~•24. Rafa Manja•~

107K 5.7K 119
                                    

50 Vote dan 20 komen untuk berlanjutan kecerita berikunya!
Ga keberatankan? aku liat juga views-nya udah banyak.

~•°∞°∞°∞°•~


Jika Rafa seperti ini terus bagaimana Sena bisa tenang?

Sena sampai keringat dingin dibuatnya.

"Pak," ucap Sena yang sedang gelisah karna pelukan posesif dari Rafa.

"Hmm." Seolah tak mendengarkan ucapan Sena, Rafa masih tetap dengan posisi nyamanya.

"Is cepet, Sena mau masak ini. Bapak ga laper?" ucap Sena yang terus membujuk Rafa agar melepaskan pelukannya.

"Makan kamu aja saya udah kenyang," ucapnya seraya menghirup dalam-dalam wangi mawar di tubuh Sena.

Pak, kenapa si bapak tuh selalu aja nularin virus mesum bapak ke Sena? Kan otak S na jadi ga polos lagi Pak. Kenapa bapak ga tularin virus corona aja sekalian? Agrh ....

"Pak Ayolah," ucap Sena yang masih berdiri di depan washtafl.

"Ayok!" ucap Rafa semangat 45.

Lah emang Sena mau ayo apa? Ko kayanya Pak Rafa semangat banget?

Rafa memegang bahu Sena dari belakang dan memutar tubuh mungil itu.

Sena yang mengerti itu langsung membalikan badanya dan menyandarkan pinggangnya pada washtafl.

"Apa?" tanya Sena yang masih kebingungan dibuatnya.

Rafa tak menjawab.
Ia malah mendekatkan hidung mancungnya ke hidung Sena.

Sena sesekali menahan napasnya.

Ini terlalu dekat, pak.

Mungkin detak jantung Sena juga bisa terasa oleh Rafa.

Tangan Rafa berpegangan pada pinggir washtafl menghimpit tubuh mungil istrinya.

Umi ... tolongggg ... jantung Sena mau lepas, Mi ....

Bibir kedua insan itu bertemu. Sangat lembut dan manis.

Sena membelalakan matanya.

Angin malam yang menjadi saksi keharmonisan rumah tangga mereka yang sedang hangat-hangatnya.

Sena menegang seketika. Badanya terasa sulit gerak dan kakinya pun melemas seperti jelly.

Mungkin sebentar lagi ia akan pingsan.

Rafa terus melumat bibir ranum istrinya dengan lembut. Menikmati setiap manis bibirnya yang terasa seperti gula-gula, candu dan memabukan.

Setiap kali Rafa melihat istrinya berbicara, ingin sekali rasanya meraup bibir ranum itu dan memasukannya ke dalam bibirnya. Namun, Rafa tahu tempat dan waktu.

Sena pun mulai hanyut dalam permainan Rafa. Tak bisa dipungkiri bibir Rafa yang merah alami memang menjadi candu tersendiri untuk Sena.

Kedua insan itu sangat menikmatinya.

"Mphh ...." Sena mendorong dada bidang Rafa agar melepaskan lumatanya.

Akhirnya Sena bisa bernapas bebas lagi.

Bagaimana tidak? Sena bisa mati karna perbuatanya. Pasokan udara di paru-parunya sudah menipis dan hampir habis.

Rafa masih terus menatapnya. Dengan tatapan yang sulit diartikan.

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang