indria Nadira 🌷

1.8K 129 1
                                    

Aku tak ingin menganggap kehadiranmu sebagai ancaman. Tapi hatiku selalu berbisik seperti itu dengan sendirinya.

Setelah melihat wajahnya tadi pikiranku menjadi begitu was-was. Apa dia orang yang sama dengan foto yang dulu mas Zidan tunjukkan padaku. Aku mohon dan ku harap tidak.

Aku tak tahu harus memperlakukan hatiku bagaimana nanti jika aku cemburu padanya. Meskipun aku tahu dia masa lalu dari lelaki yang aku miliki sekarang, tapi aku tetaplah takut jika masa lalu mampu merebut apa yang pernah terjadi. Bisa dipastikan jika akan ada hati yang harus dikorbankan.
Dan aku tidak mau jika hatiku yang harus jadi tumbalnya.

"Nabila,"
Mia memanggilku sedikit keras dari ujung pintu ruangannya yang terletak disebelah tangga.

"Apa, mi?"
Aku berhenti didepan Mia.

"Sibuk nggak?, Temenin gue ke poli anak, yuk."

Sepagi ini, nggak habis pikir deh sama nih anak. Bahkan aku belum masuk keruanganku, ini terlalu pagi untuk menangani pasien orang lain kan.

"Aku, ngapain?,"

Mia memutar matanya jengah.

"Bantuin gue. Ada seorang anak yang demam tinggi. Tapi dia nggak mau diperiksa, karena dia shok. Jadi, bantuin gue ya."
Rayu Mia dengan kedua tangan ditangkupkan memohon.

"Baiklah," jawabku seadanya. Mia langsung menaruh tas ku diruangnya.

Aku mengekori Mia yang berjalan cepat. Namun saat didepan pintu UGD aku tak sengaja bersenggolan dengan seseorang.

"Aw, maaf maaf. Saya tidak sengaja,"
Ucap wanita yang tadi menabrakku.

Wanita ini, wanita yang lagi hangat-hangatnya dibicarakan dirumah sakit ini. Dengan sejuta prestasi dan kecantikannya.

"Saya juga minta maaf, dok."

Wanita itu tersenyum hangat. Sungguh, itu senyum yang memikat mata.

"Anda dokter baru ya, dari devisi bedah kan?."
Tanyaku mencoba beramah tamah dengannya.

Wanita ini tersenyum simpul.

"Iya, nama saya Indria Nadira. Panggil aja Indria,"

Dia mengulurkan tangannya, aku menyambutnya ragu.

Indria. Benar tebakanku kemarin, aku harap sudah tiada apa-apa diantara mereka. Apa rencana Tuhan mempertemukan aku dengan wanita ini sekarang. Apa masih ada hal yang tabu akan terungkap.

"Nabila Az-Zahra. Kamu bisa memanggilku Nabil,"
Jawabku disertai senyum hampa.

Indria mengangguk. Senyumannya tak pernah luntur. Dia terlihat baik, dan seribu kali lebih baik dariku.

"Eh, ibu hamil nggak apa-apa kan?"
Mia menghampiri kami, dia memutar tubuhku tanpa izin.

"Enggak Mia, aku tadi cuman tersenggol bukan tertabrak."

Aku memutar mata pada Mia yang menatapku biasa saja. Sedangkan Indria menatap kami bingung.

"Oke, aku lega."
Mia seakan-akan mengembuskan nafas lega. Ada aja nih anak.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang