Part 54

7K 597 24
                                    

" Mama.... mau main." pekik Taya sebal. Terus  berteriak meminta perhatian mamanya.

" Ayo bobo siang yuk Bang. Tadi janjinya mau bobo siang."

Baheera menepuk ranjang di sampingnya, meminta Taya untuk berbaring bersamanya.

Putranya itu masih kelebihan tenaga, masih segar. Tidak ada tanda-tanda ingin tidur siang sama sekali.

" Mama tinggal bobo nih Bang."

Baheera pura-pura memejamkan matanya dan tertidur.

" Mamaa......" pekik Taya lagi.

Taya masih ingin bermain bersama mamanya. Kenapa disuruh tidur siang. Kan Taya  belum mengantuk.

Melihat mamanya tidak memberikan reaksi sama sekali, bocah gembul itu tak kehabisan ide sama sekali.

" Hap... Mamaa ayo bangun.." Taya melompat ke arah perut mamanya. Membuat mamanya berteriak kesakitan.

" Yaallah... Aaaaaa akhhh...." Baheera memekik kaget. Rasanya sakit sekali hingga tak tahu lagi harus bagaimana.

Perutnya terasa ngilu sekali.

" Mama...." cicitnya takut-takut.

Taya memanggil pelan, melihat mamanya kesakitan membuatnya merasa bersalah.

Taya segera saja bangun dari perut mamanya, duduk di samping dengan perasaan bersalah dan takut.

" Huwaaaa Mama.... Sakit, Mama.... hiks.... huwaa...." melihat mamanya kesakitan seperti itu membuatnya menangis karena takut dan merasa bersalah.

Air matanya langsung saja turun dengan sendirinya. Mengalir deras.

" Abang, sakit loh perut Mama." Baheera masih memegang perutnya yang telah diduduki Taya tadi.

" Mama sakit... Huwaaaa Mama..... sakit...." tangisannya semakin kencang, perasaan takut membuat membuat mamanya terluka begitu mendominasi.

" Sakit Bang. Abang kenapa lompat ke perut Mama?" tanya Baheera lagi.

Aduh rasanya mau memarahinya saja, tapi anak sendiri pula.

Dilema.

Belum lagi melihat putranya menangis begini makin tidak tega. Walaupun perutya masih saja menyisakan nyeri dan sakit.

" Huwaaaa hiksss..... Mama....."

Taya semakin merasa bersalah. Ia membuat mamanya kesakitan seperti itu.

" Mama..... ndak boleh sakit. Hikksss Taya janji ndak lompat pelut Mama." Janjinya cepat.

" Coba sini tangan Abang, pegang perut Mama. Sakit." Baheera membawa tangan mungil Taya ke arah perutnya.

Taya perlu tahu bahwa apa yang ia lakukan itu bisa saja melukai orang lain. Bahwa perbuatannya itu tidak baik. Ia perlu tahu agar kedepannya tidak melakukan hal tersebut ke orang lain.

" Mama, janji ndak nakal lagi. Hiks, hiks, jangan sakit. Ndak lagi Mama. Janji..." janjinya terbata-bata.

" Mama sakit Bang. Huhuuhuhuhu..." Baheera pura-pura menangis, agar putranya semakin merasa bersalah.

Jahil sekali.

Memang sakit kok.

" Mama, ndak boleh sakit. Huwaaa ndak nakal lagi, jadi anak sholeh." janjinya masih dengan isakan. Tidak lupa ia mengulurkan kelingkingnya untuk pingky promise dengan mamanya.

" Jadi anak sholeh yah? Anak baik?" Pinta Baheera.

" Huumm, janji." anggungnya imut, tidak lupa air matanya masih mengalir di kedua belah pipi gembulnya.

" Sini peluk Mama..." Baheera membawa Taya dalam pelukannya.

Menghapus air mata dipipi gembul milik putranya dengan sayang.

" Mama jangan sakit." pintanya lagi.

" Makanya Abang bobo siang yuk." ajak Baheera lagi. Siapa tahu putranya itu berubah pikiran.

" Main sama Mama. Ndak bobo." pintanya imut disertai sisa tangisannya.

Janji anak sholehnya terlupakan begitu saja. Diajak tidur siang susah sekali. Nanti kalau tidak tidur siang Taya suka bangun tengah malam karena tidur dari sore.

" Tapi perut Mama masih sakit Bang. Nggak bisa main. Maafin Mama yah. Mama bobo yah biar sakitnya cepat hilang."

Baheera melepaskan pelukan ala koala mereka. Dan berpura-pura untuk tidur. Mencari posisi nyaman untuk mendukung segala usahanya agar pu

" Ayoo bobo Mama. Taya usap pelut Mama."

Akhirnya bocah gembul ini masuk dalam perangkap mamanya.

" Ayoo sini bobo samping mama." Baheera menepuk sisi kosong sampingnya. Membiarkan putranya mencari posisi nyaman. Dan tangan mungilnya itu mulai mengusap perut mamanya hati hati.

Terkadang drama seperti ini akan selalu terulang, dan sebagai orangtua Baheera perlu menyikapi semuanya dengan baik.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang