Rumit itu seperti jalan pintas yang tepat untuk dipilih. Ingat, bahwa bersama kesusahan ada kemudahan.
⚓
"Pak, Mak, Nabila berangkat ya Sama mas Zidan,"
Pamitku ketika sampai didepan pintu rumah, menunggu mas Zidan yang sedang menyalami kedua orang tuaku bergantian."Hati hati ya, nak" ucap mamak dan bapak.
"Mas, hari ini kita kemana?"
Aku bertanya ketika mas Zidan mulai memelankan laju motornya saat kita sudah sampai dipekarangan rumah mas Zidan."Kita kedalam dulu ya, ibuk pengen ketemu sama kamu,"
Jawab mas Zidan sambil turun dari motor.Aku melepaskan helem yang kupakai lalu mengangguk mengiyakan.
"Assalamualaikum"
Aku mengecup punggung tangan ibuk lalu ibuk menuntunku keruang tamu."Ayah dimana buk?" Tanya mas Zidan yang beranjak ke kamar untuk menaruh dokumen N 2 yang tadi kuserahkan.
"Ayah mu itu, tadi bantuin warga buat kerja bakti di masjid"
Aku dan mas Zidan manggut-manggut.
"Nabila disini dulu ya, ibuk mau ambil sesuatu," ibuk berjalan kearah sebuah ruangan yang difungsikan khusus untuk ibuk menjahit baju.
Aku menunggu ibuk sendirian diruang tamu. Mas Zidan yang sedari tadi masih sibuk dikamarnya, mungkin mas Zidan sedang berganti baju, Karena hari ini kita akan pergi setelah ini.
"Ayo nak, kamu coba ganti baju ini dulu ya. Ibuk pengen lihat"
Ibuk menyerahkan sepasang baju berwarna biru laut dengan bawahan batik kalong."Tapi buk,.."
Belum sempat aku berkata ibuk sudah mendorongku ke kamar ganti.Kebaya modern berbahan brokat tiga dimensi ini terlihat sangat pas ditubuhku, dipinggangnya terdapat beberapa detail bunga-bunga kecil ditambah ikat pinggang kecil berwarna putih.
Bawahannya berupa rok lilit dengan motif batik kalong yang mewah namun modelnya sederhana."Indah sekali," ucapku ketika menatap pantulan diri disebuah kaca besar.
Perlahan aku melangkah keluar menemui ibuk. Tapi saat aku sampai di pintu kamar yang terletak disebelah kamar mas Zidan aku dan mas Zidan tak sengaja bertabrakan.
"Eh eh, Nabila"
Reflek ibuk, ketika aku hampir terjatuh jika saja mas Zidan tidak segera menangkap tubuhku. Mataku terpejam, aku takut jatuh. Jadi aku memejamkan mata begitu erat.Aku merasa begitu dekat dengan tubuh seseorang, seperti ada sebuah tangan besar yang merangkul tubuhku yang menempel dengannya, sedangkan aku masih memejamkan mata sambil meremas pundak kokoh itu begitu erat karena takut terjatuh.
Ckrek.. ckrek... (Suara cepretan kamera ponsel syarif)
"Masya Allah dek, kamu tuh ya, ngagetin ibuk"
Geram ibuk karena kaget sama anak bungsunya yang tiba-tiba berdiri disampingnya dan sibuk mengambil beberapa foto kedua orang yang masih saling berdekatan."Astagfirullah mas, belum muhrim mas!"
Teriak ibuk mengingatkan. Tapi tak mau memisahkan kami."La, Nabila... Udah, buka matanya ya," lirih mas Zidan pelan. Lalu dia menyentil keningku.
![](https://img.wattpad.com/cover/219049874-288-k787318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pendamping marinir
RomanceUntuk mendampingi orang besar seperti mu aku harus bisa tangguh sepertimu. agar aku tak mundur jika kamu membutuhkanku menahan keluh kesah mu. kita dipertemukan untuk sebuah perpisahan, ketika sang marinir memenuhi panggilan pertiwi, aku harus mampu...