manis pahit kopi 🍃

3.6K 216 0
                                    

Tenang seperti air laut. Menyimpan segala misteri dalam dasar masa lalu.
🌹


Pertemuan kemarin membuat ku teringat masa-masa dimana aku hanya mengagumimu kak.
Masa dimana tiada pikiran lain selain canggung, dan rasa takut bertanya.

Bimbang rasanya untuk memulai semua ini. Setelah kamu menyampaikan maksud itu apa yang bisa kulakukan selain terbayang kenangan dulu.
______🍃_______

Pemandangan disisi kanan kiri jalanan begitu mempesona, suasana kali ini sedikit renggang setelah tadi kita harus tegang gara-gara menunggu kak Zidan yang telat dijemput Doni. Dasar emang si Doni nya yang lemot, dah tau kita mau perjalanan pagi, eh malah dia bergadang semalaman. Kan jadi telat bangun, menyusahkan saja, membuat semua orang susah kalau begini.

"Kemana aja Don?" Tanyaku pada salah satu lelaki yang baru saja menaruh helemnya.

"Aku lupa kalau harus jemput kak Zidan dulu tadi" tanpa merasa bersalah dia malah nyengir.

"Gimana sih," sahut Fifi. "Pasti Lo nggak bukak chat dari gue kan," sambung Fifi.

"Gila, gue diajak ngebut sama kak Zidan, Sampek sekarang masih berasa ngeflay" ocean Doni menggerakkan tangan kak Zidan untuk menoyornya.

"Edan nih bocah, saya ditinggal dirumah. Tadi Lo hampir gue tinggal eh malah saya yang ditinggal" geram kak Zidan.

"Nak Zidan, berkasnya sudah lengkap semua kan?" Tanya pak kyai.

"Iya pak, InsyaAllah sudah lengkap"

"Ya sudah ayo semua masuk mobil. Kita berangkat sekarang" pak kyai langsung membuka pintu mobil dan kita pun mengikutinya.

Jam 08.15 rombongan mobil ini baru berangkat menuju Ponorogo. Aku minta duduk disebelah jendela lalu disampingku ada Fifi, dan setelah itu kak Zidan. Kenapa Fifi disamping kak Zidan, selain karena Fifi udah biasa deketan sama cowok, kak Zidan juga adalah sepupuh dekatnya. Jadi aman, keluarga sendiri kok.

"Besok ada exspo campus disekolah SMA ku dulu La, Fi. Dateng aja buat nambah info."
Ditengah perjalanan kak Zidan memberitahuku dan Fifi, tak lupa kak putra ikut melengkapi pembicaraan.

"Besok Lo Dateng nggak put?"
Kak Zidan menoleh kekursi belakang memandang kak Putra yang dari tadi sibuk makan cemilan yang aku bawakan untuk menemani perjalanan tadi.

"Aku sih yes. Lo gimana?" Balas kak Putra. Kak Zidan malah cekikikan nggak jelas.

"Gue juga ah, mau nemuin dedek emes,"
Jawabnya enteng disertai tawa renyah keduanya.

"Besok kalau mau datang, hubungi aku aja. Nanti ku arahkan ke stand fakultas ku ya La," ucap kak Zidan.
Aku menoleh kearahnya dengan cengiran.

"InsyaAllah kak. Kalau ada temennya," jawabku.

"Jangan mau La, ke stand ku aja. Jurusanku kan ada agama-agamanya gitu," sahut kak Putra.

Kak Zidan langsung menoyor pelan kepala kak putra karena mencoba mempengaruhiku. Mereka mulai membicarakan hal lain, terkadang aku mendengar kak Zidan seakan memuji sosok wanita yang terkadang dia bahas ketika bersama kami beberapa kali. Selain itu kita juga membahas cewek-cewek yang bisa dikatakan fansnya kak Zidan selama SMA, karena salah satunya adalah teman cewekku saat SD dulu.

"Parahnya lagi waktu dulu aku pernah bawain lagu qomarun. Baru juga lirik pertama udah pada teriak aja penontonnya"
Semangat kak Zidan ketika mengenang masa jayanya dalam grup gambus dulu.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang