cerita nur umiyah 🌹

1.9K 118 0
                                    

Ketika hatimu menduga itu yang terbaik lalu ada tekat didalamnya. Percayalah, itu mungkin jalanmu bahagia dalam perjuangan.
🍁

Selama mas Zidan melaksanakan ekspedisi penangkapan mafia yang terjaring sindikat narkoba di laut Cina. Selama itu pula mamak dan bapak akan menemaniku disurabaya, selain itu juga aku tak lepas dari Mario ajudan mas Zidan itu  yang selalu ditugaskan untuk menjaga keamananku dan keluarga.

Tepat satu bulan aku terpisah dari mas Zidan. Biasannya aku akan merasa kesepian jika dirumah, karena 3 hari lalu aku sudah mengambil cuti melahirkan. Tapi hari ini aku tidak merasa kesepian sama sekali, karena teman SMA ku, nur umiyah datang tadi pagi dan rencananya dia mau menginap 2 hari disini. Tanpa pikir panjang dan merasa keberatan sama sekali aku menerimanya dengan senang hati.

"Umi, kamu katanya mau menikah. Mana undangannya,"
Tanyaku pada umi yang sekarang duduk disampingku, tepatnya diatas ranjang kamarku.

"Eh iya lupa gue,"

Umi beranjak dari duduknya lalu berjalan kearah tasnya yang tergantung pada paku pintu kamar. Tangannya menggenggam sebuah kertas indah yang aku yakini sebuah undangan pernikahan.

"Jadi, sama pak tentara angkatan udara itu ?,"
Tanyaku lagi sambil mengernyitkan kening.

Alisku semakin bertaut bingung saat umi malah menggeleng sambil tersenyum.

"Lihat dulu dong undangannya, calon gue pakai seragam apa Nabila," ucap umi gemas.

Mataku beralih kepada kertas undangan yang kupegang. Bukannya loreng biru angkatan udara, tapi malah loreng hijau angkatan darat. Setelah itu aku mengamati nama yang tertera di sana.

"Bentar deh, kok namanya kayak nggak asing ya ?"
Aku kembali bertanya sambil menatapnya serius.

"Kevin ?" Ucapku memastikan.

Lagi-lagi umi hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, dia teman SD ku dulu. Orang yang dulu sering aku ceritakan kalau dialah orang yang mau dijodohkan denganku."

Aku terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan umi dan menilik kenyataannya sekarang.

"Tapi bukannya dia sudah menikah dan punya anak."

Bukannya tersinggung umi malah tetap tersenyum padaku.

"Kamu benar, tapi istrinya telah tiada saat melahirkan. Dan kisah kita terbilang terlalu rumit untuk diceritakan."
Jelasnya lagi.

Mendengar itu membuatku menunduk sedih, lalu mengelus perutku yang besar. Bagaimana jika nanti aku bernasib sepertinya.

"Lalu bagaimana dengan yang angkatan udara itu ?" Kembali lagi aku berondong dia dengan segala pertanyaan yang ada dibenakku.

"Sebenarnya kami hanya saling mencoba mencintai, namun hati dan pikiran kita berkata lain. Kita sudah saling mengikhlaskan,"
Jawab umi tenang.

"Kamu yakin ?"

Aku menangkup tangan umi, setelah itu umi membalas menangkup tanganku dengan hangat.

"Kau tau, dia bahkan bilang kalau dia tak pernah berhenti memintaku dalam doa, selain itu aku baru tahu kalau dia sudah nencintaiku sejak SD. Lucu banget kan ?,"

Tawa renyah dari umi membuatku semakin mengerutkan kening. Melihatnya bahagia seperti ini membuatku ikut senang.

"Percaya nggak sih, kalau selama ini dia menyimpan perasaan sama aku,"

Mata umi menerawang ke langit-langit kamarku. Sesekali pula dia tersenyum.

"Lalu bagaimana dengan istrinya dulu jika Kevin mencintaimu. Dan anaknya ?"

Umi beralih menatapku.

"Sama seperti rasulullah memulai cintanya dengan Khodijah, dan mengakhiri cintanya bersama Aisyah."

Aku tersenyum mendengar dari jawaban sahabatku yang satu ini, dia mencoba menyakinkanku.

"Jika itu yang kamu yakini, aku selalu mendukungmu."

Kami saling melempar senyum.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku yang satunya, bagaimana dengan anaknya ?"

Senyum umi semakin lebar, dia terlihat tenang-tenang saja.

"Usiannya baru 2 tahun, gadis yang sangat cantik dan membuatku jatuh hati padanya. Kau tau, La ?. Saat pertama kali kita bertemu bahkan dia sudah memanggilku mama"

Senyum bahagia itu kembali terukir. Aku ikut terenyuh membayangkan betapa beratnya harus kehilangan sosok ibu diusia sekecil itu. Meskipun aku dan umi sejak kecil sering ditinggal merantau sampai bertahun-tahun, tapi kita tetap punya sosok ibu dalam kehidupan kita.

Air mataku dan umi perlahan turun saat cerita tentang putrinya Kevin diceritakan umi. Aku sangat merasa kasihan dan tersentuh pada sosok gadis kecil itu.

"Dia bahkan sering bilang gini sama Kevin. 'ayah Ndak boleh sedih, ayah pasti ketemu bunda baru yang sayang sama aku' selain itu dia sangat terlihat lebih dewasa dari usianya."
Terang umi sambil berkaca-kaca.

"Terkadang dewasa sebelum usianya itu penting, selain untuk membentuk kepribadian. Itu juga berfungsi untuk menghibur diri dari luka yamg dibuat oleh takdir."
Ucapku lirih, sesekali aku mengusap air mataku.

"Entahlah, satu bulan yang lalu setelah kita bertemu Tanpa sengaja, saat aku mengantarmu pulang ke bandara. Nah dari situlah aku merasa sangat yakin dengannya."

Umi kembali bercerita tentang pertemuannya dengan Kevin saat pulang dari bandara setelah mengantarku.

"Beberapa hari setelahnya aku dan Kevin memutuskan untuk lebih serius lagi. Meskipun aku harus melepaskan Rendra, tunanganku."

Aku baru tahu kalau nama tentara angkatan udara itu adalah Rendra.

"Lalu bagaimana dengan keluarga Rendra?"

Umi diam sejenak, setelah itu dia kembali tersenyum hangat.

"Mereka tidak mempermasalahkan. Bahkan mereka bilang kalau kita harus tetap menjadi saudara, selalu menghubungkan silaturrahmi."

Aku ternganga tak percaya. Bagaimana mungkin aku tak mengetahui apapun tentang kisah cinta sahabatku ini.

"Bagaimana mungkin ?"

"Sebenarnya Rendra itu sudah memiliki calon sendiri, tapi karena dia menerima perjodohan tersembunyi diantara keluarga kami jadi dia memendam perasaannya sendiri. Dan saat dia mengetahui kalau kita akan selesai, dia mengenalkan calonnya itu pada keluarganya. Keluarganya juga menerima dengan baik calon Rendra, bahkan mereka meminta maaf karena nggak tau kalau Rendra sudah punya calon sendiri."

Terdengar helaan nafas besar diakhir cerita umi. Mungkin dia sedikit lega karena sudah mengatakannya.

"Apapun yang terjadi, doaku selalu menyertaimu. Aku bahagia melihatmu seperti ini. Ngomong-ngomong Kevin lebih tampan ya dari Rendra, mangkanya kamu klepek-klepek "

Aku tertawa puas setelah mengatakannya. Apalagi saat melihat umi yang salah tingkah sama malu-malu.

"Ish kau ini, jangan menggodaku. Ayo tidur,"

Umi langsung membungkus badan sampai kepalanya dengan selimut. Sedangkan aku hanya geleng-geleng dan terus melanjutkan tertawaku.

"Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, dan semoga kebahagiaan menyertai pilihanmu."
Lirihku ikut tidur disampingnya.

"Makasih Nabila, aku bersyukur mendapatkan sahabat sepertimu,"
Ucapnya menatapku.

"Aku lebih bersyukur mempunyai sahabat sepertimu."

Setelah saling melempar senyum hangat kami pun mulai memejamkan mata menuju mimpi masing-masing.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang