Part 109

5.7K 676 122
                                    

" Om Angga.. Om Angga.."

Taya berlari memasuki pekarangan rumah  tetangga favoritnya itu. Melihat Om Angga sedang duduk dengan seorang perempuan.

Tidak biasanya.

Taya menyipitkan matanya penasaran.

" Abang sudah ijin Mama ke sini tadi?"

Angga menyambut tamu kecilnya dengan senang. Taya itu hiburan tersendiri untuk keluarga mereka. Mamanya Angga paling senang kalau Taya main ke rumah.

" Sudah. Antal Mama kesini." jawabnya senang.

Taya melirik perempuan yang duduk diteras rumah om favoritnya penuh minat. Baru pertama kali melihatnya.

" Om Angga menikah yah?"

Pertanyaan polos Taya diluar dugaan. Darimana coba ide itu berasal.

" Belum kok. Kenapa Abang tanyanya begitu?"

" Ada pelempuan lumah Om Angga. Ndak menikah yah?" Taya bingung.

Emmm seingat Taya kata mamanya kalau menikah itu tinggal bersama. Tapi apakah om Angganya tinggal bersama atau tidak yah.

Taya lupa tanya soal itu.

" Hahahahahaha, nggak Bang. Ini teman Om Angga. Kenalin dong sama Aunty Naya."

Angga menyuruh bocah gembul itu untuk salim dan kenalan dengan Naya. Sikap malu-malu Taya sangat menggemaskan sekali.

" Kok lumah Om Angga?" tanyanya penasaran. Baru pertama kali lihat kok, wajar saja penasaran.

" Kan main saja Bang. Kayak Abang suka main kesini kan? Tapi nggak menikah kok." jelas Angga dengan sabar.

" Ndak tinggal sini kan yah?" Taya memastikan lagi. Mata bulatnya menatap Om Angga dengan penuh tuntutan.

Harus dijawab rasa penasarannya.

" Iya, main saja kok. Teman. Kan harus berteman dengan siapa saja. Jadi Aunty Naya nggak tinggal disini. Aunty Naya punya rumah kok. Abang lihat mobil depan sana?"

" Huuh, putih-putih. Palkil depan lumah."

" Mobil Aunty Naya. Rumahnya jauh."

Taya menggangguk paham. Sepertinya puas dengan penjelasan om Angga.

Sok dewasa sekali.

" Ndak menikah kaya Mama sama Ayah?" tanyanya untuk kesekian kalinya.

Entah keyakinan seperti apa yang Taya butuhkan.

" Nggak kok. Ayo kenalan dulu sama Aunty Naya, salim yah Bang." Angga mengingatkan kembali Taya agar salim dan berkenalan dengan temannya itu.

Gemas sekali dengan Taya.

Ada-ada saja. Jadi hiburan tersendiri.

" Salim Anteu Naya.." Taya mengulurkan tangannya untuk salim.

" Wah pintarnya. Siapa namanya?" Naya mengusap kepala Taya gemas. Terlihat lucu sekali.

" Taya Anteu." jawabnya malu-malu. Melipir kembali didekat kaki Om Angga.

" Abang sudah sarapan?" Mengelus rambut Taya dengan sayang.

" Sudah. Mama masak kok di lumah, yummi. Taya mau main sama Pakdhe. Ada bulung sama ikan. Pakdhe boleh lihat."

Taya menjelaskan tujuannya ia bermain kesini tanpa diminta sama sekali.

Tadi ia ingin langsung masuk, tapi karena melihat Om Angga dan Aunty Naya ia jadi ikut penasaran.

" Taya kedalam yah. Panggil Pakdhe, pasti Budhe juga senang Taya main kesini. Om antar yah." Angga menawari bocah gembul itu untuk masuk kedalam rumah.

" Ndak antal. Taya sudah besal kok, bisa sendili." tolaknya cepat.

Taya itu gengsi.

Dasar bocah.

Taya berlari kedalam, mengabaikan ucapan Angga agar hati-hati dan pelan-pelan saja.

" Pakdhe.... Pakdhe, Taya datang..." teriak Taya heboh. Suaranya masih saja terdengar dari depan.

" Eh itu tetangga kamu Ngga?" Naya penasaran dengan sosok gembul menggemaskan itu.

" Iya, rumahnya samping tuh. Baru tiga tahun, suka main ke rumah kalau lagi libur. Lucu banget tahu dia."

" Iyaa buktinya bilang kita nikah. Hahahaha nggak nyangka anak usia segitu udah punya pertanyaan ajaib." decak Naya heran.

Luar biasa sekali tetangga Angga itu.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang