"Kamu mau beli buku apa?" tanya Vito pada Sena
Sena dan Vito sedang berada di sebuah mall. Setelah pulang sekolah Vito memutuskan untuk membawa sahabatnya itu jalan-jalan.
"Mau beli novel."
Sena berjalan mencari novel yang menarik.
Tangannya dengan lincah memilih dan membaca tulisan di belakang cover novel.
'Nikah muda' judul yang menarik. Sena segera menggambil buku ini dan berjalan mencari Vito.
"Vit, udah ketemu bukunya?" tanya Sena kepada Vito yang sedang melihat-lihat buku tanpa berniat untuk membelinya.
"Kamu udah milihnya?" Bukanya menjawab ia malah balik bertanya.
"Udah," ucap Sena sambil menganggukan kepala.
"Yaudah ayo ke kasir," ucap Vito yang berjalan duluan di depan Sena.
"Loh? Kamu ga jadi beli buku?"
"Bukunya ga ada."
"Nih, mbak," ucap Sena sambil membemberikan buku itu ke mbak muda nan cantik yang sedang menjaga kasir.
Saat Sena sedang mencari uang di tas rajutnya tiba-tiba sebuah ATM sudah ada di depan wajahnya.
"Pake ATM aku aja," ucap Vito.
"Ga usah, Vit," ucap Sena menolak. Karena, merasa tidak enak.
"Ah elah kaya ama siapa aja."
"Nih mba." Vito memberikan ATM-nya kepada mba penjaga kasir.
"Makasih ya, Vit." Ucap Sena tidak enak.
"Iya, santai aja kali ga usah ngerasa ga enak gitu."
"Kita mau kemana lagi?" tanya Sena sedikit mendangak untuk melihat wajahnya.
"Mau makan?" tanya Vito.
"Ga usah deh, udah sore takutnya Ummi nyariin." Alibi Sena. Padahal Sena juga sangat lapar. Tapi Sena merasa tidak enak.
"Oke deh, kita pulang aja." Vito melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Sena sangat tidak sabar membaca novel yang ada di tangannya.
Tak terasa mobil Vito sudah ada di depan pagar rumah Sena.
"Woi, turun!" Ucap Vito menyentil hidung mancung Sena.
Lagi-lagi Sena melamunkan soal perjodohan itu.
"Aw Vito sakit tau ga." Sena mencebikan bibirnya kesal.
"Ya udah, tuh turun," ucap Vito menunjuk rumah Sena dengan dagunya.
Sena segera turun dari mobil Vito.
Vito membuka kaca mobilnya.
"Mau mampir ga?" tawar Sena.
"Ga usah deh lain kali aja."
"Jangan lupa mandi. Badan kamu tuh bau asem tau ga," Ucapnya lalu kembali melajukan mobilnya.
Sena mencium ketiaknya. Tapi tidak ada bau apapun.
"VITOOOO!"
Vito menengok kebelakang terlihat gadis kecil itu sedang meneriakin namanya.
Vito hanya terkekeh saja
~•°∞°∞°∞°•~
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Ummi dan Abi.
"Kamu ko baru pulang?" tanya Ummi.
"Iya tadi aku abis ke toko buku," Jawab Sena tanpa menoleh ke arah mereka. Menuju kamarnya.
Sena masih sedikit kecewa dengan keputusan Abi dan Ummi yang ingin menjodohkannya.
Biarlah Sena seperti ini dulu. Semoga Abi dan Ummi mengerti dengan sikapnya dan akan membatalkan perjodohan ini.
Sena melepas tas rajutnya dan menghempaskan diri di kasur.
Sena mengusap wajahnya gusar.
Masih tidak terima dengan semua kenyataan ini.
Sena segera menuju kamar mandi. Untuk membersihkan diri dan melaksanakan solat Asar. Semoga dengan ini hatinya akan kembali tenang.
Setelah selesai solat, Sena melanjutkannya dengan tadarus.
Alhamdulillah hatinya kembali tenang.
Sena kembali turun ke bawah menemui Abi dan Umminya untuk meminta penjelasan atas semua rencana mereka.
"Sayang sini duduk," ucap Ummi sambil menepuk bangku di sebelahnya.
Sena menghampiri mereka.
"Besok keluarga teman Abi akan berkunjung kesini sekalian menghitbahmu," ucap Abiku.
Apa-apaan ini? Bukan ini yang ingin aku dengar.
Sena terkejut.
Sena menatap Abi dan Umminya secara bergantian. Ada bulir-bulir air mata ingin tumpah. Tapi sebisa mungkin Sena tahan.
Sena langsung melangkahkan kakinya menuju kamar. Jika Sena tahu Abi akan membicarakan ini lebih baik tadi Sena tidak kebawah untuk menemui mereka.
°∞°∞°∞°
aku kecewa pada kalian.
"Mengapa tidak ada yang bisa mengerti aku." Sena berdiri di belakang pintu.
"Aku tidak menginginkan ini semua." Perlahan tubuhnya melorot ke lantai.
Ia memeluk tubuhnya dan membenamkan diri diantara tangannya.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Sena.
Sena segera mengusap air matanya dan mendempul tipis bedak di bagian mata agar tidak terlihat habis menangis. Dan Terlihat pula khimarnya basah karna air mata.
Setelah dirasa sudah.
Sena segera membuka pintu. Terlihat Umminya berdiri diambang pintu.
"Sayang." Umminya terlihat khawatir karna putrinya terlihat habis menangis.
"Maaf Ummi Sena butuh waktu untuk sendiri," ucap Sena.
Semoga Ummi bisa mengerti.
Ummi sangat tidak tega melihat anaknya seperti itu. Ingin rasanya membatalkan perjodohan ini. Tapi, kata Abi ini sudah yang terbaik untuk putrinya.
Bersambung....
Dalam satu part beda beda dalam sudut pandang. Maka dari itu, kalian harus teliti bacanya biar ga pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Подростковая литератураFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU PUEBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...
