Sena merebahkan diri di kasur.
Seraya meremas-remas perutnya, sesekali menggigit bantal guling.
Ya, beginilah Sena jika awal menstruasi. Merasakan perut kram dan emosi tidak terkontrol. Tak jarang pula ia bocor di sekolah. Pasti setiap bulannya ada saja entah itu satu atau dua hari. Dan setelahnya tidak lagi.
Menstruasi adalah rutinitas perempuan setiap bulan. Gejalanya seperti cemas, sensitif, kram perut, saraf tegang dan perasaan labil. Itu akibat dari ketidakseimbanganya hormon estrogen dan hormon progesteron.
Rafa masuk ke dalam kamar.
"Perutnya sakit?" tanya Rafa yang duduk di pinggir ranjang seraya memperhatikan Sena.
Sena membuka bantal guling yang menutupi wajahnya.
Sena hanya membalas ucapan Rafa dengan mengangguk.
Setelah itu Rafa keluar kamar dan pergi entah kemana.
Apa-apaan dia? Setelah bertanya malah pergi begitu saja?
Andaikan ada cuti sekolah saat menstruasi mungkin Sena tidak harus repot-repot mengganti pembalut di kamar mandi sekolah.
Huh! Menyusahkan saja.
Terdengar suara deru mesin mobil.
Pak Rafa mau kemana?
Sena membiarkannya saja. Sena sedang malas untuk beraktifitas.
Hari ini Sena hanya ingin menghabisakan waktunya di kasur.
Biar saja Rafa bilang Sena istri pemalas, dia saja yang tidak pernah merasaan. Mungkin jika dia merasakan dia juga akan melakukan hal yang sama seperti yang Sena lakukan.
Perut Sena sangat-sangat melilit. Tangannya meremas-remas dan memukul-mukul seprai kasur. Hanya dengan cara itu ia bisa melampiasakan rasa sakitnya. Dan berharap ini akan berkurang.
Deru mesin mobil Rafa terdengar lagi. Mungkin dia sudah kembali. Tapi dari mana?
Terdengar suara seseorang menaiki tangga.
'Ceklek'
Pintu terbuka dan menampilkan Rafa dengan membawa nampan dan plastik belanjaan.
Pak Rafa habis belanja?
Sena masih diam menelusupkan wajah di sela-sela bantal guling.
Satu fakta unik dari Sena. Sena tidak bisa tidur tanpa bantal guling.
"Sen, sini makan dulu," ucap Rafa seraya menaruh nampan dan plastik belanjaan itu di atas nakas.
"Ga mau, tadi Sena juga udah makan somay ko sama Fani dan Rani," ucap Sena menolak. Karna sekarang Sena sedang tidak mood untuk makan.
"Itu kan tadi."
"Tapi Sena tetep ga mau, Pak," ucap Sena keukeh.
"Tapi saya tidak suka penolakan, Sena," ucap Rafa tegas.
Ketika mendengar itu Sena langsung duduk dan bersandar pada bahu ranjang.
Sungguh Sena sangat takut melihatnya marah. Meskipun dari tatapanya saja Sena sudah tahu bahwa dia sedang marah.
Pak Rafa membuka styrofoom yang di dalamnya berisi bubur ayam.
Oh, tadi dia keluar beli bubur.
Iya mendekatkan sendok yang berisi sesendok bubur ke dalam mulut Sena.
"Makan, Sena," ucap Rafa, ketika Sena tak kunjung menyambut suapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Novela JuvenilFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU PUEBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...
