Part 7

14.8K 861 3
                                    

" Mama, Taya bantu Mama yah."

Baheera menoleh, mendapati putranya sudah memakai sepatu bot lengkap dengan baju jas hujannya.

Wajahnya penuh binar, ingin ikut bermain main air.

Alibi saja mengatakan jika ingin membantu mamanya.

Baheera tentu saja paham keinginan putranya itu.

" Wah, terimakasih yah sudah mau membantu mama menyiram tanaman. Tapi mama sudah mau selesai loh Bang."

Ada yang tahu tidak jika Baheera juga tidak kalah usil dari suaminya itu.

Menggoda putranya memang menyenangkan sekali. Taya terlihat menggemaskan saat seperti ini.

" Taya bantu Mama." anaknya masih kukuh ingin membantu.

Mulia sekali tujuannya, padahal ada niat terselubung dalam hati tuh.

Tentu saja Baheera lebih paham sih sama niat anaknya itu. Ya Tuhan menggemaskan sekali.

" Abang tunggu Mama saja. Sudah mau selesai loh Bang."

Baheera dapat melihat wajah sedih putra lucunya itu. Menggemaskan. Mungkin saja nanti akan ada air mata yang mengalir sebentar lagi.

" Taya mau bantu Mama." ujarnya terisak pelan.

Taya kan sudah rapi. Memakai jas hujan dan sepatu bot. Pokoknya sudah siap tempur dan bermain air.

Mamanya tidak memberi ijin.

Taya kan anak penurut. Kalau mama bilang jangan main harus nurut, soalnya Taya pernah bantah lalu sakit karena keasikan main hujan. Padahal mama sudah melarang main hujan.

Tapi, main air itu asik.

Baheera tidak tahan melihatnya. Terkekeh kecil menyadari jika sudah ada air mata yang mengalir di pipi milik putranya tersebut.

" Oke, Taya boleh siram rumput saja yah." Baheera memberi penawaran.

" Yaii Mama."

Astaga, Baheera menggeleng-gelangkan kepala takjub. Perubahan mood putranya itu luar biasa sekali yah.

Padahal tadi sudah memasang wajah sedih penuh penderitaan karena penganiayaan. Namun sekarang wajahnya sudah berseri bak mendapatkan hadian mobil mewah.

" Yai Taya bantu-bantu mama silam silam lumput."

Baheera memberikan selang air itu kepada Taya. Biarkan saja dia main air. Sebentar lagi juga waktunya Taya untuk mandi sore.

" Mama tinggal masuk sebentar yah, mau simpan ini dulu. Siramnya sedikit-sedikit saja yah."

" Iya mama."

Taya sudah tidak peduli lagi dengan apa yang dikatakan oleh mamanya itu.

Tentu saja dia dengan sengaja membuat genangan air dibagian tertentu dan melompat-lompat di atasnya.

Jangan lupa dengan selang air yang masih setia dipegang dengan air yang mengalir.

" Wah wah wa..., Hujaaan...." Pekiknya gemas.

Taya mengarahkan selang air ke atas dan membuat simulasi hujan.

Bocah dengan imajinasi luar biasanya.

" Hujan... yaiii....." Tentu saja kelakuannya semakin menjadi.

Percuma saja jas hujan dan sepatu botnya itu. Dia tetap saja basah dengan sengaja.

Taya kan suka air. Jadi ini menyenangkan.

" Kalau hujan ada cacing."

Taya menggeletakkan selang air yang masih mengalir itu dengan sembarang. Tujuannya sekarang membuat rumput mamahnya basah biar banyak cacing.

Dengan gesit kaki mungilnya lari ke samping rumah, mencari sekop mainan yang sengaja ia simpan di sana.

"Taya..." Taya bisa mendengar suara mamanya memanggil.

Ingin menyahut tapi sekopnya  belum ketemu. Kalau mama lihat pasti tidak jadi ambil.

" Nataya..." sekali lagi.

Baheera tentu saja sudah menebak dimana putranya itu. Nanti juga akan muncul dari samping pikirnya.

Baru beberapa menit saja meninggalkan Taya sendiri rumput di halaman belakang rumahnya sudah basah semua. Benar benar semua basah. Halaman belakang rumah mereka memang tidak terlalu luas, namun cukup untuk area bermain bola mini dan beberpa permainan yang memang sengaja ada di sana.

" Taya, ayo mandi yuk Bang."

Taya muncul tidak lama dengan sekop ditangannya.

" Mau main mama."

" Sudah sore loh Bang, mandi sekarang saja. Sebentar lagi Magrib."

" Taya mau gali-gali mama."

" Mandi hujan di kamar mandi saja mau? Gali-gali nanti hari minggu sama Ayah."

" Mau gali sekarang Mama..." Kukuhnya tidak ingin di bantah.

Sudah tinggalkan saja drama ibu dan anak yang akan sangat lama.

Proses bujuk membujuk ini butuh energi.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang