Part 129

5.2K 642 91
                                    

" Abang kenapa cuci tangan terus-terusan sih Nak?"

Byakta gemas sekali dengan putra gembulnya itu. Ada saja alasannya untuk mencuci tangan, kabur dari pengawasan Baheera dan Byakta.

" Kotol Ayah tangannya. Jadi cuci tangan telus dong."

Ada saja jawaban Taya.

" Abang mah bukan cuci tangan karena kotor, tapi cuci tangan karena mau main air. Kalau mau main air nanti saja yah di rumah atau nanti kita berenang."

Bujuk Byakta lagi, Taya masih berdiri dengan kukuh diposisinya depan wastafel. Berhubung tempat makan yang mereka datangi memiliki wastafel pendek yang sengaja diperuntukan untuk anak kecil.

" Sudah yuk, kan sudah bersih nih tangan Abang."

Byakta menganggkat putra gembulnya pergi. Jika terus dibiarkan bisa-bisa Taya tak ingin pulang dan terus bermain air.

Byakta membiarkan Taya meronta tak suka. Misi pertamanya adalah membawa Taya kembali ke meja mereka. Biar mamanya tahu kelakuan Taya.

Pawangnya Taya tuh cuma mamanya saja.

" Abang kenapa bajunya basah?"

Baheera cukup heran melihat posisi Taya yang digendong ayahnya dan bocah gembul itu meronta tak suka. Wajahnya cemberut namun terlihat menggemaskan sekali bagi Baheera.

" Main air tuh Mama. Kalau tidak Ayah amankan bakal main air terus."

" Abang?"

Baheera menunggu putranya menjawab. Wajahnya masih saja cemberut begitu mendengar jawaban ayahnya.

Tidak seru sekali. Ayah tuh tidak keren, masa mengadu ke mama. Taya kan jadi takut. Soalnya Taya jadi merasa bersalah karena main air.

" Abang tadi cuci tangan kan?" Baheera bertanya kembali untuk memastikan jawaban Taya, walaupun ia tahu apa yang dikatakan oleh suaminya pasti benar.

Mereka sangat mengenal putranya itu.

Kebiasaan Taya tuh suka luar biasa. Tak terduga.

" Cuci tangan Mama." Cicitnya pelan, takut dimarahi oleh mamanya, mata bulatnya melirik pelan.

" Lalu kenapa bajunya Abang basah depannya? Habis ini ganti baju yah."

Baheera masih menanyakan alasan sebenarnya kepada putranya. Jujur saja, mungkin Taya tidak suka namun Baheera harus memastikan jika putranya itu paham apa yang dilakukannya itu memiliki resiko.

" Cuci tangan telus-telus. Sama main ail."

Pada akhirnya Taya mengaku dengan wajah cemberut. Huh tidak asik sekali mama dan ayahnya. Padahal kan mereka tahu kalau Taya suka main air.

" Abang dengarin Mama yah nak, kalau lagi ditempat umum atau lagi menggunakan fasilitas umum begini, Abang pakai airnya seperlunya saja yah. Nanti orang lain nggak bisa cuci tangan deh sebelum dan sesudah makan."

" Kenapa?"

" Airnya habis dipakai main Abang." Celetuk Byakta gemas.

" Iya, airnya bisa juga habis. Atau orangnya mau cuci tangan tapi nggak bisa karena Abang masih main disitu."

" Kalau di lumah boleh?"

" Boleh kok."

" Huuh, ndak main ail lagi disini." Angguk Taya yakin.

" Iya, soalnya habis Abang ganti baju kita mau pulang yah. Makannya juga sudah selesai."

Baheera mengambil baju ganti milik Taya yang memang sengaja dibawa untuk keadaan darurat seperi ini. Selain itu juga biasanya Taya suka berkeringat habis main lari-larian.

" Ayo ganti baju sama Mama." Ajak Baheera untuk menganti baju bersamanya.

" Mau sama Ayah aja. Taya kan laki-laki, ndak mau sama Mama. Nanti masuk toilet pelempuan. Pelempuan pakai lok, Taya ndak pakai lok." Tolaknya tegas.

Taya sudah tahu kalau ke toilet harus masuk toilet laki-laki bersama ayahnya. Tapi terkadang ia terpaksa masuk toilet perempuan kalau sedang pergi berdua saja dengan mama.

Kalau ada ayah, Taya mau sama ayah saja.

" Okee, lets go. Sama Ayah yah."

NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang