pertigaan dan singgungan 🍁

2.8K 184 2
                                    

Ingin ku bertanya tentangnya. Rasa penasaran tentang masa lalu mu apakah lancang kutanyakan sekarang. Jika memang kamu bermaksud menjadikan ku sebagai doa mu selanjutnya.
🍃

Kemana nama yang dulu kamu selalu sebut dalam ceritamu. Bahkan mungkin terdapat dalam doa mu.

Kenapa kamu memintaku, sedangkan aku masih bertanya-tanya tentang wanita yang kamu kagumi dan juga kukagumi kecantikannya itu.

Jika dibandingkan dengan Indria. Apalah aku ini, jauh sekali dibawahnya. Tidak ada apa-apanya.

Awan putih berarak mengikuti angin yang berhembus pelan. Hari ini setelah kamu menyampaikan maksud ingin nengenalku lebih dalam, dengan begitu cepatnya kamu memintaku pada orang tua ku.

Apa sebenarnya yang kamu mau. Sungguh, sifat ambisius mu itu tak pernah hilang. Aku menemukan dirimu kembali.

"Kenapa harus secepat ini kak... Aku belum siap." Geram dengan sifatnya itu dia malah cuman tersenyum hangat sehangat hangatnya dihadapanku.

"Karena saya nggak mau untuk menunda apa yang membuat hati saya bahagia," jawabnya enteng.

"Husffff " suara helaan nafasku terdengar jelas ketika aku berjalan menuju kursi taman, lelaki itu mengikuti mengambil duduk disampingku.

"Kalau aku yang tidak bahagia gimana?"

"Setidaknya aku yang akan membuka jalan kebahagiaan untukmu"

"Tapi ini terlalu cepat kak, kita bahkan baru setuju ta'aruf kemarin kan"

Lelaki itu menatapku semakin dalam, tangannya menggapai tanganku, mengusapnya pelan, berusaha meredam amaraku yang sedari tadi menghakiminya.

"Percayalah, semua akan baik-baik saja"

"Lalu bagaimana dengan wanita itu"

Kak Zidan mengerutkan kening, pandangannya seakan bertanya-tanya.

"Siapa yang kamu maksud dek?"

Aku diam sejenak. "Indria," ucapku pelan.

Matanya langsung membulat tak percaya, bahkan pandangannya tak lagi menatapku.

"Memang kamu mengenalnya" suara kak Zidan mulai dingin, kenapa dia jadi seperti tertekan ketika mendengar nama itu.

"Bukankah wanita itu yang kukagumi dulu," lirihku, "dan juga yang dekat dengan hatimu kan kak?"

Tatapan lelaki itu semakin kosong. Aku mengamati segala tingkah diamnya yang membuatku terus menunggu jawaban.

"Seharusnya kamu nggak perlu menanyakan hal yang membuat masa lalu kembali"
Kali ini suara dingin itu keluar.

"Jika masa lalu itu yang membuat saya yakin, bagaimana"

"Terkadang rasa penasaranmu akan membunuhmu" dia mengalihkan pandangan dariku, matanya menatap lurus ke depan.

"Biarkan aku binasah jika rasa penasaran itu mampu membuatku lega"

"Sudahlah dek, aku tak mau membahasnya"

Helaan nafas kasar terdengar darinya, aku masih berusaha tenang dengan tetap diam.

"Aku tak akan melangkah lebih jauh jika 1 pertanyaanku saja tak ada jawabannya kan kak" tukasku. Dia kembali menatapku.

"Dia cuman masa lalu ku, aku dengannya telah berakhir" kata-kata itu tetap dingin, ya setidaknya aku menang kan.

"Kenapa?" Tanyaku pelan.

"Aku tak bisa menceritakannya sekarang" ada sebuah sirat penyesalan dimatanya, atau mungkin sirat permohonan, entahlah, terkadang keduanya begitu sulit dibedakan.

"Jika aku hanyalah sebuah pelarian, aku ingin menjadi tempatmu pulang kak"

Mataku panas, air mataku masih membendung dipeluk mata. Melihatnya hanya diam saja, semakin membuat hatiku meringis. Apa benar jika aku hanyalah sebuah pelarian.

"Aku besok kembali kerja kak, aku pamit"

Tanpa menatap mata hitam pekat yang sedari tadi mengawasiku, aku langsung berdiri dari dudukku.

Ketika aku melangkah menjauhinya, sebuah cekalan pada pergelangan tanganku dari belakang kembali menarik tubuhku untuk diam.

"Maaf," lirihnya pelan, sangat pelan, bahkan menyerupai bisikan.

"Aku pamit" tanpa menoleh sedikitpun aku berusaha melepas cekalan ditanganku, lalu pergi meninggalkannya sendiri.

Tiiiing

Suara notif dari handphone ku membuatku berhenti sejenak ketika langkahku hampir sampai didepan kamarku.

"Suatu saat nanti kamu akan mengetahuinya sendiri, entah kapan. Tapi percayalah, aku dan dia tiada lagi apa-apa"
_zidan_

"Kali ini aku harus menyiapkan hati jika harus mengetahuinya dari orang lain kan kak" _nabila_

Tak lama setelah itu aku mendapatkan sebuah balasan lagi darinya, sebelum aku membukanya aku mengambil duduk depan meja riasku.

"Aku berharap semoga kita bisa memperbaiki ini semua"

Hatiku rasanya masih sakit kak, balasan macam apa yang kamu mau sekarang.

"Aku pamit kak, mungkin besok aku tak akan bisa menemuimu terlebih dahulu sebelum aku pergi"

"Yasudah, hati-hati dijalan. Aku akan menemuimu saat aku juga kembali dinas nanti"

"Apa perlu kita rehat dulu kak" entah apa yang kupikirkan, semoga ini keputusan yang tepat untuk saat ini.

"Jangan menyesal jika aku bertindak lebih jauh nanti"

"Jangan pedulikan aku" balasan terakhirku sebelum kuhempaskan tubuhku kekasur, lelah rasanya menjalani hari ini.

_____⚓_____

*Zidan pov*

"Apa perlu kita rehat dulu kak" balasan pesan dari wanita itu mampu membuat hatiku tak karuan.

"Soal" umpatku kesal, otakku seakan buntu memikirkan ini semua.

"Jangan menyesal jika aku bertindak lebih jauh nanti"

Ku mohon, mengapa serumit ini jika mengaitkan hal dengan masa lalu.

"Jangan pedulikan aku"

Balasan macam apa lagi yang dia kirimkan. Bahkan setelahnya aku berkali-kali menelponnya pun tak bisa.

"Wanita itu" desahku menerawang langit-langit kamarku.

"Kenapa Nabila begitu mengetahui tentang aku dan dia, ah apa mungkin dia sudah lama mengagumiku" batinku mengoceh tak karuan.

Tanganku bergerak lincah membuka galeri pada ponsel Androidku, mencari beberapa foto wanita yang menjadi objek kekacauan hati ini.

"Indria" lama aku tak mengucapkan namanya, bahkan untuk sekedar memikirkannya saja membuatku enggan. Entah karena terlalu rindu atau teringat akan luka lama itu.

Dengan sedikit keraguan aku langsung mendelet beberapa foto wanita berkulit putih nan manis itu. Terlalu manis, hingga tak cocok denganku yang sepahit kopi.

"Aku sudah menghapus semua tentangnya, termasuk semua fotonya" pesan singkat yang baru ku kirim.

Lama aku menunggu pesan balasan, namun nihil. Seseorang disebrang sana bahkan tak membaca chat ku.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang