Part 140

4.4K 630 88
                                    

" Ayah...."

Taya memanggil ayahnya cemberut. Pasalnya ayah belum pulang padahal sudah malam. Kan Taya mau baca cerita sebelum tidur.

" Iya nak.."

" Ayah mana?"

" Ini Ayah masih lembur Nak. Masih dikantor, kerjanya belum selesai." Byakta berusaha menghibur putranya.

Terlihat sekali wajah cemberut putranya. Menggemaskan sekali.

" Ayah kelja kantol?" Taya bisa melihat ruangan kerja ayahnya. Telihat keren dengan lampu menyala terang.

" Iya nak. Kerja di kantor."

" Ayah..." panggilnya lagi antusias.

" Iya Nak. Kenapa?"

Byakta berusaha memberikan antensinya kepada putranya itu.

" Ayah ada teman sana?" tanyanya penasaran. Pasalnya Taya bisa melihat beberapa teman kerja ayahnya.

" Ada dong. Ada Om Dyast juga, Abang mau ngomong sama Om Dyast?" tawar Byakta kemudian. Soalnya Taya cukup dekat dengan om Dyast.

Salah satu om favoritnya Taya.

" Haiii Nataya..." Sapa Dyast riang. Bocah gembul terlihat menggemaskan sekali dengan kostum tidurnya.

Sudah siap di tempat tidur pula.

Untung saja Baheera bergeser menjauh dari Layar. Hingga hanya Taya saja yang terlihat begitu Dyast menyapa.

" Om kelja lama ndak?"

" Masih lama nih. Taya kok belum tidur?" walaupun Dyast tahu alasannya namun ia tetap bertanya basa basi.

" Mau celita sama Ayah." adunya cemberut.

" Nanti Om Dyast bantu Ayah Taya yah biar cepat selesai kerjanya. Jadi nanti bisa pulang cepat."

" Huuh." angguk Taya antusias mendengar usulan om Dyast.

" Taya ngobrol sama Ayah lagi yah. Bye byeee Taya...." pamit Dyast kemudian.

" Ayah....." panggil Taya begitu melihat wajah ayahnya lagi dilayar.

" Iya Nak." gemas sekali Byakta dengan ekspresi putra gembulnya itu.

" Masih lama ndak?" tanya lagi tak puas.

" Maaf yah Nak, masih lama. Ayah pulangnya malam."

Seketika Byakta merasa rindu dengan putranya. Biasanya jam sembilan malam begini ia bersiap-siap membacakan cerita untuk Taya.

" Ini malam Ayah. Ndak ada matahalinya. Ayo pulang." rengeknya lagi untuk kesekian kali.

" Sabar sayang yah. Abang bobo duluan sama Mama, nanti waktu Taya bangun Ayah sudah di rumah."

Byakta harus menyempatkan menerima telepon dari istrinya disela deadline pekerjaan yang mencekik. Taya tidak akan benar-benap paham.

Walaupun keberadaannya berkurang karena kondisi pekerjaan yang menyita waktu, sebisa mungkin Byakta akan tetap menghubungi istri dan anaknya.

Obat lelah yang paling mujarab.

" Bobo lama ndak? Nanti Ayah sampe lumah jam belapa?"

" Sebelum jam 12 Ayah pulang yah."

" Jam 12 itu belama lama Mama?" tanya Taya ingin tahu.

" Tunggu tiga jam lagi baru Ayah pulang. Kalau jam 12 itu jarum pendek jamnya ada di angka 12, itu ada di atas yang tengah." jelas Baheera sabar.

Taya dengan mode merajuk merindukan ayah terlihat sangat manis.

" Ayah ndak usah kelja aja lah. Bobo lumah aja sama Taya sama Mama." gerutunya sebal.

" Nanti kalau Ayah nggak kerja, Abang nggak bisa beli Dino." Byakta memaklumi setiap protesan Taya.

Wajar saja putranya itu merengek, soalnya beberapa hari belakangan ini Byakta sering lembur. Hal itu menyebabkan waktu bersama mereka terasa kurang.

" Ayah...." gumamnya lagi.

" Abang bobo yah Nak, nanti kalau Ayah sudah pulang bobo sama-sama deh." bujuk Byakta lagi.

" Bobo kamal Taya?"

" Iya di kamar Taya nanti."

" Sama Mama ndak?"

"Iya sama Mama juga." Byakta mengiyakan pertanyaan putranya itu.

Taya sendiri terlihat mengantuk dilayar telepon, namun bocah gembul itu terlihat memaksakan diri untuk terus berbicara dengan ayahnya.

" Mama...." gumamnya mengantuk.

" Iyaa, kita matiin yah video callnya. Abang kan mau bobo, terus Ayah cepat selesai deh kerjanya. Nanti bisa pulang cepat."

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang