Part 125

5K 680 136
                                    

" Halooo.. Hari ini Nataya datang lagi yah."

Taya memegang ujung baju mamanya cemas. Ia selalu saja merasa cemas ketika masuk ke ruang praktek dokter gigi.

" Iya, hari ini Taya mau periksa gigi rutin." Baheera mengambil alih situasi. Melihat Taya yang tak ingin membuka suara sama sekali.

" Ayo kita periksa yuk. Bisa duduk disini."

Dokter Bima membujuk Taya. Pasien kecilnya yang menggemaskan.

" Ndak mauuu.." tolak Taya cepat.

Padahal tadi dari rumah sudah diberitahu mama kalau mau ke tempat dokter Bima.

Taya punya jadwal rutin enam bulan sekali ke dokter gigi. Periksa kesehatan gigi.

" Kenapa? Nataya rajin gosok gigi yah?"

" Ndak mau peliksa. Gigi Taya kelen kok, ndak bolong, ndak sakit."

Waduh padahal Baheera sudah memberikan arahan jauh-jauh hari. Kalau dipikir-pikir Taya tak punya trauma dengan rumah sakit, dengan dokter gigi juga.

Awalnya saja penuh perjuangan. Nanti juga ketika pulang Taya bakal pamer sama ayahnya kalau dia itu keren karena berani dan tidak menangis ketika diperiksa dokter Bima.

Taya juga suka kalau ke tempat dokter Bima, soalnya kalau pulang suka dikasih es krim.

" Hebat yah. Wah pasti giginya sehat yah, Om Dokter bisa lihat nggak?"

" Iya, Taya bisa kasih tahu Dokter Bima kalau Taya rajin sikat gigi. Rapi lagi giginya Taya."

" Wah mau lihat. Coba Om Dokter periksa. Pasti rapi yah Mama giginya Taya. Soalnya Taya rajin sikat gigi."

Proses bujuk membujuk ini biasanya membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit. Dasar Taya saja yang maunya dipuji terus.

Bocah gembul itu akan terbujuk rayu jika diberi pujian.

" Ndak semplot ail kan?" Taya memastikan jika agenda kali ini bukan membersikan karang gigi.

" Coba lihat dulu. Kalau gigi Nataya bagus nanti nggak semprot air."

" Janji?"

" Dokter Bima belum lihat gigi Taya. Harus lihat dulu yah kan Om?"

" Iya, lihat dulu baru tahu."

" Janji yah." mata bulatnya memincing lucu, tanda agar keinginannya dipenuhi.

Pada akhirnya Taya bersedia untuk periksa gigi. Tidak ada drama menangis, tapi Taya dan segala penolakannya membutuhkan waktu untuk membujuk.

" Emmm giginya bagus yah, nggak ada bolong. Nggak sakit kan periksanya? Nataya rajin sikat gigi yah?"

" Taya suka sikat gigi, kalau bangun sama mau bobo sikat gigi telus. Setiap hali loh. Taya pintal."

Taya narsis sekali, suka memuji diri sendiri.

" Pintar yah. Nataya harus rajin sikat gigi, kalau habis makan es krim minum air putih yang banyak."

" Minum melah-melah boleh?"

" Merah-merah?" Dokter Bima bingung, sirup marjan?

" Itu melah-melah. Kaya ada semut loh."

Taya sebal, Om Dokter tidak tahu minuman itu. Taya pernah coba, tapi kata mama tidak boleh minum kalau masih kecil. Tunggu besar.

" Ohh, belum boleh. Tunggu besar. Kalau minum banyak nggak baik untuk kesehatan."

" Mama ndak boleh?" Taya memastikan lagi. Masa sih tidak boleh.

Kan gigi Taya bagus.

" Nggak baik untuk kesehatan yah Om Dokter?"

" Iyaa. Taya boleh makan es krim sama coklat. Tapi harus banyak minum air putih."

" Om Doktel ada es klim?"

Dasar Taya suka modus. Tapi salah Dokter Bima juga sih suka kasih es krim kalau sudah selesai periksa.

" Ada dong. Hari ini Taya sudah jadi anak pintar, terus baik deh jadi nanti dikasih es krim."

" Boleh Mama?" Dasar bocil, udah selesai minta baru minta ijin.

Baheera meringgis geli dengan kelakuan putranya. Untung Dokternya sudah kenal lama.

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang