"Pulang sama saya aja," ucapnya.
"Ngga pak, makasih." Sena menolak. Karna masih sedikit kesal.
"Saya tidak suka penolakan, Sena," ucapnya dengan nada horor.
"Apa hak bapak?" tanya Sena tak kalah sengit.
"Kamu calon istri saya Sena. Belajarlah mematuhi calon suami mu," ucap Rafa dengan santai.
Ya Allah, baru calon saja sudah begini apa lagi sudah sah menjadi istrinya.
"Sudah tidak perlu berdebat seperti ini," ucap Rafa menengahi perdebatan.
"Saya tunggu di cafe."
Ya, cafe. Tempatnya tidak jauh dari sekolah.
"Sudah?" Alih-alih merspon ucapan Rafa, Sena malah mengganti topik pembicaraan.
"Ya, kamu bisa keluar dari ruangan saya." Matanya kini kembali fokus menatap layar laptop.
Suara bel berbunyi, Menandakan waktu istirahat telah selesai.
"Bapak mengambil waktu istirahat saya!" ucap Sena seraya keluar, menutup pintu ruangannya dengan keras.
Sena kemudian keluar dari ruangan guru menyebalkan itu!
"Permisi Pak, Bu," ucap Sena seraya menunduk dengan sopan.
Karena ruangan Rafa yang berada di dalam kantor guru.
Sena menyembunyikan bekal yang diberikan Rafa dibalik kerudungnya yang lumayan panjang.
Jika tidak disembunyikan bisa-bisa semua guru bertanya-tanya. Pasalnya saat Sena datang keruangan Rafa, Sena hanya membawa buku dan pulpen. Ketika keluar masa iya membawa kotak bekal. Nanti disangkanya Sena ada hubungan khusus lagi dengan Rafa. Eh, bukannya memang iya?
Sena segera masuk ke kelas tanpa memakan bakal dari Rafa. Bagaimana Sena ingin memakannya, waktu istirahat saja sudah habis dan guru pun sudah datang.
~•°∞°∞°∞°•~
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas.
"Sen, ga bawa motor?" tanya Vito yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Ngga," ucap Sena seraya menggelengkan kepala.
"Mau bareng?" tawar Vito.
"Em, ga usah deh makasih," ucap Sena.
Sena harus menjaga jarak dengan Vito. Bukan apa-apa, hanya saja Sena takut Rafa melihat dan membuatnya salah paham. Lagi pula Sena sudah diikat dengannya jadi tidak bisa seenaknya.
"Dari pada naik angkot? Ayo lah sen," ucap Vito yang masih terus membujuk Sena agar pulang bersamanya.
"Aku tadi udah telpon Abi buat jemput ko," ucap Sena berbohong. Abinya pasti sedang sibuk dengan urusan kantor, mana mungkin akan menjemputnya.
"Oh, ya udah deh," ucap Vito. Sena tahu Vito sedang mengkhawatirkannya saat ini, tapi biarlah.
"Bener nih? Ya udah aku duluan ya?" ucap Vito seraya berjalan mendahului Sena, menuju parkiran.
Sena segera melangkahkan kaki menuju cafe.
Benar saja sudah ada mobil Rafa di depan cafe.
Sena mengetuk kaca mobil Abu-Abu Rafa.
"Masuk," ucap Rafa dingin.
Kemudian Sena masuk kedalam mobil Rafa.
Wangi maskulin dari tubuhnya dan wangi bunga lily sebagai pengharum mobil bercampur menjadi satu.
"Lama banget?" tanya Rafa seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Bapaknya aja, yang nungguinnya kecepetan." Sena mencebikan bibirnya kesal.
Kemudian Rafa mendekat ke arah Sena. Ini sangat dekat. Hingga tidak ada jarak di antara Rafa dan Sena.
Ya Allah jantung Senaseperti ingin lepas dari tempatnya.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Mata elang itu menatap Sena.
Deru napasnya terasa hangat menyapu wajah Sena.
Sena terdiam seraya memejamkan mata.
"Kamu kenapa?" ucapnya seraya menjauhkan badannya dari Sena.
Sena membuka mata.
"Aku hanya memasang sealbeat," ucap Rafa seraya kembali duduk di tempatnya.
"Fyuhh selamat..." Sena membuang napas kasar.
Untung saja Sena tidak disentuh sebelum waktunya. Haha.
"Lain kali Sena saja. Sena juga bisa." ucap Sena kesal, untuk menutupi kecanggungannya.
"Kenapa memangnya jika saya yang memasang?" tanyanya Rafa seraya menaikan alisnya.
Rafa tidak tahu saja perilakunya itu hampir membuat jantung Sena melompat.
Sena membuang muka ke arah jendala. Tidak mau ketahuan sedang blushing dihadapannya.
"Udah ayo pulang," ucap Sena tak memandang Rafa sama sekali.
Kemudian Rafa melajukan mobilnya.
"Oh iya pak. Bekal dari bapak tadi belum Sena makan. Karena, udah ada guru masuk tadi." Sena mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya.
Sena membukanya.
Terlihat nasi goreng dan telur mata sapi yang kelihatanya sangat lezat."Bapak mau?" tanya Sena seraya memasukan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Gimana cara makanya? saya lagi nyetir," ucap Rafa yang fokus pada jalanan.
"Yaudah kalo gitu gausah."
Dasar sena tidak pekaan!
"Tapi saya juga lapar Sena."
Tak lama kemudian Sena menyodorkan satu sendok nasi goreng ke hadapan Rafa.
Kemudian Rafa melahapnya dan matanya masih fokus kejalan.
Meskipun laki-laki, bibir Rafa tidak kalah pink dengan bibir perempuan. Kata Bunda Kyla Rafa tidak merokok. Beruntung sekali Sena, karena Sena sangat membenci asap rokok. Ketika menghirup asap rokok rasanya dada Sena sesak dan sulit untuk bernapas.
"Enak ya, pak," ucap Sena memuji nasi goreng buataan Bunda Rafa.
"Masakan bunda memang tidak ada duanya," ucap Rafa seraya tersenyum kecil.
"Bapak belum pernah coba masakan sena, ya? Masakan Sena juga ngga kalah enak ko," ucap Sena seraya menutup bekal makan yang sudah habis dan memasukannya ke dalam tas.
"Nanti juga setiap hari saya makan masakan kamu." ucap Rafa santai tapi membuat Sena nge-fly.
Ya Allah kenapa pak Rafa ini jago banget ngeberantakin hati Sena?
"Ke danau sebentar ya?" ucap Rafa yang membelokan mobilnya ke arah danau.
Bersambung......
Siti Fatimah
![](https://img.wattpad.com/cover/208548653-288-k14336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher is My Husband
JugendliteraturFOLLOW BIAR TAU INFORMASI DARI AUTHOR! FYI: SAAT MENULIS INI SAYA BELUM TAHU EUPBI DI PART AWAL. Kebanyakan pembaca mengalami baper berkepanjangan. Bebas ngeluarin unek-unek kalian di komentar. Baper? Keluarin aja. BEBAS! -WARNING ⚠️PLAGIAT JANGAN K...