Zona baper eaaa><
Saling mencintai adalah kebahagiaan yang sempurna.
Semalam, Rafa menagih janjinya kepada Sena ketika Rafa sakit.
Pagi ini Sena baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya yang basah.
Sena memilih-milih baju yang hendak ia pakai ke kampus.
"Sen ...." Rafa keluar dari kamar mandi dengan rambut yang sama basahnya dengan Sena.
"Hm ...." Sena menoleh ke arah Rafa sebentar, lalu kembali menghadap kaca dan melanjutkan aktivitasnya.
Rafa mendekat ke arah Sena. Tangannya mengambil handuk yang sedang Sena gunakan.
"Eh!" Sena tak mengerti mengapa handuknya diambil alih begitu saja oleh Rafa.
"Sini." Tangan Rafa dengan sendirinya mengusap-usap rambut Sena.
Sena berbalik menatap Rafa yang sedang mengeringkan rambutnya.
Tes ... tes ....
Tetes demi tetes air di rambut Rafa berjatuhan. Menambah kesan tampan yang menyelimuti wajahnya.
Sena menatap Rafa dengan kagum. Sejak pertama kali bertemu Rafa, perasaan itu tidak pernah berubah, masih sama seperti dulu. Dan mungkin ... selamanya akan tetap begitu.
"Ngeliatin terus." Rafa mengusapkan handuk ke wajah Sena.
"Mas ih!" Sena meninju perut Rafa.
"Kenapa diliatin doang? Kan bisa sentuh juga." Rafa menyelipkan rambut Sena ke belakang telinganya.
Sena diam membisu. Rafa selalu berhasil membius Sena dengan wajah tampannya yang mempesona.
Cup.
Satu kecupan mendarat di dahi Sena.
Setiap pagi energi Sena selalu saja diisi oleh Rafa. Apa yang Rafa lakukan untuknya, selalu saja membuat Sena merasa lebih semangat.
Sena baru merasakan hal manis selama hidupnya, ya, bersama Rafa. Gurunya sendiri, yang tanpa sengaja ia cintai.
"Mas?" Sena menatap manik mata Rafa.
"Kenapa ya Sena bisa cinta sama Mas." Sena bertanya begitu kepada Rafa, karena ia sendiri tidak mengerti, mengapa ia bisa mencintai sedalam ini kepada Rafa.
Rafa berfikir sejenak. "Karena aku ganteng, maybe."
"Mas Sena serius!" Sena mendorong dada Rafa, agar menjauh darinya.
Sejak kapan Rafa menjadi suka melawak.
"Sini-sini." Rafa membawa pinggang mungil Sena agar duduk di tepi kasur.
"Kamu tau kenapa kamu mencintai aku?" Rafa bersipuh dihadapan Sena.
"Enggak." Sena menggeleng lugu.
"Kadang cinta itu memang sulit untuk dimengerti, benar katamu dulu bahwa cinta memang lebih sulit dipahami daripada matematika."
Sena masih dengan setia menatap Rafa.
"Aku juga enggak ngerti kenapa rasa cinta ini hadir untuk kamu secara tiba-tiba." Ternyata yang selama ini Sena rasakan, Rafa juga merasakan hal yang sama.
"Kita memang punya hati. Tapi, hati adalah bagian yang paling egois. Meskipun ia ada di dalam diri kita, tapi ia tidak bisa dikendalikan. Ia dengan bebas mencintai siapapun, termasuk hati aku yang memilih kamu untuk dicintai."
Sena masih menunduk menatap Rafa.
"Kenapa ya kita bisa saling mencintai?" tanya Rafa seolah mengerti dengan apa yang dipikirkan Sena.
"Kamu tau-" Rafa memainkan jari tangan Sena.
"Cinta hadir karena terbiasa. Aku juga gak ngerti bisa cinta sama kamu yang nota be nya adalah murid aku sendiri. Aku pikir ini sedikit merepotkan hidupku, ternyata semuanya jauh dari apa yang aku pikirkan."
"Sekarang ... tugas aku menjaga dan melindungi kamu," ucap Rafa seraya menepuk punggung tangan Sena.
"Tetap di sisi saya, ya? Jangan pernah pergi."
"Ana uhibbuki fillah, Sen." Rafa mencium punggung tangan Sena.
Sena tak kuasa menahan air matanya. Allah sangat baik, karena telah menghadirkan Rafa dalam hidupnya.
Sena tidak menyangka bisa jatuh cinta secepat dari yang ia bayangkan, bahkan ia sudah jatuh terlalu dalam.
"Hey, kenapa nangis?" Rafa duduk di sebelah Sena.
Sena menggeleng.
Entah mengapa perasaannya tersentuh ketika Rafa mengucapkan kalimat itu. Tanpa Rafa bicara pun Sena tau bahwa Rafa juga mencintainya.
Cinta keduanya sudah tidak bisa diragukan lagi keberadaannya. Saling mencintai memang kebahagiaan yang sempurna.
"'iibqa bijanibi, Sena Laila Akbar."
***
"Sekarang. Di kantor saya, Pak." Entah dengan siapa Rafa berbicara. Dari raut wajahnya terlihat sangat serius.
Rafa meletakan kembali handphonenya di atas meja.
"Lihat gerak-geriknya jangan sampai kabur," ucap Rafa kepada Aron.
"Baik Pak," angguk Aron patuh.
Lumayan lama Rafa menunggu, kemudian terdengar suara ribut-ribut dari luar ruangannya.
"Ada apa?" tanya Rafa pada Aron.
"Tidak tahu pak." Aron menggeleng.
Rafa melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya dengan diikuti Aron dibelakangnya.
"Selamat siang, Pak," ucap pak polisi ketika melihat Rafa keluar dari ruangannya.
"Siang Pak," balas Rafa.
"Terima kasih atas kerja samanya."
"Baik pak, Sama-sama," ucap Rafa seraya tersenyum sinis ke orang dihadapannya.
"Selamat bersenang-senang di sel," bisik Rafa pelan.
"Bangsat!" teriak Dika seraya ingin menendang ke arah Rafa. Namun dirinya sudah lebih dulu di bawa pergi oleh polisi.
Yang Rafa lakukan benar-benar cara yang elegan.
Ada secercah rasa kecewa, ia tidak menyangka bahwa orang yang ia percayai sebagai tangan kanannya mengkhianatinya.
Padahal kemarin Rafa ingin melakukan cara kotor, tapi niatnya ia urungkan, karena hal tersebut bisa menjatuhkan harga dirinya, dan ia tidak mau itu terjadi hanya karena seorang sampah seperti Dika.
Kemarin Rafa sudah ke kantor polisi dan menyerahkan bukti-bukti yang ia dapat dari Aron.
Dengan segera ia meminta polisi untuk bergerak cepat. Rafa tak ingin ada seorang sampah di kantornya.
Karena menurut Rafa, koruptor lebih busuk dari sampah.
Bersambung ....
FYI: 'iibqa bijanibi adalah bahasa Arab, yang artinya tetaplah di sampingku.
Rabu, 1 Juli 2020
12:48Siti Fatimah
![](https://img.wattpad.com/cover/208548653-288-k14336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Genç KurguFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU EUPBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...