"Kamu pelajarannya siapa? Lama banget," ucap Pak Rafa, setelah aku masuk ke dalam mobilnya.
Pak Rafa sedang menungguku di cafe biasa dekat sekolah.
"Pelajaran pacar, Bapak." ucapku asal.
"Pacar saya?" Tanyanya heran.
"Iya pacar Bapak, Bu Lola." Ucapku cuek.
Karna aku tau Bu Lola sering sekali menggoda Pak Rafa, tak jarang pula aku melihatnya sedang mengobrol berduaan di koridor sekolah.
Ingin sekali rasanya meneriaki di depan telinga Bu Lola bahwa 'AKU ADALAH CALON ISTRINYA'. Ingin sekali melihat bagaimana responnya nanti.
Ah! Mengapa aku jadi gemas sendiri?
Jujur aku sendiri cemburu melihat hal itu. Bagaimana tidak, calon suamiku digoda dan dirayu-rayu oleh perempuan lain. Hati perempuan mana yang tidak panas melihatnya?
Seiring berjalannya waktu. Aku yang tadinya tidak menerima perjodohan ini dan aku pula yang sekarang malah takut jika perjodohan ini batal.
Memang benar Allah itu maha pembolak-balikkan hati.
Padalah awalnya aku sangat menentang perjodohan ini, dan sangat tidak ingin perjodohan ini terjadi tapi sekarang aku juga yang malah takut akan kehilangan semuanya.
Aku dan Pak Rafa saling mengenal satu sama lain. Mulai menerima kekurangan masing-masing dan menutupinya dengan kelebihan masing-masing. Saling melengkapi bukan?
Aku sangat berterima kasih kepada Allah karena telah mempertemukanku dengan Pak Rafa. Saat ini yang aku mau hanyalah dia tetap ada di sampingku untuk sekarang, esok, dan selamanya.
Stay with Sena, Pak Rafa.
Kurang dari tiga hari lagi aku akan sah menjadi kekasih halalnya. Aku dan Pak Rafa tidak pacaran dan hanya kenal dalam waktu dua minggu.
Hari ini aku akan pergi kebutik dengan Pak Rafa, ingin memilih baju pengantin yang akan aku dan Pak Rafa pakai.
Tetapi, sebelum ke butik aku meminta agar Pak Rafa mengantarkanku pulang terlebih dahulu. Aku ingin mengganti pakaian, pasalnya sekarang aku masih mengenakan seragam sekolah. Ingin memilih baju pengantin tapi masih mengenakan seragam sekolah, terdegar gila bukan?
Pernikahan aku dan Pak Rafa tidak mewah. Bahkan bisa di bilang sangat tertutup. Karna yang datang hanya kerabat dekat keluargaku dan keluarga Pak Rafa. selain itu, tidak ada yang diundang. Bukan apa-apa pasalnya pernikahan ini sangatlah dadakan dan tanpa di rencanakan akan secepat ini. Apa lagi aku masih sekolah, jadi lebih baik diadakan tertutup. Dan kedua keluarga pun setuju akan hal itu.
Mobil Pak Rafa masuk kedalam gerbang rumahku.
Aku turun dari mobil di susul oleh Pak Rafa.
"Assalamu'alaikum, Ummi." ucapku yang kemudian diikuti oleh Pak Rafa.
"Wa'alaikumsalam" ucap Ummiku yang keluar dari dapur.
"Pak saya tinggal sebentar ya," ucapku.
"Ikut," ucapnya dengan nada manja.
Gila Rafa sudah gila!
Aku mengganti baju santai. Rok lebar dan baju atasan, diatas lutut dan tak lupa hijab. Aku memoles sedikit bedak di wajahku.
Kemudian aku begegas turun. Takut Pak Rafa terlalu lama menungguku.
Aku melihat Ummi dan Pak Rafa sedang mengobrol di meja makan.
Setelah aku turu,n Ummi dan Pak Rafa menatapku.
"Ehmm yang mau jadi pengantin wajahnya berseri-seri," ucap Ummiku.
Apa itu benar?
Ah entahlah.
Aku tidak terlalu memikirkanya."Kalian mau ke butik, kan?" tanya Ummi.
Aku hanya mengangguk.
"Makan siang dulu ya? Tadi Ummi sama Bi Jumrah udah masak." Ajak Ummi.
"Em boleh deh, Mi." Ucap Pak Rafa yang lebih dulu menjawab pertanyaan Ummi.
"Bi," ucap Ummiku memanggil asisten rumah tangga di rumahku.
"Iya bu," ucap Mbok Jumrah.
Bi Jumrah adalah asisten rumah tangga yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri di rumah ini. Usianya sudah tak muda lagi.
"Tolong siapkan makanan ya, Bi." Ucap Ummiku.
"Nggih bu," kemudian Bi Jumrah menuju ke dapur dan mempersiapkan semuanya dengan cekatan.
"Bi sini duduk, kita makan dulu." Ucap Ummiku.
"Ah, tidak usah bu," ucap Bi Jumrah tidak enak.
"Ayo Bi, kaya sama siapa aja," bujuk Ummiku.
Begitulah Ummi. Selalu memperlakukan asisten di rumah ini sama dengan memperlakukan keluarganya. Makanya sudah hampir 10 tahun Bi Jumrah mengabdi pada rumah ini. Karna, perlakuan majikannya yang sangat baik.
"Ah tidak usah bu, saya makan di belakang saja, permisi."
"Bi Jumrah sudah lama disini tapi masih saja merasa tidak enak," ucap Ummi, seraya menyendok nasi kepiringnya.
Kemudian kami makan dengan khitmat meskipun tanpa Abi. Karna sekarang, pasti Abi sedang sibuk dengan urusan kantor yang tidak bisa diganggu-gugat.
Setelah selesai makan aku dan Pak Rafa pamit untuk pergi kebutik.
"Kita kebutik dulu ya, Mi."
"Assalamu'alaikum"
Bersambung...
Salam manis,
Siti Fatimah:)

KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Ficção AdolescenteFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU EUPBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...