komandan mayor Zidan ⚓

2.2K 144 1
                                    

Orang baik tidak mengatakan dirinya baik. Dan orang yang mengatakan dirinya baik adalah orang yang tidak baik.
_Ali bin Abi Thalib_

Lapangan utama di bhumi marinir kali ini dipenuhi para pria berseragam putih dan wanita dengan seragam biru tua. Begitupun dengan ku dan mas Zidan, yang nampak serasi dengan seragam putih dan biru tua yang sekarang ku pakai.

Setelah pelantikan taruna Taruni baru diakademi angkatan laut (AAL) kemarin, Hari ini diadakan pelantikan lanjutan para perwira angkatan laut, kenaikan pangkat baru.

Untuk pertama kalinya, aku menemani seorang perwira pertama yang akan menjadi perwira menengah.

Lelaki itu, lelaki yang sama ketika dia mengucapkan qabul dengan yakin dan tegas. Perwira ku, abdi negaraku, Sang kaptenku, dan mayor ku.

"Selamat kakak, semoga kakak dapat bisa memanfaatkan ilmu bagi negara kita."

Lelaki didepanku ini kian menatapku lekat. Mata hitam pekat itu semakin memancarkan kebahagiaan. Mengemban amanah baru dengan gelar kehormatan.

"Heh, kakak. Kemana panggilan mas mu itu."

Kali ini mas Zidan terkekeh geli. Tangan yang kokoh itu langsung merangkul tubuhku, jemarinya dengan lancang menyentil keningku pelan.

"Ih, kan aku lagi kangen manggil mas Zidan pakek kakak." Dengusku.

Bukannya membujukku yang sedang merajuk, mas Zidan malah semakin tertawa lepas menggodaku.

"Aku juga rindu sifat malu-malu mu saat masih memanggilku kakak."

Mendengar apa yang dikatakan mas Zidan semakin membuatku mencebik. Enak saja dia bilang, aku dulu malu-malu kan Karena aku menghormati dia sebagai guruku.

"Izin, lapor kepada mayor Zidan,"
Suara tegas seorang Bintara berdiri didepan kami.

Mas Zidan langsung melepaskan pelukannya dan segera memperbaiki posisi kami menjadi tegap.

"Ada apa Mario?"
Tanya mas Zidan tak kalah tegas.

"Siap. Mayor Zidan dipanggil laksamana menghadap,"

"Baiklah, saya akan segera menghadap. Dan kamu Mario, saya tugaskan untuk mengawal ibu Nabila kembali ke asrama. Dan satu lagi, jangan macam-macam kamu."
Pinta mas Zidan pada Mario.

"Siap, laksanakan komandan,"
Jawab Mario dengan lantang.

Perlu diketahui, Mario ini adalah Bintara yang dulu pernah aku goda untuk melihat apakah mas Zidan cemburu atau tidak. Dan sekarang Mario telah menjadi seorang perwira dengan pangkat letnan dua. Dia juga ditugaskan langsung oleh kesatuan untuk menjadi ajudan mas Zidan yang terkadang harus mengamankan ku ketika mas Zidan tugas.

"Semangat mayor Zidan. Bertambah tinggi sebuah jabatan berarti bertambah berat beban yang ditanggung kan."

Aku mengikuti kata-kata yang dulu selalu dia ucapkan untuk mengingatkan orang yang sedang berbahagia dengan pangkatnya.

"Ah, aku jadi lebih suka kau panggil kapten sekarang,"

Mas Zidan mencebik didepanku. Lucu sekali, seorang mayor tentara sedang merajuk didepanku.

"Ayolah mayor, atau aku akan kembali memanggil mas pakek kakak aja ya,"
Candaku lagi.

"Terserah kamu, adek"
Gemas mas Zidan mengusap kepalaku lembut.

Aku nyengir sebentar sebelum mencium punggung tangan mas Zidan.

"Kembalilah ke asrama. Aku akan segera kembali,"

Aku mengangguk lalu berbalik melihat Mario yang masih bertahan dengan posisi tegap sempurna dari tadi.

"Mario balik kanan, jangan lupa tersenyum."
Pintaku yang langsung dituruti Mario tanpa bantahan.

"Nabila..."
Geram mas Zidan karena aku meminta Mario untuk tersenyum.

"Ayolah mas mayor, aku suka melihat orang tersenyum. Apa salahnya aku meminta ajudanmu ini untuk tersenyum saat bersama ku."

Jawabanku ternyata malah menyulut emosi mas Zidan. Ah orang ini, masih sama aja.

"Ingat, Ndak boleh jalan beriringan dengan Mario. Atau aku sendiri yang akan mengantarmu." Tukas mas Zidan.

Ya, inilah mas Zidan. Dia itu terlalu pengingat. Aku memang suka berjalan disamping Mario dari pada didepannya saat beberapa kali Mario ditugaskan untuk mengawalku. Alasannya, ya tentu aku tak mau terlihat seperti nyonya besar lah.

"Mario, kamu paham!" Sarkas mas Zidan.

Kasihan kan Mario, dia jadi korban diantara kecemburuan mas Zidan sekarang. Aku tau dia pasti merasa serba salah.

"Siap. mengerti komandan," jawab Mario dengan lantang dan tegas.

"Bisa dimengerti ibu Jalasenastri Nabila."
Mas Zidan menghadap tubuhku kearahnya.

"Siap. mengerti komandan mayor Zidan,"
Jawabku lengkap dengan hormat dan senyum yang merekah.

Senyuman manis terbit dari wajah tampan mas Zidan. Dia mendekat memberikan sebuah kecupan dikeningku sebelum pergi menghadap komandan kesatuan.

"Dek Nabila, selamat ya atas kenaikan pangkat mayor Zidan."

Mbk Rina menghampiriku. Penampilan mbk Rina memang harus diacungi jempol. Di usianya yang sudah tak lagi muda, mbk Rina tetap mempesona dengan seragam biru tua Jalasenastri. Dan lagi, istri laksamana ini begitu ramah pada anggota yang lainnya.

"Siap, terimakasih mbk,"
Jawabku ramah.

Usai berjabat tangan menyampaikan kata semangat. Aku izin pamit kepada mbk Rina Karena tak enak jika membiarkan Mario yang sedari tadi menungguku.

"Ayo Mario,"
Pintaku pada Mario untuk mengikuti jalanku.

"Siap, Bu Nabila," jawabnya.

"Kamu kan sudah jadi perwira, kapan kamu akan berkeluarga Mario"
Aku mencoba memecahkan keheningan ditengah perjalanan menuju asrama.

"Izin, Bu Nabila. Saya belum terpikirkan sampai kesana,"
Jawab Mario sambil tersenyum kecil.

"Kau ini, lekaslah menikah. Agar mayor Zidan tidak lagi posesif kalau kau jadi ajudanku,"
Aku tertawa renyah melihat Mario yang menggaruk tengkuknya.

"Siap, izin. Akan saya pikirkan nanti," jawab Mario.

Aku mengangguk sambil cengengesan. Sampai didepan asrama, aku langsung berbalik menghadap Mario yang selalu membusungkan dada sikap sempurna.

"Izin, Bu Nabila. Saya hendak kembali kelompok saya."

Aku cuman menggelengkan kepala melihat formalitas Mario. Berkali-kali aku mengatakan jika tiada orang lain tak perlu seformal ini. Tapi kata orang ini, "Ndak enak bu, nanti saya lancang sama istri komandan"

Aku geleng-geleng kepala saat Mario memberiku hormat juga.

"Iya Mario, kembalilah"

"Siap laksanakan,"

Suara terakhir Mario sebelum dia berbalik dan melangkah dengan tegas kembali ke kelompoknya.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang