~•11. Es Krim Coklat•~

90.5K 5.4K 34
                                    

"Sedingin apa pun kamu, Percayalah, aku akan menghancukan dinding kutub itu dengan kehangatan."

-Sena Laila Akbar

_______________

"Ke danau sebentar ya?" Tanya Rafa.

"Nanti kalo Ummi nyariin gimana?" Tanya Sena khawatir. Karna Ummi akan segera ngengintrogasinya kalau saja ia telat pulang sekolah.

"Tadi aku udah minta izin sama Ummi," ucap Rafa.

Hah? Yang benar saja? Masa iya tiba-tiba dia bisa seakrab itu dengan Ummi Sena.

"Trus? Di izinin?" Tanya Sena lagi.

"Ya, di izinin dong, masa jalan sama calon suaminya ga boleh." Ucapnya dengan menarik kedua bibirnya keatas.

Detik ini Sena tahu bahwa Rafa memang memiliki dua kepribadian. Ketika di sekolah menjadi guru yang tegas dan ketika di luar bersama Sena menjadi calon suami yang humoris dan suka menggodanya. Sena tidak bisa membayangkan ketika mereka menikah nanti.

Semoga Allah menjauhkan semua hal buruk dari pernikahannya.

Rafa menghentikan mobilnya di pinggir danau.
Terlihat banyak anak muda yang sedang mengobrol dan tak sedikit pula yang sedang pacaran.

"Pak?"

"Heem" gumamnya.

"Kita yakin mau kesini? Kalo ada yang liat kita gimana?" Tanya Sena takut. Apa jadinya jika teman-temannya melihat Sena sedang berkencan dengan Rafa dan apa yang terjadi jika ada murid-murid Rafa yang melihat gurunya sedang berkencan dengan muridnya? Terdengar gila bukan?

"Pak ayo kita pulang saja," ucap Sena merajuk. Agar Rafa membawanya pulang.

Rafa sedang memikirkan ucapan Sena.

"Pak, es krimnya dua." alih-alih menuruti permintaan Sena, Rafa malah membuka kaca mobil dan memanggil tukang es krim.

"Rasa apa, pak?" Tanya tukang es krim tersebut.

"Rasa Coklat."

Sena hanya memperhatikan gerak-geriknya.

"Kamu suka es krim?" Tanya Rafa pada Sena.

"BANGET!" Jawab Sena semangat.

"Kirain ngga, tadinya mau saya buang," ucap Rafa.

"EH! Jangan pak!" Ucap Sena, mencegah tangan Rafa yang hendak melempar es krim keluar kaca mobil.

"Kamu suka rasa coklat?" Tanya Rafa lagi.

"IYA! Ko bapak tau?" Tanya Sena antusias.

"Kesukaan saya coklat, jadi saya belikan yang sama." Ucap Rafa.

Huh! Sena kira akan romantis.

"Nih,"

"BAPAKKKKK!" Sena berteriak.

Bagaimana tidak, pasalnya Rafa memberikan es krim tepat di depan hidung Sena dan mengenainya.

"Sutttt! Jangan berisik! Nanti di kiranya saya om-om yang nyulik anak kecil lagi," ucapnya dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir Sena.

"HAHAHAHAH" Rafa tertawa terbahak-bahak.

Rafa sudah Gila. Sena yang sedang sibuk mengontrol jantungnya, dia malah tertawa karna merasa menang telah mempermainkan Sena.

Selama berada didekatnya Sena merasa jantungnya tidak aman.

Rafa menularkan penyakit jantung pada Sena.

Dasar Pak Rafa gila.

"Sen, kenapa? Ko merah?" Tanya Rafa lagi. Karna melihat Sena yang sedang salah tingkah.

"Apa si Pak!" Ucap Sena menyanggah.

"Ayo pulang!" Ajak Sena lagi.

"Makan dulu es krimnya,"

Oh iya benar juga, es krim Sena terlihat sedikit mencair. Seperti sikap Pak Rafa saat bersama Sena.

"Pak? Boleh saya jujur?" Tanya Sena hati-hati.

"Kenapa tidak?" Jawabnya santai, sambil sesekali memakan es krimnya.

"Sena lebih suka sikap bapak yang seperti ini."

Akhirnya kata-kata yang ingin diucapkan Sena keluar. Lega rasanya.

Sena hanya menunggu jawaban apa yang akan keluar dari bibir tipis Rafa.

"Maaf jika di sekolah saya terlalu keras."

"Di depan murid-murid saya memang harus terlihat tegas."

"Banyak yang bilang saya orangnya humble ko,"

"Tapi bagaimanapun Sena suka bapak yang di luar sekolah."

Ah! Mengapa kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir ku? Oh ya ampun. Lancang sekali bibir ini.

"Kamu suka saya?" Ucap Rafa seraya mendekat kearah Sena.

"Is bapak apaan si!"

"Udah ayo pulang!" Entah sudah berapa kali aku mengulang kata-kata ini tapi tak dituruti juga.

Akhirnya Rafa menuruti keinginan Sena untuk segera pulang ke rumah.

Di dalam mobil Rafa memutar radio yang ada di mobilnya.

Untuk menutupi kecangungan yang aku rasakan dan debaran jantung yang tak karuan, aku memilih untuk melihat keluar kaca melihat kendaran berlalu-lalang.

Mobil Rafa berhenti di depan rumah Sena.

"Bapak mau mampir dulu?" Tanya Sena ebelum keluar dari mobil.

"Tidak usah, sudah sore."

"Lain kali saja."

"Saya titip salam saya sama Ummi dan Abi," ucapnya.

Sena hanya mengangguk meng'iya'kan ucapannya.

"Jangan lupa Solat!"

"Jadi makmum yang baik ya," ucap Rafa lembut.

Tepat saat mobil Rafa berhenti, saat itu pula suara azan ashar terdengar.

Astagfirullah, Pak. Kalau gini terus sikap Bapak ke saya. Saya bisa kena serangan jantung beneran, Pak.

Sena bergegas keluar dari dalam mobilnya.

Di dalam mobil sepertinya tidak ada oksigen. Terbukti bahwa Sena sedang ngos-ngosan seperti habis lari maraton.

"Hati-hati, Pak!" Ucap Sena sebelum mobilnya menjauh dan lama-lama menghilang.

Mengapa sekarang jantungku sering sekali berdebar?

Bersambung.....

Tenang konfliknya masih jauh, masih mau romantis-romantisan dulu sama pak Rafa hehe.

Vote dulu biar tambah semangat:*

Lopyu:*

Siti Fatimah:)

My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang