya yang sedang tidur.

" Maksud Mama nanti kalau Ayah bangun kita rapiin yah. Kan sudah selesai tugas mainannya. Mobilnya mau parkir yang benar juga nanti. Lalu Dino juga mau istirahat. Oke?"

Baheera menganti strategi untuk membujuk Taya, tidak dengan paksaan tapi dengan bujukan halus.

" Tunggu Ayah bangun."

" Iya, tunggu Ayah bangun yah."

Putus mereka final setelah saling sepakat.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang