Part 114

6.4K 668 158
                                    

" Mama, Taya mau pelihala ini?"

Taya menghampiri mamanya dengan heboh, tangan mungilnya mengepal erat agar hewan peliharaannya tak kabur.

" Pelihara apa?"

Baheera menatap putra gembulnya curiga. Baju bagian depan Taya yang basah serta hewan peliharaan itu bukan kombinasi yang menyenangkan biasanya.

" Ini Mama? Bisa telbang." Pamernya bangga.

Taya mengulurkan tangan kearah mamanya, agar mama bisa melihat peliharaan baru miliknya.

" Astaga, itu kecoa Bang. Buang, buang...." panik Baheera geli.

Entah bagaimana mendeskripsikannya, kecoa itu bau. Dan sekarang Taya dengan bangganya pamer kecoa kearah mamanya.

" Abang buang yah, dapat dari mana?"

Baheera ingin membuang binatang itu, namun Taya lebih sigap. Sepertinya bocah gembul itu tahu kalau mama akan membuangnya sehingga ia sudah ancang-ancang untuk kabur.

" Ada kamal mandi sana. Taya ambil sendili loh, tadi telbang. Taya tangkap sana."

Pantas saja bajunya basah, ternyata ada cerita dibalik itu.

" Itu jorok. Buang yah, itu bau loh."

Kecoa malang itu sepertinya sudah mabuk, Taya tak membiarkannya lepas sedikitpun.

Posesif sekali.

" Ndak mauuu. Mau pelihala ini." tolaknya cepat, tanpa berpikir sama sekali dan langsung menolak permintaan mamanya.

" Kecoa bukan peliharaan. Sini yuk Bang kita buang." bujuk Baheera keki.

Sejujurnya Taya yang sedang keras kepala begini menyebalkan. Maka Baheera perlu kesabaran ekstra.

" Bisa Mama.. Ini nanti Taya pelihala. Lihat ada sayapnya."

Astaga, Taya merentangkan sayap kecoa tersebut dengan kedua tangan mungilnya.

Benar benar tak ada rasa takut sama sekali.

Sedangkan Baheera sendiri sudah meringgis geli dan mual. Aroma yang dikeluarkan kecoa untuk bertahan hidup menguar.

Taya tak merasa terganggu.

Luar biasa.

" Bang itu bau loh. Buang yuk nak. Nggak ada yang jadiin kecoa sebagai peliharaan."

" Ada Mama, Taya mau pelihala.." jawabnya gemas. Taya gemas soalnya mamanya tak mengerti.

Taya kan mau pelihara kecoa.

Sepertinya keren. Kecoanya bisa terbang.

" Abang tahu kecoanya makan apa?"

Baheera mengganti strategi. Jika bujukan tak bisa maka segala cara patut dicoba.

" Tahu dong. Ayah pelnah celita kok. Kecoa maam apa aja. Boleh sayul, eumm boleh sisa maanya Taya, umm minum ail juga. Kecoa maam keltas juga loh Mama. Bobonya ditempat kotol kata ayah." Taya merasa bangga dengan dirinya sendiri, ia bisa mengingat dengan baik apa yang diceritkan ayahnya sebelum tidur.

Baheera sendiri tak habis pikir dengan suaminya, menceritkan kisah kecoa sebagai pengantar tidur. Tak pernah terpikirkan sebelumnya.

" Nah kecoanya bobonya tempat kotor tuh. Banyak kuman. Pasti Ayah cerita kalau kecoa banyak kumannya."

Baheera seperti mendapatkan cela untuk membujuk Taya.

" Tapi mau pelihalaa.." rengeknya kemudian, sepertinya Taya mengingat cerita ayahnya.

" Nggak bisa pelihara. Kotor bang."

" Taya mandiin, nanti ndak kotol deh. Ndak kuman. Pakai sabun, nanti wangi."

Baheera menghela napas pasrah. Ia yakin kecoa itu akan segera mati.

" Keburu mati Bang,  kecoanya nggak mandi yah." jawab Baheera keki.

Taya mengamati kecoa ditangannya itu dengan serius. Taya masih memegang sayap kecoanya agar tak kabur.

" Mama ndak seluuuu..." serunya cemberut.

Harusnya tadi Taya tak perlu kasih tahu mama kalau ia mau pelihara kecoa. Kalau kasih tau suka nggak dikasih ijin.

Payah sekali.

" Ayo buang."

Baheera mengambil tisu dan menyodorkan ke Taya agar segera membungkus kecoanya untuk dibuang.

" Dadah, nanti Taya pelihala lagi yah."

Walaupun tak rela Taya membuang kecoanya ke tempat sampah setelah dipaksa mama bungkus pakai tisu agar tak kabur.

" Ayo cuci tangan, sekalian ganti baju. Abang tangannya bau."

Taya menurut mengikuti mama walaupun tak rela.

Huh tidak seru sekali.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang