~•15. Kak Tia•~

81.4K 5K 34
                                    

Satu hari lagi pernikahan yang sakral dalam hidupku akan segera dilangsungkan.

Semoga dilancarkan semuanya.

Hari ini adalah hari Sabtu. Semua orang sedang bersiap untuk mempersiapkan hari esok.

Aku ikut membantu Ummi untuk mempersiapkan acaraku. Dari mulai mendekor rumah, masak-memasak hingga adu cek-cok hanya gara-gara tidak sependapat akan meletakan pot bunga di mana.

Padahal kata Ummi aku tidak perlu repot-repot membantunya. Tapi jika melihat semua orang sedang repot mempersiapkan acara untukku masa aku harus diam saja memperhatikan mereka. Tidak mungkin kan?

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar rumah.

Suaranya seperti tidak asing.
Suara yang dulu sering aku dengar.
Tapi, siapa?

"Waalaikumsalam," ucap semua orang yang ada di dalam rumah.

"KAKAK...." teriakku setelah melihat siapa yang datang bertamu.

Aku segera berlari memeluknya.

Rindu yang menggebu seolah luruh dengan air mata yang sedari tadi sudah membanjiri pipi ku setelah melihat kepulangannya.

Aku sangat-sangat merindukannya.

Kak Tia telah kembali ke Indonesia setelah 3 tahun berada di Thailand.

Setelah aku lulus SMP kak Tia pindah ke Thailand dibondong oleh suaminya.

Aku pernah membantah ucapan suaminya dan berjanji akan marah jika itu akan terjadi.
Tapi setelah diberi penjelasan oleh Abi dan Ummi dengan terpaksa dan berat hati aku harus iklas jika Kak Tia di bawa oleh suaminya ke negeri orang.

Kak Arya tidak mau jika nanti setelah lulus kuliah Kak Tia udah ada yang meminang, maka dari itu kak Arya sebelum kuliah di Thailan kak Arya memberanikan diri untuk menemui Abi dan Ummi untuk meminta izin menikahi Kak Tia dan akan membondongnya ke Thailand.

Menurutku Kak Arya adalah lelaki yang gentleman.

Setelah mendapat persetujuan dari Abi dan Ummi. Akhirnya pernikahan merekapun di langsungkan. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Hanya aku yang tidak.

Ketika aku tau Kak Tia akan pindah, aku sedih dan aku murung.

Adik mana yang rela di tinggal oleh kakaknya?
Tidak ada bukan?
Sama seperti ku.
Aku juga tidak ingin itu terjadi. Tapi apa lah daya aku tidak bisa menentang takdir.

"Kakak apa kabar?," ucapku yang masih terus terisak. Seraya melepaskan pelukannya.

"Seperti yang kamu lihat," ucap Kak Tia dengan senyuman gigi gingsulnya.

Ya benar kak Tia sekarang lebih gemuk dan berisi dari pada 3 tahun yang lalu.

Aku memeluknya lagi dengan erat. Seolah tidak ingin dipisahkan lagi.

"Jangan kenceng-kenceng meluknya, kasian yang di dalem perut," ucap kak Arya yang baru datang dengan membawa 2 buah koper.

"Dalam perut?" Gumamku seraya melepaskan pelukanya.

Aku menurunkan tatapanku kearah perut Kak Tia.

Ah benar saja, sekarang perutnya sedikit membuncit.

Jadi ini alasanya, makanya badannya sedikit melebar.

Bagaimana bisa aku baru memperhatikannya. Mungkin tadi aku terlalu sibuk dengan rinduku.

Kak Tia tersenyum menatapku.

Aku paham sekarang.

"Hai, ponakan aunty." Ucapku seraya mengusap-usap perut Kak Tia seperti sedang berbicara dengan bayi yang ada di dalam perutnya.

Aku masih terus terisak karena menahan rindu yang sudah menggebu ingin bertemu.

Akhirnya dengan izin Allah kita kembali dipertemukan. Setelah sekian lama tidak bertemu.

"Aku jago kan," ucap kak Arya.

"Jago gimana?" Tanyaku lugu.

"Jago bikinnya, hehe." Ucap kak Arya bangga.

Bikin? Bikin apa? Aku sama sekali tidak paham dengan ucapan kak Arya.

Setelah mendengar ucapan kak Arya kemudian kak Tia mencubit lengan kak Arya.

"Aw sakit, yang." Ucap kak Arya seraya mengedipkan matanya ke Arah kak Tia.

Sebenarnya ada apa dengan 2 manusia di hadapan ku ini?
Entah lah aku tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ekhemm...." ucap Ummi yang sedari tadi memperhatikan kami.

"Umi juga mau kangen-kangenan kali," ucap Ummi seraya memeluk kak Tia.

"Umiiiiiii....." ucap Kak Tia seraya memeluk tubuh Ummi yang sudah tidak lagi muda.

"Ummi sehat?" Tanya Kak Tia.

"Harusnya Ummi yang nanya itu ke kamu," ucap Ummi.

"Tia sehat ko, Ummi." Ucap kak Tia seraya melirik kak Arya yang sedang tersenyum manis.

Ah Romantis sekali.

Sangat berbeda dengan Pak Rafa yang menyebalkan.

Ah iya, bicara soal Pak Rafa, sore ini aku belum sempat memberinya kabar. Biarlah aku akan menelfonnya nanti.

Kemudian Ummi menuntun Kak Tia untuk duduk.

"Kamu mau berapa lama nginep di sini?" Tanya Ummi.

"Tia sekarang tinggal di Indonesia lagi, Mi. Mas Arya sudah selesai kuliah di Thailan," ucap Kak Tia dengan tersenyum haru.

Mungkin Kak Tia juga sangat rindu dengan kelurganya.

"YANG BENER KAK?!" Tanyaku terkejut.

Kak Tia mengangguk.

"Alhamdulillah," ucap kami yang ada di dalam rumah.

"Ini yang mau nikah besok beneran Sena nih, Mi?" Tanya kak Arya.

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan Kak Arya.

"Iyah to, masa Ummi?" Jawab Ummi yang di sambut tawa oleh kami.

"Udah mau nikah aja adek kakak padahal sikapnya masih kaya anak kecil," ucap Kak Tia.

Aku memajukan bibirku.

"Enak ajah, Sena udah dewasa tau." Ucapku kesal.

"Kalo udah dewasa ga mungkin gitu," ucap Kak Arya.

Aku segera mengubah mimik wajahku seperti orang dewasa.

"Wih langsung di ganti ajah tu muka," ucap Kak Arya.

Is kak Arya menyebalkan.

Bersambung......

Nikahnya aku undur gaes hehe,

Ayo Vote lah...
Ga bayar ko....

ILY KALIAN

Siti Fatimah.

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang