75. Awan

2.7K 121 24
                                        

"Hallo." Sena mengangkat telpon setelah menjauh dari keramaian.

"Ini dengan Sena?" Suaranya jelas bukan logat orang Indonesia.

"Iya, ini dengan siapa?" tanya Sena.

"Em aku Yuto, anak pak Daichi, saya di suruh menjemput kamu di bandara, apa kamu sudah menuju ke Jepang sekarang. "

"Ah ya, sekarang saya sudah di bandara, sebentar lagi take off," ucap Sena.

"Jika sudah sampai segera hubungi saya di nomor ini."

"Baik terima kasih." Sena menutup telponnya, lalu kembali ke meja makan.

"Siapa nak?" Tanya Layla.

"Anaknya pak Daichi, mi. Katanya dia yang bakalan jemput Sena di sana."

Layla mengangguk paham.

Suara announcement menggema di seisi bandara, memberi tahu bahwa pesawat dari Jakarta ke Tokyo akan segera berangkat.

Mereka semua segera berdiri mendekati pesawat yang akan Sena naiki.

"Mau sampai kapan di sana?" tanya Layla seraya mengelus punggung tangan Sena.

"Ga tau mi, sampe Sena tenang, nanti Sena pulang." Sena memegang balik tangan uminya.

"Umi jaga diri baik baik ya, sehat sehat di sini, Sena juga bakal jaga diri baik baik disana, doain semoga cucu umi lahir dengan keadaan sehat, dan ngga kurang satu apapun." Sena terlihat tenang tapi tidak dengan lawan bicaranya.

Fani dan Gina tak kuat untuk membendung air matanya, mereka tak kuat mendengar setiap kata yg di ucapkan Sena.

Sena bukan lagi perempuan lemah dan manja, saat tau Rafa ternyata tak mencintainya, Sena tak pernah sekalipun tantrum, Sena hanya menangis di kamar, memikirkan perasaannya yang sudah bergantung pada Rafa.

Sena sendiri paham bahwa perasaan cinta memang tak pernah bisa di paksa mau sekeras apapun. Maka dari itu Sena membiarkan Rafa bebas memilih pilihannya. Ternyata memang bukan Sena orangnya.

Sena juga yakin, jika memang jodohnya, maka Rafa akan kembali padanya.

Sena pergi menuju pintu masuk pesawat dengan menyeret kopernya.

Layla menatap punggung anak perempuannya, tak menyangka bahwa anak yang dulu setiap jatuh selalu menangis sekarang sudah kuat menanggung bebannya sendiri.

"Bi, seandainya abi masih hidup, abi pasti sedih melihat anak kita sekarang."

Layla masih terisak menatap Sena yang semakin lama semakin hilang.

Layla, Fani dan Gina masih terisak di tempat. Membayangkan Sena harus hidup sendirian di negara asing dengan membawa anak yang ada dalam kandungannya.

Tapi, mereka yakin dengan begitu Sena akan menjadi lebih baik.

Sena sudah duduk di pesawat.

Seorang pramugari datang menghampiri Sena.

"Kakaknya mau makan apa?" Seorang pramugari menyodorkan buku menu.

"Mau nasi ayam teriyaki, minumnya air putih aja. " ucap Sena seraya menyodorkan kembali buku menunya.

"Suaminya mau apa kak?" ucap Pramugari kepada laki laki yang duduk di sebelah Sena.

"Bukan suami saya, kak." Sena menggeleng memberi tau pramugarinya.

"Oh iya kak, maaf." Pramugari itu menangkupkan tangannya meminta maaf, merasa tidak enak dengan ucapannya.

Sedangkan laki laki di sebelahnya hanya tersenyum dan melanjutkan memilih menu makannya.

"Kakak sedang hamil ya?" Laki laki itu membuka percakapan.

Sena yang sedang menghadap jendela kini menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Eh iya." Sena tersenyum seraya mengelus perutnya yang tertutup oleh gobrongnya gamis yang iya pakai.

"loh sudah besar ya." Setelah Sena mengelus perut nya, perutnya terlihat lebih besar.

"Iya alhamdulillah, selama hamil ga pernah minta aneh aneh." Sena menerawang, bahwa selama ia hamil ia tak pernah mengidam yang aneh aneh, dan mual tidak terlalu parah. Sepertinya anak di dalam kandungan Sena paham keadaan ibunya.

"MasyaAllah anak baik ya." Laki laki itu tersenyum seraya melihat perut Sena.

Syukur lah laki laki di sebelah Sena tidak menanyakan kemana suaminya, mungkin ia paham ada sesuatu, karna tidak mungkin seorang perempuan yang sedang hamil besar pergi sendirian jika memang ada suaminya.

"Saya juga punya pacar di Indonesia, ke Jepang untuk kerja, cari uang menghalalkannya." Laki-laki itu tersenyum seraya menatap jendela yang berada di sebelah Sena.

"Pasti pacar kamu bangga, Semoga happy ending ya Mas."

Makanan akhirnya datang dan Sena makan seraya mengobrol ringan dengan TKI yang akan berangkat ke Jepang.

Setelah selesai makan, Sena mengeluarkan buku catatan yang selalu ia bawa kemana mana, ia juga mengeluarkan pulpen untuk ia goreskan ke kertas putih.

Sena melihat ke jendela tapi jelas pikirannya jauh berkelana.

"Mas ...."

Bersambung....

Itu siapa tadi yang komen di profil ku, makasi ya, ini aku update hehe.

Tolong kasih aku semangat dong biar aku rajin update lagi, keluarin kata kata rayuan kalian biar Rafa dan Sena ini tetep lanjut hiks

Soalnya aku udah males update banget gatau kenapa:(
Soalnya peminat baca wattpad sekarang sudah berkurang ya kan....

Nanti aku update lagi kalo mood hhe

Dm ig aku bilang kalian dari wattpad, nanti aku fb

See u

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang