Menyakitkan seperti apapun hidupmu. Itu adalah ceritamu, jelas tak akan sama dengan siapapun.
⚓5 hari lalu setelah mendengar dan melihat secara langsung kata yang menyakitkan itu terucap dari Indria membuatku setiap melihat mas Zidan menjadi tak mampu lagi menatap matanya. Semua terasa menyakitkan, apalagi aku yang notabenya memang cengeng.
Sekuat apapun aku mencoba untuk bersikap biasa saja, tapi aku tetap saja tak bisa menghilangkan sikap dinginku pada mas Zidan. Sampai pada akhirnya mas Zidan juga menyadari kalau aku berbeda dari biasanya beberapa hari ini.
"Kamu kenapa sih dek, kok cuek banget sama mas?"
Mas Zidan yang baru pulang dinas memasuki kamar dengan tenang lalu menghampiriku yang duduk ditepi ranjang sambil menyelonjorkan kaki.
"Ndak kok mas,"
Setiap kali aku coba tersenyum padanya yang ada malah luka itu kembali terungkap."Makan ya, mas ambilin."
Sebelum menjawab pun mas Zidan sudah lebih dulu beringsut menuju meja makan, dan sekarang dia datang dengan sepiring nasi juga segelas susu ibu hamil.
"Nggak ah mas, aku belum lapar,"
Jawabku singkat.Aku berusaha untuk berbaring dan memejamkan mata ketika mas Zidan menghela nafas berat.
"Kamu kenapa sih La,"
Suara mas Zidan terdengar frustasi. Dia seakan lelah dengan pertanyaan sama yang selalu dia ajukan barusan,
Tangan kekar mas Zidan memelukku dari belakang. Dekapan hangat itu begitu menenangkanku, aku merindukan dia yang seperti ini. Tapi setiap kali ini terjdi air mataku tak lagi bisa kutahan.
"Kamu kenapa Nabila, kenapa kamu menagis ?"
Dengan paksa mas Zidan memutar tubuhku untuk menghadap kearahnya. Ketika wajahku ditangkup dengan kedua tangan besar itu aku hanya mampu memejamkan mata yang terus mengalirkan air mata.
"Jika ada yang mengungkapkan cinta padaku. Perasaan mas bagaimana,"
Ucapku disela-sela isakan tangis.Sesungguhnya aku malu jika harus menangis didepan laki-laki, tapi ini sangat sulit jika harus melibatkan perasaan.
"Siapa yang dengan berani-beraninya mengatakan itu pada wanita yang sudah bersuami dek, coba kamu bilang sama mas,"
Kata mas Zidan tenang, namun dari nada suaranya dapat aku simpulkan jika dia sedang geram.Lama aku terdiam, mencoba meredakan senggukanku yang semakin sering.
"Katakan saja apa yang mas rasakan,"
Pintaku sambil menatap matanya."Mas... Mas akan merasa kecewa, mas juga akan takut jika kehilangan kamu."
Seperti itulah mas yang aku rasakan, tapi tidak dengan mu.
Sedetik kemudian mas Zidan mengecup keningku lama, perlahan mas Zidan melumat bibirku dengan lembut. Menyalurkan kekuatan untukku yang terlihat rapuh sekarang.
"Lalu bagaimana jika itu yang aku rasakan mas,"
Lirihku pelan.Mata kami kembali saling mengunci. Saat itulah aku melihat mas Zidan terjingkat kaget akan perkataanku.
"A apa maksudmu dek,"
Ucapnya tergagap seakan sulit untuk mengatakannya."Tidak aku hanya merasa takut aja, mungkin itu hanya perasaanku aja mas,"
Kataku sambil tersenyum.Mas Zidan mengusap ubun-ubunku perlahan, dia juga mengucapkan sebuah doa lalu meniupkan ke ubun-ubunku.
"Jadi ini alasanmu susah makan berhari-hari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pendamping marinir
RomanceUntuk mendampingi orang besar seperti mu aku harus bisa tangguh sepertimu. agar aku tak mundur jika kamu membutuhkanku menahan keluh kesah mu. kita dipertemukan untuk sebuah perpisahan, ketika sang marinir memenuhi panggilan pertiwi, aku harus mampu...