Wahai hati tetaplah tersenyum meskipun tiada senyuman untuk hati dari hari ini.
🍁Tiada yang perlu disesali berlarut-larut tapi ada yang harus diperbaiki sekarang.
⚓Sudah hampir 5 menit Nabila tidak sadarkan diri setelah diperiksa dokter Mia tadi, Ayah menyuruhku untuk menebus resep obat yang diberikan Mia tadi keapotik. Sedangkan ibuk dan ayah akan menjaga Nabila sebentar.
"Bisakah kita bertemu sekarang didepan apotik Sanjaya, aku mohon tidak akan lama."
_zidan_Didepan apotik aku mengirimkan sebuah pesan pada seorang wanita sambil menunggu antrian untuk membeli obat.
"Baiklah kak, aku sudah diperjalanan menuju kesana,"
_indria_Ya, wanita yang aku hubungi adalah Indria. Wanita yang menjadikan hatiku bimbang antara cinta dan nafsu.
"Ada apa kak, apa kau merindukanku,"
Indria sedikit menggodaku dengan kata-kata akrab saat dia menghampiriku diparkiran.
Aku rasa bicara disini bukanlah masalah, karena kita tidak berduaan. Aku tersenyum singkat padanya.
"Ada hal penting yang harus kita bicarakan."
Indria terdiam sesaat. Raut wajahnya sedikit merunduk sedih entah karena apa.
"Ayo kita ke cafe depan sana aja kak,"
Dia mengajakku berjalan berniat aku akan mengikutinya.
"Aku tidak ada waktu, Nabila sedang sakit dirumah."
Jawabku dingin. Aku menunjukkan obat-obatan Nabila yang baru aku tebus.Indria mengangkat sebelah alisnya.
"Lalu,"
"Dan itu semua karena aku,"
Kepalaku menunduk mengingat semua kesalahanku pada Nabila, istriku.
Indria ikut terdiam bersamaku. Dia menatapku lekat lalu menunduk.
"Kamu mau nyalahin aku buat semua ini mas,"
Tanyanya dengan nada sedih.Kepalaku menggeleng pelan lalu kusentuh pundaknya memintanya untuk menatapku saat bicara.
"Ini bukan salahmu saja, in. Ini juga salahku. Kita sama-sama bersalah untuk semua ini, maaf karena membuatmu sakit dengan semua ini, tapi aku tidak bisa menyakiti siapapun lagi untuk masalah ini."
Setelahnya aku melepaskan tanganku pada pundak Indria dan kita sama-sama menghembuskan nafas besar.
"Kamu menjadikan aku tokoh antagonis dalam ceritamu kak, kenapa ? Apa salahku,"
Satu tetes air mata terlihat mengalir di pipi Indria. Aku mencoba meredam tangisnya dengan sedikit menjauh darinya.
"Kita akan lebih menyakiti banyak orang jika semua ini kita teruskan Indria. Keluargaku, keluarga Nabila, dan keluargamu."
Aku rasa kenyataan ini semakin menampar Indria karena dia tersentak dan diam begitu lama dengan tangisan yang sedikit mengencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pendamping marinir
RomanceUntuk mendampingi orang besar seperti mu aku harus bisa tangguh sepertimu. agar aku tak mundur jika kamu membutuhkanku menahan keluh kesah mu. kita dipertemukan untuk sebuah perpisahan, ketika sang marinir memenuhi panggilan pertiwi, aku harus mampu...