~•1. Perjodohan?•~ ✓

336K 8.4K 163
                                    

Semua yang dipaksakan itu tidak baik bukan?
apa lagi menyangkut soal perasaan.

_____________


"Uhuk ... uhuk ...." Sena yang sedang minum susu coklat favoritnya seketika tersedak ketika mendengar Syakuro Akbar berbicara.

Apa yang barusan Sena dengar? Hah? Perjodohan? Sepertinya telinga Sena salah menangkap ucapan Abinya.

"Apa, Bi? Sena salah dengar, kan?" tanya Sena pada Syakuro, untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

"Kamu tidak salah dengar sayang. Ummi dan Abi sudah sepakat untuk menjodohkan mu," jawab Laila.

Hah? Apa-apaan in? Memangnya ini masih zaman Siti Nurbaya pake acara jodoh-jodohan segala? Tidak, kan?

"Tapikan Bi, apa ini tidak terlalu cepat untuk sena?"
"Sena masih sekolah, Bi," ucap Sena tidak terima dengan permintaan abi dan umminya.

Ya Sena sekarang sedang sibuk-sibuknya mengurus ujian yang tak kunjung selesai.

"Calon suamimu akan membantumu sayang," ucap Laila.

"Tapi Sena belum siap untuk menjadi seorang istri."

"Sena tidak tahu bagaimana caranya melayani suami."

"Sena masih ingin menikmati masa muda seperti teman-teman seusia Sena, Bi." Tak terasa air mata Sena ingin tumpah. Tapi, sesegera mungkin ia tahan.

Padalah sebelumnya Sena pernah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan membantah kepada abi dan umminya. Dan Sena sudah berjanji akan menuruti semua keinginan abi dan umminya selagi ia mampu.

Tapi, tidak untuk hal ini.
Apalagi ini menyangkut perasaannya. Ini menyangkut masa depannya nanti.

"Nah ini, yang Abi takutkan."

"Abi takut kamu terlalu menikmati sampai kamu melenceng nantinya, Abi cuma tidak ingin itu terjadi."

"Bukan abi tidak ingin menjagamu dan lepas dari tanggung jawab tapi kamu juga butuh seseorang yang akan lebih menuntunmu kedepannya, abi sudah tua, abi takut abi gagal mendidikmu."

"Ngga Bi, abi ga gagal."

"Sena sudah cukup di didik abi dan Ummi."


"Tapi, Abi yakin dia yang terbaik buat kamu." Syakuro terus meyakinkan anak bungsunya itu.

Yang menurut orang lain baik, belum tentu baik untuk kita. Maka dari itu hanya kita yang pantas untuk menentukan baik atau tidaknya.

Bagaimana jika suaminya nanti seorang penjahat? dan dia akan melakukan kejahatan dalam rumah tangganya?

"Sena ke sekolah dulu." Sena segera mencium punggung tangan abi dan umminya.

Sena keluar menaiki motor meticnya setelah mengucap salam.

Lebih baik Sena berangkat ke sekolah lebih awal dari pada harus membicarakan perjodohan itu. SENA MUAK!

~•°°°°°•~


Halaman sekolah Masih terlihat sepi. Ya memang sekarang masih terlalu pagi untuk berangkat ke tempat yang sangat memusingkan ini.

Sena memilih duduk di taman belakang sekolah.

Sena segera menghempaskan bokong di bangku panjang.

Ah enak sekali rasanya saat taman masih sepi.

Tidak seperti saat waktu istirahat, yang ramai oleh para siswa dan siswi yang sibuk bercanda dan tak jarang ada yang berpacaran.

Sena menghirup dalam-dalam udara pagi yang menyejukan.

Menenangkan hati dan pikiran.

Semoga saja dengan cara ini moodnya bisa kembali baik. Setelah perbincangan di meja makan tadi mood Sena berantakan tak karuan.

Sulit rasanya untuk menerima kenyataan. Di jodohkan di usia yang masih muda apalagi masih dalam keadaan sekolah. Mengurus suami, mengurus rumah.

OH YA AMPUN AKU BENAR-BENAR BELUM SIAP UNTUK ITU SEMUA.

Ingin rasanya berteriak sekeras mungkin. Tapi, apa kata orang yang mendengarnya bisa-bisa Sena dikatakan gila nantinya.

Setelah menduduki bangku taman sekitar 10 menit sepertinya sudah mulai ada siswa dan siswi yang mulai berdatangan.

Terdengar banyak yang berbicara dan derap langkah kaki.

Jika sudah ramai seperti ini lebih baik ia ke kelas.

Siapa tau Fani sudah datang.

Fani? ya, Fani. Dia adalah sahabat Sena yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri.

Sena segera melangkahkan kaki menuju kelas.

Benar saja bahwa Fani sudah datang dan duduk manis di bangku sebelah Sena.

"Duarrr..." ucap Sena untuk mengagetkannya.

"Astagfirullah.... Senaaaaaa....."

"Aku kaget, tau ga!"

"Dateng-dateng bukanya Assalamu'alaikum, malah ngagetin orang ajah," cerocos Fani.

"Ulululu maaf ya sayang," ucap Sena seraya mengacak rambutnya.

Sena segera menaruh tas di kursi dan duduk di sebelah Fani.

"Lagi ngelamunin apa si? Hem?" tanya Sena pada Fani.

"Itu loh ada anak baru ganteng banget." Fani berbicara seolah mengagumi lelaki yang baru di lihatnya tadi.

Tak lain tak bukan sahabat Sena yang satu ini. Pasti membicarakan lelaki yang bukan mahramnya. Sena saja yang mendengarnya hampir pusing ketika dia membicarakan laki-laki yang berbeda setiap hari.

"Terus?" jawab Sena malas-malasan.

"Tadi aku ketemu sama dia...."

"Paling juga cuma suka sama gantengnya doang, udahannya mah ditinggalin lagi." Pasalnya setiap Fani berbicara seperti itu, ia hanya akan mengaguminya selama seminggu dan setelah itu akan melupakannya.

Berbeda dengan Sena yang tidak pernah dekat dengan lelaki manapun.

"Hehe." Fani hanya terkekeh, meng'iya'kan ucapan Sena.

"Assalamu'alaikum." Percakapan mereka berakhir setelah mendengar salam dari guru yang masuk ke dalam kelas

Dan kegiatan membosankan pun dimulai.

Bersambung....

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang