pedang pora cakra kostrad 💐 (Indria dan putra)

2.8K 153 5
                                    

Qodzo' dan qodar Allah memang penuh rahasia. Merahasiakan hati dan segala perasaannya.

"Sedekat apapun jarak kita, jika Allah tidak meridhoi kita bertemu, maka tak akan ada pertemuan. Dan sejauh apapun jarak kita, jika Allah mempertemukan kita maka akan ada pertemuan itu"

Sebuah quotes dibalik sampul undangan pernikahan seseorang ini membuatku tersentuh dan terkejut secara bersamaan.

"Ketika burung terbang mengepakkan sayapnya. Bagi seorang lelaki cinta adalah sebelah sayap yang dimiliki, sedangkan dia membutuhkan satu sayap lainnya untuk terbang mengitari angkasa. Dan itu adalah cinta dari seorang wanita."

Tanpa kuketahui tiba-tiba mas Zidan memelukku dari belakang. Setelah mengatakan kata-kata romantis itu mas Zidan mengecup keningku singkat.

Senang sekali dia membuatku tersipu malu lalu mencubit pipiku gemas.

"Aw, sakit tau mas,"
Keluhku cemberut.

"Maafkan mas,"

Berhari-hari mas Zidan mengatakan itu. Namun berkali-kali pula aku tak pernah menjawabnya ataupun membalasnya.

"Kamu masih marah ya. Mas tau kalau mas mungkin ndak bisa menyembuhkan hatimu. Tapi mas masih bisa mendapatkan maafmu kan,"
Lirih mas Zidan.

Mata hitam pekat itu menatapku dengan sendu. Perlahan dia duduk disebelahku yang sedari tadi hanya diam saja.

"Mas, ini ada undangan."

Aku menyodorkan kertas undangan itu pada mas Zidan. Sebenarnya tadi aku melihat undangan pernikahan yang ditujukan padaku, sedangkan untuk mas Zidan juga ada sendiri. Kedua pengantin ini rupanya ingin mendapatkan amplop dari satu keluarga yang hadir.

"Putra,"

Kening mas Zidan bertaut seakan mengatakan benarkah.

"Iya mas, kak putra temanmu."

Seketika kami saling tertawa.

"Kok bisa ya dek,"
Kekehan mas Zidan semakin memenuhi ruangan.

"Iya mas, tapi kok bisa ya,"
Tanyaku menyakinkan.

Mas Zidan menghentikan tawanya sejenak lalu mulai bercerita.

"Kita dulu bersahabat. Dan aku tahu jika putra juga tertarik pada Indria, sayangnya kisah mereka itu unik. Saling menyakiti dan saling menyimpan rasa,"

Aku yang sedari awal fokus menyimak sekarang faham kenapa Indria bisa secepat itu move on dari mas Zidan.
__________⚓________

"Semoga kamu bahagia ya nak,"
Ucap bunda (ibunya Indria) pada Indria.

Indria menatap bunda berbinar-binar lalu mereka berpelukan sambil tersenyum.

Wanita ini semakin memancarkan aura kecantikannya dengan memakai gaun pengantin berwarna putih. Riasan wajah ayu itu semakin membuat semua orang terpesona. Aku yakin jika wanita ini bukanlah orang jahat, dan itu terjawab dengan semua ini.

"Maafkan aku Nabila,"
Lirih Indria menggenggam tanganku.

Untuk membalasnya aku tersenyum singkat sembari mengangguk. Jangan lupa jika luka juga butuh waktu untuk sembuh.

"Semoga kamu bahagia Indria,"
Balasku.

Indria mengangguk dan tersenyum semanis mungkin. Dia begitu terlihat bersyukur ketika ijab qobul terucapkan dari kak putra tadi. Tapi diantara tatapan matanya seperti tidak bisa diartikan.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang