surga dalam duka pertama 🍂

2.5K 149 0
                                    

Allah memanggil kita bertemu denganNya melalui adzan, memanggil untuk berkunjung kerumahNya dengan haji, dan memanggil kita untuk kembali disisinNya dari kematian.
🍃

"Mas nggak apa-apa kan,"

Saat ini aku sedang mengobati pelipis mas Zidan yang berdarah karena kejadian tadi.

"Mas nggak apa-apa dek, harusnya sekarang mas yang tanya ke kamu. Nabila baik-baik saja kan,"

Tangan mas Zidan mengusap lembut pipi kananku.

Sekilas aku tersenyum mendapatkan sikap manisnya.

"Maafkan mas, mas nggak bisa selalu membuatmu bahagia. Mas selalu membuatmu bersedih dan terancam,"

Entah kenapa sampai saat ini kata maaf dari mas Zidan selalu tidak bisa kubakas ataupun aku terima dengan lega. Aku sudah memaafkannya tapi aku selalu teringat akan kesalahannya itu.

"Aku nggak apa-apa mas,"
Jawabku sambil menyelesaikan membersihkan luka diwajah mas Zidan menggunakan kapas dan alkohol.

"Aw, pelan-pelan dek, perih ini."

Mas Zidan meringis kecil menahan perih saat cairan alkohol yang ku buat untuk membersihkan luka mengenainya.

"Lebay kamu mas, masak seorang tentara terluka sedikit aja kesakitan."
Dumelku dengan wajah datar.

Mas Zidan terkekeh sekilas lalu sedetik setelahnya dia mengecup pipiku secepat kilat.

Aku sedikit terkejut juga terdiam. Kenapa mas Zidan seperti kita awal-awal menikah, sikapnya yang seperti ini malah membuatku semakin takut.

"Yang aku harapkan saat ini hanyalah mendapatkan maaf darimu, Nabila. Dan mas harap, mas dapat kembali menggenggam hatimu."

Mata kami saling bertemu mencari kebenaran masing-masing. Mata memang tak akan pernah berbohong bagi orang-orang yang bisa membacanya.

Prang......

Tanganku tanpa sengaja menyenggol gelas dimeja. Seketika aku langsung berjongkok memungutinya, tapi ketika baru kusentuh pecahan kaca itu tanganku langsung tergores hingga cairan merah itu mengalir dari jari tanganku.

"Astagfirullah.... Dek, kamu nggak apa-apa kan,"

Tanya mas Zidan ikut berjongkok dihadapanku lalu secepat mungkin dia memasukkan jariku yang berdarah itu kemulutnya dan menghisapnya sampai tak mengeluarkan darah lagi.

"Ndak mas, aku nggak papa."

Aku mencoba menarik tanganku darinya tapi mas Zidan dengan kuat menahanku sampai dia mengobatiku menggunakan alkohol dan obat merah.

"Nah, sudah selesai. Mas minta kamu lebih hati-hati lagi La,"
Pinta mas Zidan seperti menasihati anak kecil.

Setelah mas Zidan selesai mengobatiku aku langsung berdiri dan berniat ingin pergi darinya tanpa bicara apapun. Karena jujur aku sedang malas untuk berbicara dengan mas Zidan.

"Ya Allah, pantaskah aku mencium wangi surgamu."
Batinku berbicara sambil memejamkan mata membelakangi mas Zidan.

"Apa seperti ini jika mas sudah mendapatkan maafmu. Mas tau jika kesalahan mas tidak mudah dimaafkan, tapi mas akan selalu berusaha sampai semua ada titik terang dek,"

Suasana kembali hening saat mas Zidan menyelesaikan apa protes hatinya.

Kriiiiiiiing.......

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang