Hari ini Rafa bangun pagi seperti biasanya, tapi ia merasa badannya kurang fit belakangan ini. Entah apa penyebabnya. Tapi hari ini sepertinya parah hingga jalan pun rasanya kepalanya pening sekali.
Handphone Rafa berdering, Rafa mengambil handphone nya seraya memijat pelipisnya.
"Ada apa Sha?" Ternyata Alesha yang menelpon nya.
"Udah di kantor?" Kini berkabar sudah menjadi rutinitas mereka. Ternyata benar posisi Sena sudah sepenuhnya digantikan oleh Alesha.
"Kakak ga kekantor dulu kayanya hari ini." Rafa mencari minyak angin di laci nakasnya.
"Loh tumben?" Alesha heran.
Padahal mau kekantor atau tidak pun tidak akan membuat Rafa di pecat.
"Kakak lagi ga enak badan." Rafa mengoleskan minyak angin di pelipisnya, ia juga mengoleskan minyak angin itu di bawah lubang hidungnya.
"Alesha ke situ ya, mau di beliin apa?" Nada khawatir terdengar dari suara Alesha.
"Kakak mau yg berkuah." Entah lah Rafa hanya sedang mengikuti keinginannya saja.
"Berkuah?" ucap Alesha heran.
"Heem." Rafa mengangguk yang sudah jelas tidak akan terlihat oleh Alesha.
"Tapi ini masih pagi, apa coba."
"Gatau, apa aja."
"Terus ada obat obatan yang mau di beli ga? atau mau ke dokter aja?"
"Ga usah ke dokter, kakak nitip obat magh aja." Dari rasa mualnya sepertinya Rafa sedang magh.
"Oke deh." Alesha menutup panggilan telepon nya dan langsung bergegas bersiap siap untuk menuju rumah Rafa.
Rafa berbaring di kasurnya, badannya terasa lemas sekali. Ia mengingat ingat apakah ia salah makan atau minum. Sepertinya tidak, karna Rafa sangat menjaga pola makannya.
"Kak." Setelah 30 menit perjalanan dan membeli kebutuhan Rafa, Alesha kini telah sampai di kamar Rafa.
Rafa terlelap di kasurnya.
Alesha menggoyangkan bahu Rafa.
"Kak, bangun dulu sarapan." Alesha memegang kening Rafa, benar saja terasa hangat.
"Sha, udah dateng." Rafa mengerjapkan matanya seraya berusaha duduk dengan di bantu Alesha.
"Alesha bingung mau beli apa ga ada yang berkuah, jadi Alesha beliin bubur." Alesha membuka plastik putih yang di dalamnya ada strofom berisi bubur.
Rafa hanya memperhatikan Alesha yang dengan telaten merawatnya.
"Eh minum obat maghnya dulu, katanya harus di minum sebelum makan." Alesha menaruh buburnya di atas nakas, dan merogoh obat dari dalam tasnya.
"Ini di kunyah aja." Alesha membukakan obat dari plastiknya, dan menyuapinya kedalam mulut Rafa.
Rafa menahan tangan Alesha seraya bergumam "Makasih, Sha."
Alesha hanya tersenyum.
Cantik.
"Dulu juga waktu di Amrik kakak yang jaga Alesha." Alesha tersenyum seraya menyendokan bubur dan menyuapi Rafa.
"Apa yang di rasa kak?" Alesha khawatir, karna Rafa jarang sekali sakit.
"Mual, lemas sama pusing aja si."
"Yaudah selesai makan nanti tidur ya."
"Udah, Sha" Rafa menahan tangan Alesha yang hendak memasukan sendok kedalam mulutnya.
"Loh? baru dua suap." Alesha menurunkan kembali tangannya.
Apa kenyang makan bubur hanya dua suap?
"Mual," gumam Rafa.
Setelah selesai, Alesha membereskannya.
Membiarkan Rafa berbaring di kasurnya.
Alesha mengambil minyak angin dan memijat pelipis Rafa hingga Rafa tertidur.
"Sehat terus ya kak," ucap Alesha seraya mengelus pipi Rafa.
Setelah Rafa tertidur, Alesha membereskan rumah Rafa. Ini alasan rumah Rafa tetap bersih dan rapih meskipun tanpa Sena, ternyata ada wanita lain yang membereskannya.
Bersambung....
Gabole emosi ya haha.
Selingkuh itu pilihan, makanya sebisa mungkin pilih laki laki yang minim selingkuh ya, karna seumur hidup itu terlalu lama jika dengan orang yang salah.
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Teen FictionFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU PUEBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...
