Aku bukanlah Aisah yang ikhlas berbagi dalam cemburunya. Sedangkan aku tak mampu menjadi Fatimah untukmu yang seindah Rasulullah dan seperti Ali bin Abi Thalib di duniaku
⚓
Hari ke 2 setelah melahirkan, aku diperbolehkan pulang kerumah. Masih disurabaya, tapi sekarang rumah sedang ramai Karena ibuk dan ayah juga datang kemari. Sedangkan mamak dan bapak telah sampai disini terlebih dulu dari saat aku baru melahirkan zafran semalam.
"Kamu istirahat dulu ya, biar Zafran mamak yang jagain."
Mamak mengayun-ayun Zafran dalam gendongannya penuh kasih sayang. Sedangkan mas Zidan sedang membantuku untuk rebahan.
"Kamu pasti capek karena semalaman Zafran rewel minta susu, sekarang kamu tidur dulu ya... Mumpung Zafran lagi anteng sama mamak."
Mas Zidan menarik selimutku lalu membetulkannya sampai sebatas dadaku.
Malam kedua setelah kehadiran Zafran membuatku sedikit terbiasa daripada kemarin. Kemarin selain aku nggak bisa tidur karena Zafran rewel, tapi aku juga tidak terbiasa jika harus tidur dengan bantal tinggi tumpuk 4, kaki yang nggak boleh nginjak lantai kalau duduk harus ada bak besar buat nyangga kaki, pakai korset pelangsing yang super panjang 3 meter, minum jamu, ngunyah tumbar, nggak boleh tidur siang. Ya seperti itulah adat dirumahku memperlakukan wanita yang baru melahirkan sampai 40 hari kedepan.
"Iya mas, nanti kalau Zafran rewel lagi tolong bangunin aku ya,"
Pintaku menggenggam tangannya.Perlahan mas Zidan mengarahkan tanganku kearah bibirnya lalu mengecupnya. Siapa yang tak tersentuh jika diperlakukan sehangat ini.
"Iya, ratu Jalasenastri."
Goda mas Zidan sebelum beralih menutup pintu kamarku.
__________⚓___________Mataku kembali terbuka saat kulihat Jam 20.00 didinding kamarku. Tadi aku tidur setelah magrib dan sekarang aku terbangun karena terbiasa jika lupa belum sholat isya, tapi karena aku sedang masa nifas aku berubah haluan untuk menengok Zafran dikamar sebelah, tepatnya kamar bayi yang sekarang sedang dijaga mamak.
"Bapak,"
Kagetku saat dipintu kamar bapak tiba-tiba muncul dari dalam kamar Zafran."Kamu sedang apa nak,"
Tanya bapak melihatku mengelus dada karena kaget."Oh aku ingin menengok Zafran pak,"
Bapak manggut-manggut mengerti.
"Katanya, ibuk sama ayah mau kemari, kapan mereka datang ?"
"Satu jam lagi, pak."
Lagi-lagi bapak mengangguk setelah itu beliau berkata.
"Zafran tidak ada dikamar, La. Tadi Zidan membawanya keruang tamu karena dia sedikit rewel."
Aku sedikit terkejut mendengar kalau mas Zidan mengambil alih Zafran dan mencoba menenangkannya sendiri karena kasihan padaku.
"Kalau begitu aku menyusul mereka dulu ya, pak."
Setelah melihat bapak mengangguk aku langsung beringsut kearah ruang tamu yang terletak didepan.
"Zafran langsung tenang ya, kalau sama aku,"
Ucap seorang wanita muda yang tengah menggendong Zafran.Aku melihat mereka dari samping lemari, melihat betapa mereka saling memandangi Zafran seakan-akan itu anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pendamping marinir
RomanceUntuk mendampingi orang besar seperti mu aku harus bisa tangguh sepertimu. agar aku tak mundur jika kamu membutuhkanku menahan keluh kesah mu. kita dipertemukan untuk sebuah perpisahan, ketika sang marinir memenuhi panggilan pertiwi, aku harus mampu...