~•21. Pre Menstruasi Syndrom•~ ✓

99.3K 5K 34
                                    

Pagi ini Rafa sudah datang di kelas Sena.

"Ayo kumpulkan tugas Minggu lalu!" ucap Rafa yang duduk dengan tenang namun tetap menyeramkan.

"Nih, Fan." Sena memberikan bukunya kepada Fani, agar Fani saja yang mengumpulkannya.

"Tumben ngerjain, Sen," ucap Fani.

"Asal-asalan."

"Haha, sama," Ucap Fani seraya tertawa.

Begitulah mereka jika memang sudah tidak bisa. Ya tinggalkan saja, jika dipaksa, ya kami asal-asalan. Hidup itu tidak perlu dibawa susah. 'Enjoy Your Life' mungkin itu kata yang cocok untuk mereka.

Sesekali pandanganRafa menerobos mata Sena.
Sena yang sadar itu sangat salah tingkah.

"Ada yang tidak mengerjakan?" ucapnya, setelah semua buku terkumpul di depan mejanya.

"Tidak ...." ucap murid serempak kecuali Sena, yang sedari tadi diam dan menunduk.

Mungkin mereka semua sudah tahu, bahwa guru yang satu ini sangat mengedepankan kedisiplinan dan ketegasan. Jadi mereka semua takut. Mereka tidak tahu saja jika di luar dia seperti apa. Hanya Sena yang tau.

Rafa sibuk mengoreksi jawaban murid-murid.

Mata Sena sibuk memperhatikan Rafa. Padahal Senq sangat tidak ingin, tapi tetap saja matanya malah mencari Rafa. Dasar mata, bodoh!

Sena sesekali membuka buku paket matematika. Hanya membuka saja. Dan sekedar membolak balik halaman.

Mata Sena terasa sangat berat. Entah kenapa setiap pelajaran matematika ia mengantuk.

"Rani bagikan!" ucap Rafa menyuruh Rani untuk membagikan buku.

Kemudian Rani berdiri dan mengambil buku dari meja Rafa.

Setelah semua buku dibagikan,

'Brakkkk!'

Sena yang sedari tadi hanya diam melamun, tiba-tiba terkejut oleh suara yang keras menggelegar itu.

Rafa menggebrakan penghapus papan tulis kayu ke meja guru.

"KALIAN KALO BELUM PAHAM, BILANG! JANGAN DIAM SAJA!" bentaknya.

Seisi kelas hening.

Tidak ada yang berani berucap sedikit pun.

Ya Allah bagaimana ini, mengapa aku sangat ketakutan ketika melihatnya marah.

"PALING BESAR NILAINYA ADALAH KILA! YANG LAINYA NOL!" bentak Rafa.

Kila. Wah! Rafa sangat membanggakanya.

Perempuan tidak punya sopan santun, selalu berbicara kasar, sering melabrak adik kelasnya, bersikap angkuh dan sering menembak laki-laki duluan. Tapi, sikapnya akan berubah ketika berada di depan guru. Dan sekarang ia sedang cari muka di depan Rafa.

Kelihatan sekali Rafa sangat marah dan kecewa kepada murid-muridnya.

Apa lagi materi ini sudah diulang-ulang beberapa kali di setiap pertemuan. Pak Rafa juga sudah menjelaskannya secara detail. Tapi tetap saja hanya Kila yang mengerti. Sena akui, Kila memang pintar. Tapi Senq hanya tidak suka dengan sikapnya. Tak jarang juga ia membully adik-adik kelasnya.

"KITA ULANG LAGI MATERI INI, KALIAN PAHAM," ucap Rafa seraya mencoret-coret papan tulis dengan rumus-rumus.

Terdengar suara anak-anak mendengkus kesal.

"Bagi yang tidak suka silahkan keluar!" ucap Rafa dengan tatapan yang masih ke papan tulis.

Seketika hening kembali.

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang