pemeriksaan kesehatan 💉

2.1K 167 0
                                    

Tekat dan semangat adalah kunci sebuah syarat mengambil jalan cepat, untuk mendapatkan orang besar sepertimu aku harus melewati semua hal yang tak mudah.

Hampir 3 Minggu aku dan mas Zidan menyelesaikan berbagai persyaratan untuk menikah. Mulai dari berkas-berkas seperti,

Surat permohonan izin menikah yang harus diurus calon suami sebagai anggota TNI, yang ditanda tangani komandan kompi. Surat ini berupa 10 lembar.

Surat kesanggupan calon istri. Surat bermatrai 6.000 dan ditanda tangani oleh calon istri dan harus diketahui oleh aparat desa.

Surat persetujuan orang tua. Surat yang dibubuhi tanda tangan dari kedua pihak orang tua dan diketahui aparat desa domisili. Untung surat ini sudah diurus mas Zidan saat dia melamarku dulu.

Surat keterangan belum menikah. Surat ini dibuat sendiri-sendiri oleh calon istri dan calon suami.
Surat keterangan belum menikah juga berisi tentang kesanggupan abdi negara bahwa tidak akan berpoligami, dan jika itu dilanggar maka abdi negara akan diberhentikan dan dipecat dari satuannya.

Surat keterangan menetap orang tua dan orang tua calon istri. Surat yang berupa alamat asli yang menetap, yang harus didapatkan dari aparat desa.

Surat sampul D.
Surat yang didapatkan dari kodim atau Koramil domisili calon istri dan orang tua. Surat ini ditujukan untuk komandan kodim dan Ndan ramil.

Setelah itu baru lah mengurus dokumen N 1, dokumen N 2. Dan berbagai tes lainnya.

"Dokter Nabila, ada yang sedang mencari anda didepan."
Seorang suster memanggilku ketika aku baru selesai memberikan terapi pada Mila, keponakan mia itu diruangan Mia, karena tadi pas aku main keruangannya ternyata Mila juga ingin terapi diruangan Mia.

"Baik, terimakasih sus"

Aku berjalan menghampiri seorang berbaju khas loreng marinir.

"Hantu laut baret ungu," ucapku sambil tersenyum miring, menyandarkan tubuhku ditembok sebelahnya sambil melipat tanganku didepan dada.

Lelaki didepanku ini mencondongkan tubuhnya kearahku sembari melipat kedua tangan di dada. Jarak kami begitu dekat, sampai aku merasakan hembusan nafasnya.

"Cemburu,"
Dia melirik beberapa suster dan dokter wanita yang menatapnya takjub.

Aku memutar mata jengah. Bisa-bisanya dia narsis disini.

"Oh, maaf komandan kapten Zidan. Anda tidak terlalu tampan untuk membuatku cemburu," sanggahku.

Tentu saja aku berbohong. Tidak terlalu tampan bagaimana, dia itu terlampau tampan malah.

"Bilang aja kalau cemburu," dia tetap kekeuh menggodaku dengan mengikuti langkahku menuju ruanganku sendiri.

"Enggak sama sekali," tukasku lagi.

"Bilang aja dek, aku suka kok kalau kamu cemburu," bujuknya tak mau kalah.

Aku kembali memutar mata. "Sekarang kita mau kemana lagi mas?"
Tanyaku kemudian mencoba mengalihkan pembahasan tadi.

"Hari ini jadwalnya tes kesehatan. Tesnya harus di RS TNI"

Aku terhenyak sesaat. Aku mengigit bibir sedikit berfikir.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang