64. Masa lalu?

1.5K 142 13
                                    

"Assalamu'alaikum, mi." Sena memasuki rumah tempat ia di besarkan.

"Waalaikumsalam eh, tumben sayang, mana suamimu?" tanya Laila sambil celingak celinguk mencari lelaki itu.

Tapi yang Laila temukan adalah Gina, teman kuliahnya Sena.

"Eh Gina," sapa Laila, Gina mencium punggung tangan Laila.

"Hehe iya tante," ucap Gina seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tumben main kesini?" Laila menatap Sena yang sepertinya sedang murung.

"Kenapa sayang?" ucap Laila seraya memegang kedua pipi Sena, Sena kelihatan lebih chubby sekarang.

"Ngga mi, Sena mau main aja."

Laila mengangkat sebelah alisnya, memberi kode kepada Gina seolah nertanya 'kenapa? Gina yang di beri kode hanya menggeleng dan tersenyum kikuk.

"Gih sayang istirahat dulu." Laila mengelus tangan Sena.

"Sen, aku pamit ya." Gina menatap Sena, perempuan yang tadinya ceria kini berubah menjadi murung.

"Iya Gin, makasih ya udah anter aku ke rumah umi." Sena mengantarkan Gina sampai depan rumah.

"Di tanya dulu ya baik baik, jangan gegabah, assalamu'alaikum cantik." Gina pergi memasuki mobilnya.

"Iya gin, waalaikumsalam," jawab Sena seraya membaikan tangannya.

Sena berjalan gontai menuju kamarnya.

Menghempaskan bokongnya di kasur yang sudah lumayan lama tidak ia tiduri.

"Aku ga boleh banyak pikiran." Sena mengelus lembut perutnya, menyadari bahwa ada bagian dirinya kini hidup di dalam rahimnya.

Sena mengecek ponselnya.

Nihil.

Sama sekali tidak ada pesan masuk dari Rafa.

Mengapa Rafa tidak mencarinya?
Mengapa Rafa tidak bertanya kemana Sena tidak datang?

Hal itu membuat pikiran Sena tambah runyam.

Pikiran pikiran negatif kini menghantuinya.

Sena percaya Rafa. Tapi apa yang ia lihat melunturkan kepercayaan itu.

"Dia siapa mas?" Sena bergumam lirih seraya memeluk ponselnya dan merebahkan diri dikasur.

Satu air mata lolos lagi membayangkan perempuan itu memeluk Rafa.

Sena memukul mukul kepalanya agar bayang bayang itu hilang.

'Tok... Tok... Tok... '

Sena buru-buru menghapus air matanya.

"Sen, ada Rafa di bawah." Siapa sangka ternyata Rafa mencarinya sampai ke rumah uminya.

"Bilangin mas Rafa aku ga mau ketemu dulu mi." Sena berbicara dari dalam kamar.

"Kenapa sayang, dia udah kesini loh nyari kamu." Laila merayu Sena.

"Sayang, aku mau jelasin semuanya." Rafa paham sekarang, sepertinya Sena melihat kejadian di restoran tadi dan Rafa tidak menyadarinya.

"Kita pulang ya." Rafa berbicara lembut di balik pintu kamar Sena.

Sena luluh, membuka pintu nya dan menatap Rafa marah.

"Umi maaf ya merepotkan, Rafa bawa Sena pulang dulu ya, mi." Rafa pamit kepada Laila.

"Di selesaikan masalahnya baik baik ya." Laila paham sepertinya Sena dan Rafa sedang ada salah paham.

"Baik mi, assalamu'alaikum." Rafa dan Sena mencium punggung tangan Laila bergantian.

"Waalaikumsalam." Laila percaya bahwa Rafa bisa menjaga Sena.

Sepanjang perjalanan Sena hanya diam, menatap luar jendela, sama sekali tidak ingin melihat Rafa.

Setelah sampai, Sena langsung membuka pintu rumah, karna memang kuncinha ada di Sena.

Sena langsung menuju kamar tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Setelah turun dari mobil, Rafa mengejar Sena.

Sena menaruh tasnya di atas nakas dan duduk diam di kasur.

"Sayang, aku mau jelasin." Rafa setengah duduk di hadapan Sena, mengelus dengkul Sena.

Sena hanya menatap Rafa singkat, lalu beralih menatap suasana kamar yang kini terasa mencekam.

"Dia masalalu ku."

Udah segitu aja, readers ku pada pergi kemana yak:(? Ayo balik aku kangen kalian hiks:(

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang