~•32. Mawar•~ ✓

80.9K 4.9K 158
                                        

500 VOTE!

Ceklek

"Assalamu'alaikum," ucap Rafa yang masuk ke dalam kamar.

"Wa'alaikumsalam," ucap Sena pelan.

"Kamu sudah ada di rumah?" ucap Rafa seraya menaruh tas kerjanya di atas nakas.

"He'em," ucap Sena bergumam.

"Saya nungguin kamu loh, Sen. Kok kamu malah pulang duluan?" Rafa duduk di atas kasur seraya memperhatikan Sena yang sedang mengguntingi daun bunga Mawar yang diberikan olehnya, dua hari sebelum waktu ujian.

Sena harus jawab apa sekarang?
Tidak mungkin, kan, jika ia bilang pulang bersama dengan Levlar?

Tapi Sena juga penasaran, apa reaksi dan tanggapan Rafa jika Sena benar-benar memberitahunya.

"Em itu." Sena menghentikan aktifitasnya yang sedang mengguntingi daun yang sudah kering dan layu.

Sena rutin melakukan itu jika ia rasa daun bunga favoritnya itu sudah mulai berubah warna, menjadi kuning, kecoklatan, atau bahkan layu. Sena akan segera ngenggunting daunya.

Sedari kecil Sena sangat menyukai bunga Mawar. Selain karena indah dan wangi, bunga Mawar juga mengingatkan ia kepada Abinya.

Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Syakuro dan Laila. Syakuro berniat memberikan surprise kepada istrinya.

Syakuro sengaja mampir ke toko bunga untuk membeli bunga Mawar, bunga yang melambangkan cinta.

"Assalamu'alaikum," ucap Syakuro seraya masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam," ucap Laila yang sedang masak di dapur.

Laila segera menghampiri Syakuro dan mencium punggung tangan itu dengan takzim.

"Abi mandi dulu ya, Mi," ucap Syakuro.

Laila segera melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Terima kasih, Mii," ucap Syakuro dari belakang Laila seraya menyodorkan sebuket bunga Mawar.

"Abi." Laila tertegun dan tersenyum manis. Ia tidak menyangka bahwa suaminya bisa seromantis itu.

Wajah manis Sena memang turuan dari Umminya.

"Terima kasih atas suka dan dukanya. Terima kasih karena telah memberikan Abi dua anak yang manis dan lucu." Syakuro memeluk Laila dan mengecup punggung tangan Laila bertubi-tubi.

Laila tidak bisa berkata-kata lagi. Ia membisu.

Laila segera memeluk Syakuro dan menumpahkan segala keluh kesahnya.

Laila juga sangat berterima kasih, karena Syakuro telah menjadi imam yang baik untuk keluarganya.

Laila benar-benar menangis, sampai kemeja yang Syakuro kenakan menjadi basah karena air matanya.

"Ummi...." gadis cantik nan mungil itu memanggil Umminya.

Laila segera melepaskan pelukan Syakuro dan berjalan ke arah peri kecilnya.

"Ummi napa angis?" ucap Sena dengan nada bicaranya yang belum lancar.

Laila membungkuk mensejajarkan anak manis yang usianya menginjak tiga tahun.

"Ga pa-pa, sayang," ucap Laila seraya memeluk dan mengelus pucuk kepala Sena.

Syakuro yang melihat itu tersenyum bahagia. Ia sangat bersyukur karena memiliki keluarga seperti mereka. Beribu-ribu kali ia mengucapkan syukur karena telah memberikan mereka ke dalam hidupnya. Lelah habis bekerja seketika hilang ketika melihat senyum manis dari bidadari-bidadarinya.

"Wah, itu apa, Ummi?" ucap Sena seraya menunjuk sebuket bunga Mawar itu dengan jari-jari mungilnya.

"Cantik." Sena memperhatikan sebuket bunga yang dipegang Umminya.

"Sena mau?" Syakuro yang sedari tadi memperhatikan, kini menghampiri Laila dan Sena.

"Mau, Bi!" ucap Sena bersemangat.

Syakuro mencabut setangkai bunga Mawar dari tangan istrinya.

"Ini untuk Sena." Syakuro memberikan bunga itu kepada Sena seraya mengelus pucuk kepala Sena penuh sayang.

Laila menitikan air mata ketika memperhatikan suami dan anaknya itu. Perasaan haru menyerang hatinya.

"Wah, bagus ya, Bi!" ucap Sena seraya memperhatikan bunga Mawar tersebut.

"He'em," ucap Syakuro bergumam.

"Sena harus hati-hati, karena bunga itu banyak durinya," ucap Syakuro kepada bocah tiga tahun itu.

"Duli itu apa, Bi?" tanya Sena tidak mengerti.

"Duri itu, cara bunga Mawar untuk melindungi diri dari hal-hal jahat."

"Oh gitu, ya, Bi?" ucap Sena seraya mengangguk. Entah ia mengerti atau tidak.

"Sama seperti Sena. Sena juga indah jadi Sena harus melindungi diri,"

"Pakai duli juga, Bi?" tanya Sena dengan polosnya.

"Bukan. Sena bisa melindungi diri dengan terus menggunakan hijab." Syakuro mengambil ujung jilbab instant yang Sena kenakan.

Tak aneh jika Sena berumur tiga tahun sudah menggunakan hijab, karena ia ingin seperti Umminya yang setiap hari terlihat cantik dengan balutan hijab yang menutupi rambutnya. Dan Umminya menjelaskan bahwa itu adalah hijab. Dan Sena meminta agar ia juga mengenakan hijab seperti Umminya, dengan senang hati Laila pun menurutinya. Dan alhamdulilahnya Sena betah menggunakan hijab.

Saat itu juga Sena sangat menyukai bunga Mawar.

Bahkan sekarang pekarang rumahnya sudah dipenuhi oleh bunga-bunga Mawar yang sedang bermekaran.

Dan Rafa sama sekali tidak keberatan akan hal itu, justru ia merasa senang, kerena Sena akan terlihat sangat ceria ketika berhadapan dengan bunga cinta itu.

Bersambung....

500 VOTE! 70 KOMEN!

Yang baca udah ribuan yang Vote ga adaan:\

Kabar gembira untuk kita semua, kulit duren kini ada durinya. PLETAK! APAAN SI THOR!

SUDAH ADA 2 PENERBIT YANG MENAWARKAN RAFA DAN SENA UNTUK DIJADIKAN BUKU CETAK LOH. YEYYYYY.

Mau end di wattpad atau end di buku?

Jangan lupa Vote dan Komennya!


Rabu, 11 Maret 2020.
19:52.

Siti Fatimah.

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang