"Sayang bangun." Rafa membelai lembut pipi chubby Sena.
"Sayang yuk bangun subuh." Rafa mencubit sedikit pipi Sena, tapi Sena tak kunjung usik dari tidurnya.
"Emhh...." Sena perlahan lahan membuka matanya, menampakan wajah tampan suaminya.
Menurut Sena bangun tidur melihat wajah suaminya adalah surga dunia yang sangat ia syukuri.
"Ayo sayang bangun." Rafa membantu sena duduk.
"Mas udah mandi?" tanya sena sambil mengusap matanya yang terasa masih berat.
Padahal semalam sena tidak tidur terlalu larut, tapi subuh ini matanya susah sekali di ajak kerja sama.
"Sudah sayang." Rafa duduk di hadapan sena, sambil mengelus kaki sena yang masih terbalut selimut.
"Kenapa ga bangunin Sena dulu." Sena cemberut.
Biasanya Sena dan Rafa bangun berbarengan, Rafa mandi dan sena membuatkan sarapan.
"Dari tadi kamu udah di bangunin sayang, tapi susah, yaudah mas tinggal mandi dulu. Maaf ya." Rafa mengecup pipi sena merasa bersalah.
"Yaudah gih mandi dulu, nanti keburu tahrim," ucap Rafa membelai sayang rambut istrinya.
"Iya mas." Sena mengangguk lalu turun dari kasurnya dengan badan yang amat sangat berat.
Rafa tersenyum melihat punggung Sena, anak remaja yang kala itu ia nikahi kini beranjak dewasa.
"Huek...." Saat sena hendak menggosok gigi tiba tiba mulutnya terasa tidak enak, dan perutnya menjadi mual. Memang sudah terasa sejak ia bangun tidur tadi.
Kepalanya menjadi pusing dan badannya terasa lemas.
Selesai mandi dan wudhu Sena keluar dengan menampilkan wajah yang pucat pasi.
Rafa yang melihat sena berjalan lunglai segera menghampirinya.
"Kenapa sayang ko pucat gini?" Rafa memperhatikan sena tanpa menyentuhnya karna Rafa tau mereka berdua Masing-masing mempunyai wudhu.
"Gatau mas, kayanya ga enak badan, Sena lemes."
"Yaudah kita solat dulu." Rafa memulai solatnya dengan khusu, dan Sena di belakangnya yang akan menjadi ma'mum Rafa selamanya.
Rafa menoleh kebelakang dan mendapati istrinya yang mencium punggung tangannya.
"Ga usah kuliah dulu ya, istirahat dulu di rumah, ga boleh ngapa-ngapain," ucap Rafa seraya memegang dagu Sena.
"Pucet banget sayang bibirnya, tiduran ya." Rafa membantu melepas mukena Sena dan merapihkannya.
Rafa menuntun Sena ke kasur untuk berbaring. Sena seperti tidak mempunyai tenaga sedikitpun.
"Mas bikinin susu dulu ya, nanti mas masakin nasi goreng," ucap Rafa seraya menutup tubuh mungil Sena mengenakan selimut.
"Mas.... " Sena menahan tangan Rafa.
"Kenapa sayang hmm?" Rafa duduk kembali si pinggir kasur.
"Maaf ya ...." Sena merasa bersalah, karna harus Rafa yang membuat sendiri sarapannya.
"Ga apa apa sayang kan kamu lagi sakit." Rafa mencium punggung tangan Sena.
Sena memandang punggung kokoh itu.
Setelah 20 menit Rafa masuk kembali kedalam kamarnya dan melihat Sena memejamkan matanya.
"Sayang ...." Rafa memanggil sena seraya menahuh nasi goreng dan susunya di atas nakas.
Sena yang merasa namanya di panggil langsung membuka matanya.
"Mas maaf Sena ketiduran." Ucap Sena seraya memperhatikan Rafa yang sedang mengipas ngipas nasinya.
"Iya ga apa apa sayang, kan kamu emang harus istirahat, tapi kita makan dulu ya." Rafa membantu Sena untuk duduk.
"Kita periksa aja ya?" Sena menggeleng.
"Kayanya masuk angin biasa aja deh mas, atau maghnya kambuh." Pasalnya Sena tau betul satit yang sering ia alami.
"Loh emangnya kemarin kemarin kamu makan apa aja?" Tanya Rafa, pasalnya rafa tau betul apa yang sena makan, rafa sudah melarang sena untuk makan yang aneh aneh.
"Ngga tau mungkin cuma salah makan aja." Sena menerawang kemarin kemarin makanan apa yang ia makan.
"Tapi kalo nanti malam belum mending, kita ke dokter ya?" Paksa Rafa.
Sena hanya mengangguk mengiyakan.
Rafa dengan telaten menyuapi Sena, memberinya minum, dan mengingatkan makanan apa yang tidak harus ia makan.
Setelah selesai rafa turun kebawah
untuk membereskan bekas makannya dan Sena.
Rafa mencuci piring dan menata piring piring itu dengan rapih di tempatnya.
Sena masih duduk dan membuka handphonenya.
Ada chat masuk dari Gina
"Sen, kuliah kan?"
Sena langsung membalasnya.
"Kayanya ngga dulu deh, na, aku lagi ga enak badan."
Setelah di ketik Sena langsung mengirimnya.
"Ya aku sama siapa dong🥺" balas Gina dengan emot mata yang berkaca kaca.
"Ya udah istirahat di rumah"
"Nanti selesai kuliah aku mampir ke rumah."
"Mau di bawain apa?"
Belum sempat Sena membalas, Gina sudah banyak mengirimkan bubble chat.
"Aku mau di beliin tekwan yang di deket kampus." Entah kenapa ia ingin tekwan sekarang.
"Oke deh"
"Siap"
"Nanti aku beliin"
Gina adalah salah satu teman yang bisa Sena andalkan, semanjak kuliah juga Sena lebih dekat dengan Gina.
"Makasiii Ginaaa😗"
"Ya udah gih siap siap kuliah."
Sena mematikan data seluler nya dan menaruh handphone nya saat mendengar suara pintu terbuka.
"Mas mau berangkat jam berapa?" tanya Sena saat melihat Rafa masuk ke dalam kamar.
"Sekarang sayang, soalnya mas ada meeting pagi ini."
"Mas, Sena minta maaf ga bisa siapin baju kerja mas,"
"Ga apa apa sayang, udah berapa kali kamu minta maaf pagi ini, mas juga bisa sendiri ko sayang." Rafa geram sendiri karna Sena terus meminta maaf, padahal juga ini bukan salahnya, Rafa yang terkenal mandiri, jelas sangat tidak keberatan jika hanya melakukan hal sepele seperti ini.
Setelah di rasa cukup rapih dengan jas dan stelan celananya Rafa menghampiri Sena.
"Mas berangkat ya, jangan ngapa-ngapain dulu hari ini, ga boleh beres beres rumah dulu, oke?"
"Iya mas" Sena mengangguk patuh, Rafa mengelus kepala sayang kepala sena.
Rafa mencium kening sena lama, "cepet sehat sayang."
"Assalamu'alaikum." Rafa keluar kamar dan Sena kembali membaringkan tubuhnya di kasur.
Bersambung~
Akhirnya setelah 3 atau 4 tahun aku kembali yey.
Doain semoga istiqomah nulis lagi, aamiin. Bener bener lagi butuh dorongan dari kalian.
Masih ada yang baca ga si? Apa udah pada pergi🥲
31 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Roman pour AdolescentsFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU PUEBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...
