Hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun Rafa. Sena sudah membungkus testpack dengan kotak kecil, untuk di berikan ke suaminya.
Sena memandanginnya dengan penuh senyum, membayangkan wajah Rafa sebahagia apa ketika Sena memberi tahu kabar ini.
Sena sudah memberi tahu Rafa bahwa ia ingin bertemu di restoran dekat kantor Rafa, beralasan bahwa Sena ingin makan siang bersama.
Sena di temani dengan Gina setelah mereka pulang kuliah, untung saja hari ini tidak terlalu banyak jam kuliah, jadi mereka bisa pulang lebih cepat.
Gina di ajak untuk mengabadikan moment mereka.
"Calon ibu udah cantik," ucap Gina yang melihat Sena sudah rapih dengan baju abaya dan kerudung panjang yang senada.
Sena hanya tersenyum ceria. Ini adalah hari yang paling ia tunggu-tunggu, memberi tau Rafa bahwa suaminya akan menjadi seorang ayah.
Gina dan Sena sudah memasuki mobil, siap berangkat menuju restoran.
Sena mengetikan pesan "mas aku berangkat." Kemudian mengirimkannya kepada suaminya, dan memasukan ponselnya kedalam tas dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.
Gina yang melihat hal itu ikut bahagia.
"Di meja nomor 24 ya sayangku" Sena membaca pesan dari Rafa tanpa membalasnya.
"Ayo Gin, katanya nomor 24," ucap Sena meraya menarik tangan Gina untuk memasuki lestoran dengan penuh semangat.
"Ini 23, ini 24," Gina menunjuk nomor meja yang tertera.
Sena dan Gina mematung melihat pemandangan di depannya.
Sena perlahan menarik tangan Gina, memberi kode agar diam dulu di sini.
Sena melihat seorang perempuan putih, cantik dan tinggi semampai yang kini berhadapan dengan Rafa.
Dilihat dari wajah Rafa, Rafa sangat terkejut.
Perempuan tersebut memeluk Rafa erat, seolah merindukan lelaki itu.
Sena diam mematung, badannya kaku tidak bisa bergerak, jantungnya berdegup kencang tidak karuan.
Rafa hanya diam, tidak membalas dan tidak menolak. Itu yang membuat Sena sakit.
Siapa perempuan asing itu?
Tanpa permisi satu tetes air mata Sena lolos tanpa di minta.
Sena membalikan badannya seraya menyeka air mata yang hendak jatuh ke pipinya.
"Sen," Gina mengejar Sena yang lari keluar dari restoran.
Entah lah, sepertinya Rafa tidak menyadari keberadaan Sena.
Setelah di dalam mobil, Sena menangis sesegukan, ia seperti tak asing dengan perempuan inlti, pasalnya jarang orang Indonesia memiliki kulit putih bersih seperti itu.
Sena mencoba mengingat ingat siapa perempuan itu.
"Apotek" Sena bergumam di tengah tangisnya.
Gina yang mendengar gumaman Sena langsung bertanya, "kenapa di apotek?"
"Aku pernah ketemu perempuan itu di apotek, Gin."
"Tenang dulu Sen, bicarain baik baik di rumah ya"
"Aku mau pulang kerumah umi, Gin, tolong anter aku," pinta Sena dengan mata yang menatap kosong ke depan.
"Kita pulang ke rumah aja ya, minta penjelasan dulu ke pak Rafa ya." Gina mencoba menenangkan Sena.
"Ngga Gin, aku mau pulang umi aja." Gina hanya mengangguk pasrah.
Sena sedang hamil muda makanya sedikit sensitif.
Sepanjang perjalanan menuju rumah uminya Sena hanya menangis, sakit rasanya melihat perempuan lain memeluk Rafa, dan Rafa sendiri tidak menolaknya.
Pendek dulu aja ya, yang penting update.
Coba masih ada yang baca apa ngga😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Teen FictionFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU EUPBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...