Part 33

8.3K 572 10
                                    

" Jangan pake itu lah Bang. Malu nanti.."

Byakta terus membujuk Taya yang keras kepala. Sedangkan bocah gembul itu mengabaikan bujukan ayahnya. Tidak merubah sedikitpun pendiriannya.

Sedangkan Baheera yang melihat interaksi ayah anak itu meringgis geli. Sebagai ibu ia paham kalau putranya itu tidak akan mempan dibujuk rayu begitu. Kecuali memaksanya dengan akhir yang penuh drama.

Namun di sisi lain, Baheera memahami rasa gemas nan malu milik suaminya itu. Bukan malu karena Taya namun terkadang rasa posesif anak kecil dengan hal yang di sukainya luar biasa.

Khas Taya sekali. Keras kepala.

" Ndak kok. Taya ndak malu. Ini bagus Ayah." Taya keki tentu saja. Ayahnya tidak memahami dirinya.

Nggak asik.

" Bang, tapi itu baju hujannya jangan dipakai. Panas juga kali. Terus juga itu kalung rantai gitu Abang ketemunya dimana sih?"

Taya tentu saja bangga dengan pilihan pakaiannya. Mana peduli dia kalau ayahnya malu.

Ini keren kok menurut Taya.

Pokoknya Taya suka pakai jas hujannya. Apalagi warnanya kuning gonjreng.

Sedangkan kalung rantai ia menemukannya di laci tivi ruang keluarga. Taya dan hobby membongkarnya membuahkan hasil.

" Ndak panas Ayah. Taya suka. Bagus kan Mama?" melirik mamanya meminta dukungan. Ia suka dengan pilihannya.

" Abang suka? Tapi Ayahnya nggak suka tuh Bang." goda Baheera senang.

Sedangkan Taya cemberut sebal. Melirik ayahnya tidak suka. Bibirnya mengerucut kesal.

Menggemaskan.

" Taya suka. Ayah jelek." pekiknya marah. Ia kesal.

" Tapi Ayah malu Bang kalau pergi main pakai ini ke depan sana. Nggak jajan ke depan kalau Abang pakai ini."

" Tapi Taya suka Ayah." mata bulatnya sudah mulai mengembun. Walaupun ia keras kepala kalau tidak diajak jajan Taya juga bisa sedih.

Taya nggak suka kalau nggak diajak.

" Tapi sekarang lagi nggak hujan loh Bang. Masa pakai jas hujan." Byakta masih saja tidak kehilangan akal. Rasanya aneh sekali membiarkan putranya harus berkeliaran dengan jas hujan dan kalung super aneh yang ditemukan putranya itu.

" Ndak boleh pakai ini?" tanyanya memelas. Ia terlanjur suka jas hujannya, dan Taya ingin memakainya.

Kan kasian kalau tidak dipakai.

" Mama pakai ini saja. Taya mau ini. Huwaaaa hiksss Ayah jelek. Taya mau baju ini. Hikss huawaaa Mama...." teriaknya tidak terima.

Jurus terakhir kalau tidak dituruti keinginannya itu dengan menangis.

Biasanya ampuh. Tapi kalau sama mama suka tidak ampuh terkadang.

" Yasudah pakai saja. Tapi pergi sama Ayah yah. Mama mau di rumah saja."

Byakta mendelik matanya keki mendengar istrinya menjawab seperti itu. Sia-sia sudah bujukannya sedari tadi. Taya kalau sudah mendapatkan dukungan akan semakin jadi.

Keras kepala.

" Mama ikut. Mama ikut Ayah..."

" Tuh Mama aja nggak mau ikut Bang kalau masih pakai jas hujan ini. Kalungnya lepas aja yah. Malu tuh Mama."

Pokoknya Taya nggak boleh jelek kalau keluar. Turun sudah pamornya nanti jadi hot daddy pikir Byakta masam. Apalagi perginya sama dirinya, apa kata orang namti.

" Ndak pakai kalung, tapi pakai baju ini."

Ada yang tahu kalau Taya pintar negosiasi? Bocah tiga tahun yang belajar banyak dari orangtuanya untuk tawar menawar.

Baheera tertawa geli mendengar putranya, sedangkan Byakta tak habis pikir.

Bisa-bisanya Taya punya kelakuan seperti ini.

" Jalan ke depan nggak pakai ini, atau pakai ini nggak usah main ke depan." putus Byakta final.

" Mau pakai ini, jajan depan Ayah. Boleh?" Mata bulatnya berbinar penuh permohonan.

Baheera menggeleng kepalanya geli. Ia yakin melihat interaksi ini akan dimenangkan putranya. Suaminya pasti akan luluh juga nanti melihat tatapan penuh binar seperti itu.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang