cemasnya Danil dan ketakutan Maria 🍁

2.3K 152 1
                                    

Pemilik akan lebih menghawatirkan miliknya dari pada apa yang dimiliki menghawatirkan dirinya.

rasa sakit yang akan dirasakan saat melahirkan sama seperti seseorang mengalami 20 patah tulang secara bersamaan.

"Apa yang mas rasakan jika ada yang menyatakan cinta pada mas,"

Kata-kata dari bibir mungil Nabila membuat lidahku keluh seketika.

"Ak aku bisa menjelaskan semuanya Nabila,"

"Maka jelaskanlah mas, aku akan mendengarnya"

Inilah kelebihan wanita didepanku. Dia akan selalu berusaha tegar dan mendengarkan setiap penjelasan dari siapapun meskipun itu menyakitinya.

Satu hari itu tiada kutemui senyum tulus dari wajah wanitaku, yang ada hanyalah sebuah senyum hampa yang aku ketahui artinya dia sedang tidak ingin tersenyum saat itu. Dan senyum itu hanyalah sebuah bentuk penghormatan kepada suaminya.

"Mas aku ingin menyusul mamak,"
Arti pesan pamit yang baru saja aku terima ketika aku sedang duduk diparkiran korps malam ini. Apa ini, kenapa dia gegabah seperti ini, apalagi kondisinya sedang hamil tua.

Tanpa pikir panjang aku langsung melacak keberadaannya dari ponsel janggiku yang sengaja sudah diisi aplikasi khusus yang hanya dimiliki seorang TNI.

Lokasi Nabila saat ini menunjukkan di Stasiun kereta api, aku harus segera kesana sebelum terlambat dan semua semakin runyam. Berada dalam keadaan seperti ini membuatku sangat merasa bersalah pada Nabila. Dia istriku tapi kenapa seakan-akan dia tak menghormatiku dalam mengambil keputusan.

"Aku berangkat ya, mas,"

Kata pamit itu membuatku antara tega tak tega mengizinkannya pulang tanpaku.

Lama kukecup kening wanitaku, meresapi setiap rasa sakit yang ada.

"Stttttt mas, sakit."
Rintihan Nabila setengah sadar. Spontan aku menyanggah tubuhnya sebelum dia sepenuhnya ambruk dipelukanku tak sadarkan diri.

"Dek, dek, bangun dek. Nabila, kamu kenapa La,"
Terus saja aku menepuk pipinya pelan agar dia sadar. Namun nihil, dia tak juga sadar sedangkan para penumpang kereta mulai mengerubungi kami.
____________⚓____________

"Dok, tolong istri saya, dok !"

Dari pintu masuk rumah sakit aku sudah disambut beberapa perawat yang membawa bankar, aku langsung berteriak meminta bantuan pada dokter wanita yang merupakan teman kerja Nabila sendiri.

"Bapak tenang dulu, kami akan menangani ibu Nabila dengan baik,"
Ucap seorang perawat wanita yang menghadangku untuk masuk ruang ICU.

"Nabila kenapa,"
Danil melangkah cepat kearahku dengan wajah cemas, sedangkan Maria juga menunjukkan ekspresi yang sama.

"A, aku nggak tau."
Jawabku menundukkan kepala. Perlahan kuhembuskan nafas secara kasar sembari melepas baret ungu kebanggaan dari kepalaku. Apalah arti tatah dalam keadaan seperti ini.

"KAU INI SUAMINYA ATAU BUKAN. ISTRIMU SEPERTI INI KAU TAK TAHU,"

Danil mencengkram bajuku kuat, matanya begitu tajam seakan ingin membantaiku.

Menghadapi situasi seperti ini membuatku diam seribu bahasa, ini memang salahku.

"Gue tau, Lo sengaja buat Nabila kayak gini kan, biar Lo bisa sama wanita itu,"

Oktaf suara Danil tidak berkurang sedikitpun dari sebelumnya. Dia menunjuk secara kasar pada wanita yang tak tahu sejak kapan sudah berdiri selangkah dari sisi kananku.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang