"Kamu mau lanjut di mana, Sen?" tanya Rani.
"Ga tau, aku ngikutin kata Ummi sama Abi aja," ucap Sena yang masih gelisah tak karuan.
"Terus, Ummi sama Abi kamu udah milihin kuliahnya di mana?"
"Em belum," ucap Sena. Meskipun sudah lulus SMA Sena memang tidak terlalu pusing memikirkan akan kuliah di mana.
"Kalian tuh kayanya emang ga niat mau lanjutin kuliah, ya." Kini Fani berujar.
"Iya emang, SMA aja udah pusing apa lagi kuliah." Sena tidak bisa membayangkan lagi bagaimana pusingnya saat ia kuliah nanti.
"Ah elah, ngeluh mulu, jalanin aja," ucap Vito so bijak.
"Tiga tahun kita udah selesai." Rani menunduk sedih, karena menurutnya mereka semua adalah keluarganya.
"Belum selesai kok, kita bisa kumpul di mana aja kalo mau." Sena menguatkan Rani, padahal ia juga sama sedihnya, perpisahan itu memang berat, namun apa boleh buat? semuanya harus dijalani bukan?
~•*****•~
Mereka semua sudah selesai membicarakan hal yang pernah mereka jalani selama tiga tahun, bukan waktu yang singkat memang. sedih itu terpendam dalam lubuk hati mereka masing-masing.
Semuanya telah usai. Tidak ada lagi tidur di kelas, tidak mengerjakan tugas, dihukum guru, buru-buru bangun karena telat sekolah, ganti jadwal pelajaran. Semuanya sudah tidak ada lagi.
"Sen, pulang sama siapa?" tanya Vito yang berada di atas motor.
"Em." Sena mengecek handphone-nya lagi, sudah centang dua namun tidak ada balasan apapun.
"Ga usah, Vit. Aku naik ojol aja." Sena masih bingung kenapa pesannya itu tak kunjung dibalas. Padahal ia bukan menunggu ojol melainkan menunggu suaminya, Rafa.
"Udah ayo sama aku aja, lumayan kan uang buat naik ojol-nya ditabung buat daftar kuliah." Salah satu alasan Vito ketika ingin mengajak Sena pulang bareng 'mending uangnya ditabung' dan hal itu berhasil membuat Sena untuk pulang bersamanya.
Rani, Fani dan Frans memang sudah pulang sedari tadi, kini hanya tersisa Sena dan Vito saja.
"Ga usah, aku sekalian mau mampir ke toko sepatu." Sena berbohong lagi.
"Ya udah aku anter, aku temenin deh," bujuk Vito lagi.
"Ga usah, Vit." Sena tetap keukeh pada pendiriannya.
"Ayo lah, Sen. Kaya ama siapa aja." Vito terus membujuknya.
"Tapi beneran aku lagi mau naik ojol, dan di toko sepatunya juga bakalan agak lama." Sena bingung harus mencari alasan apa lagi.
"Ya udah deh kalo gitu." Vito menyerah, Sena tetep keukeh dengan pendiriannya.
"Aku duluan, ya!" Vito menjalankan motornya dan melambaikan tangan ke arah Sena.
"Iya!" Sena balas melambaikan tangan ke arah Vito.
Sena mengecek handphone-nya, masih tidak ada balasan. Sebenarnya apa yang sedang Rafa lakukan hingga tidak membalas pesannya?
Apa Sena harus kembali lagi ke sekolahan, untuk melihat Rafa masih di sana atau tidak.
Sena memutuskan untuk berjalan kaki menuju sekolahnya lagi, itu tidak masalah karena jaraknya juga dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
Ficção AdolescenteFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU PUEBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...
