~•30. Ujian•~

78.4K 4.7K 131
                                    

Jujur, aku benci matematika. Tapi, aku cinta gurunya.

Hehe.

~•°∞°∞°∞°•~

"Assalamu'alaikum," ucap seseorang yang baru saja datang bersama perempuan cantik yang mengikutinya dari belakang.

"Wa'alaikumsalam," Ucap anak-anak di ruang 4, serempak.

"Saya akan kasih waktu untuk kalian selama 90 menit." Ucap Rafa seraya membuka kertas yeng membukus soal-soal ujian.

"Saya tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan anak yang ketahuan menyontek!" Lanjutnya lagi, seraya membagikan soal ujian tersebut kepada semua murid.

"Baik, Pak." Ucap anak-anak takut.

Sungguh kejam guru yang satu ini!

Saat Rafa sedang memberikan lembar soal itu kepada Sena, bukanya memberikanya ia malah menahanya. Akhirnya terjadilah tarik-menarik lembaran soal. Sena menginjak sepatu fantofl hitamnya. Sena memberikan tatapan tajam, sedangkan ia hanya tersenyum menggoda.

Ia lanjut membagikan lembaran soal itu kepada murid-murid yang lainya. Tak lupa ia memasang wajah dingin dan garang lagi.

Setelah mendapatkan lembaran soal itu, Sena hanya melihat-lihat dan membolak-balik soal tersebut. Pusing sekali rasanya melihat angka yang begitu banyak di tiap-tiap lembar soal.

Sebelum mengerjakan soal, Sena melafalkan doa dan semoga ada ke ajaiban pada dirinya.

Sena mulai mencoret-coret kertas putih polos itu dan mulai berhitung.

"Is ko hasilnya ga ada si?!" Ucap Sena geram. Bagaimana tidak? Pasalnya ia sudah susah payah menghitung tapi hasilnya tidak ada dipilihan ganda. Menyebalkan bukan? Mengapa matematika harus sesulit ini?

Jujur, aku benci matematika. Tapi, aku cinta gurunya. Hehe.

Sena melihat Rafa dari tempat duduknya. Terlihat Rafa sedang mengobrol dengan Bu Lola.

Panas sekali Rasanya hati Sena ketika melihat itu. Sena melihat Bu Lola yang terlalu agresif kepada Rafa.

"Ekhemm..." Sena berdehem keras. Dan mereka berdua langsung menengok ke arah Sena.

"Ada apa Sena?" Ucap Bu Lola dengan suara yang sangat lembut, dan terkesan berlebihan.

Caper teros, caper....

"Gatel, Bu." Ucap Sena yang masih menuduk pura-pura menghitung.

Ketika mendegar deheman itu, Rafa menengok ke arah Sena dan tersenyum sedangkan Sena menatapnya dengan tatapan kebencian.

Benci! Benci! Benci! Sengaja bikin Sena cemburu? Awas aja ya, Pak!

Sena mengumpat dalam hatinya.

Sena mengisi soal-soal jawaban tanpa membaca soal. Jika yang mudah ia bisa mengerjakannya sedangkan yang sulit ia bisa menghitung kancing bajunya atau melempar penghapus yang sudah ditulis a,b,c,d. Hebat bukan?

Sesekali Sena mencuri pandangan ke arah bangku sebelahnya. Entahlah itu bukan keinginanya, tapi matanya yang selalu mencari sosok itu.

Terlihat Levlar sedang mengisi soal-soal itu dengan cekatan. Hanya hidung mancungnya yang terlihat menonjol dari samping.

Sena mengisi soal matematika dengan asal sehingga ia mengisinya dengan cepat. Masih ada waktu 20 menit lagi.

Sena segera berjalan ke meja Pak Rafa dan Lola yang sedang asik mengobrol.

Ketika Sena berjalan mendekati meja Mereka, Bu Lola melirik Sena sinis. Sedangkan Sena hanya memasang wajah tanpa ekspresi.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Rafa dengan wajah datarnya.

"Saya udah selesai, Pak." Ucap Sena seraya mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban itu di meja.

"Bisa saya keluar?" Sena bertanya kepada dua pengawasnya itu.

"Silahkan." Ucap Bu Lola dengan senyum, entahlah itu senyum apa. Seperti senyum kemenangan.

"Panassss...." ucap Sena yang mengipas-ngipas wajahnya dengan tanganya.

Padahal bukan badanya yang panas. Tapi, hatinya.

Bersambung.....

Kasian deh Sena, punya suami ganteng. Di rebutin ciwi-ciwi mulu. Haha.

Jangan tanya kenapa aku update sedikit. Baca INFORMATION!

200 VOTE!
20 KOMEN!

Ily
Siti Fatimah

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang