~•62. Hamil? •~

3.6K 213 15
                                    

"Tring... Tring... "

Sena terganggu oleh suara handphonenya.

"Assalamu'alaikum Sen, aku di depan rumah."

Ternyata Gina yang menelponnya.

"Iya sebentar nanti aku kebawah."
Sena bangun dan berjalan perlahan.

"Senaaa... " Gina memeluk Sena.

"Ini aku udah bawain pesenan kamu," ucap Gina sambil mengangkat tentengan plastik yang ia bawa.

"Yey ayo masuk, kita makan." Sena mempersilahkan Gina masuk.

"Hari ini aku ga ngapain, cuma tidur aja di rumah."

Menurut sena itu adalah hal yang membosankan.

"Iya jangan ngapa-ngapain dulu pasti di larang keras kan sama pak Rafa."

Gina tau Rafa dari cerita cerita Sena.
Dan Sena hanya mengangguk mengiyakan.

"Iya karna pak Rafa tau apa yang baik buat kamu, udah nurut aja."

Setelah mengambil mangkuk Sena menuang tekwannya dan memakannya.

"Ini enak banget... " ucap Sena dengan mata berbinar.

"Kamu ga beli?" tanya Sena sambil sibuk mengkunyah makanannya.

"Nggak, tadi aku udah makan di kampus."

Sena mengangguk paham, dan lanjut makan lagi.

"Cepet makannya aku punya sesuatu." ucap Gina dengan wajah misterius.

"Apa?" tanya Sena sambil menautkan kedua alisnya.

"Udah makan aja dulu."

Sena acuh dan melanjutkan makannya.

"Udah?" tanya Gina setelah dirasa mengkuk Sena sudah kosong dengan kuah kuahnya.

"Heem" Sena mengangguk lalu mengambil segelas air dan minumnya.

"Alhamdulillah badan aku agak segeran," ucap Sena dengan merenggangkan badannya.

Gina merogoh tasnya mengambil sesuatu.

"Ini." Gina memberikan sesuatu yang terbungkua kertas.

"Apa ini?" tanya Sena heran.

"Testpack?" Sena membaca tulisan yang tertera di luar kemasan.

"Heem." Gina mengangguk mengiyakan.

"Gih dicoba." Gina menyuhurnya agar segera kekamar mandi.

"Ngga ah, bercanda kamu." Sena menaruh testpacknya keatas meja.

"Sen ayo di coba dulu, kita ga bakalan tau kalo ga nyoba."

Benar kata Gina ada secuil rasa Sena juga ini mencobanya.

"Gausah kebanyakan mikir, ayo!" Gina menarik tanggan Sena menuju kamar mandi.

"Nih, berdoa dulu." Gina memberikan testpack itu kepada Sena.

Tapi apa Sena siap? dengan segala hasilnya nanti?

Gina dengan setia mengunggu Sena di depan kamar mandi.

Sedangkan sena di dalam sedang membaca petunjuk penggunaannya.

Entah mengapa Gina berfikir bahwa Sena sedang hamil, dari ciri ciri keluhan yang Sena alami.

Sebelum ke rumah Sena, Gina sempat mampir ke apotek untuk membelikan Sena testpack.

Sena menunggu hasilnya dengan jantung yang berdegup tak karuan.

"Na... " Sena keluar dengan mata berkaca kaca.

"Apa hasilnya Sen?" Gina ikut penasaran setelah melihat raut wajah Sena.

Sena tidak bisa berkata kata, ia menunjukkan hasil testpacknya pada Gina.

"Tuh kan apa aku bilang, alhamdulillah." Gina ikut bahagia setelah melihat hasilnya.

Allah menitipkan bayi di rahim Sena.

Sena menangis sesegukan, perasaannya campur aduk, ia bingung harus bahagia atau sedih.

Ia bahagia karena Rafa memang menunggu kehadiran bayi ini, tapi ia juga sedih ia merasa belum siap jadi ibu. Apa lagi Sena baru saja masuk kuliah, pasti akan ada banyak tugas dan kegiatan yang harus di kerjakan.

Tapi mengapa ia harus bersedih? jika ia sudah di titipkan berati Allah percaya pada Sena dan Rafa.

"Mau telfon pak Rafa sekarang?" tanya Gina.

Karena Gina tau Rafa pasti akan sangat bahagia setelah tau kabar ini.

Sena terdiam sebentar.

"Jangan Na, aku mohon rahasiaiin ini dari siapapun." ucap Sena serius dengan menatap mata Gina.

"Loh kenapa?" Gina terheran heran, pasalnya kabar kehamilan adalah kabar gembira yang harus diberitahu.

"Plis aku mohon apa lagi ke mas Rafa, jangan dulu."

Gina mengangkat satu alisnya.

"Sebantar lagi mas Rafa ulang tahun, aku mau ini jadi kado spesial buat mas Rafa."

Mata Sena menerawang membayangkan betapa bahagiannya rafa jika tau kabar ini.

Gina tersenyum mendengar jawaban Sena.

"Oh itu alesannya, iya aku bakalan rahasiain ini dari siapapun."

"Tapi kamu harus bisa jaga diri, hati-hati juga." Gina mengingatkannya, pasalnya belum ada yang tahu bahwa Sena sedang mengandung.

"Iya Na."

Sena mengelus perutnya yang masih rata. Membayangkan betapa bahagianya Rafa setelah tau berita ini, tapi ia harus sabar menunggu satu minggu bertepatan ulang tahun Rafa.

Bersambung~

Segini dulu otakku buntu


My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang