Dulu aku memperjuangkanmu disepertiga malamku. Dan sekarang aku akan kembali memperjuangkanmu disetiap waktu yang ku punya.
⚓"Kamu benar la, kamu istriku. Dan dia bukan siapa-siapaku, posisi kalian berbeda dihatiku. Dan semua itu dikuatkan dengan status kita,"
Kukecup lama kening Nabila yang sedari tadi matanya enggan terbuka.
"Maafkan aku,"
Lirihku berbisik tepat ditelinganya.Nabila sekarang tidak seperti tadi yang mengigau namaku tanpa henti. Setelah meminum obatnya, dia sekarang sudah sedikit tenang. Meskipun masih mengigau sesekali dan belum sadarkan diri.
Lama aku memandangi wajah ayunya. Berapa banyak air mata yang kutumpahkan darinya. Kenapa aku tak sempat berpikir seberapa besar luka yang kugoreskan pada hatinya.
Wanita ini terlalu sabar menghadapiku. Meskipun kita sama-sama keras kepala dan egois dia selalu bisa mengalah dari sifatku yang mendominan.
"Aku mencintaimu istriku."
Berulang kali aku membisikkan kata cinta tepat ditelinganya. Kuputuskan untuk ikut berbaring disampingnya, membawanya kepelukanku dan mendekapnya hangat.
_______________⚓____________Berulang kali mataku mengerjap menyesuaikan dengan cahaya matahari yang memasuki kamar. Apa ini sudah pagi. Ingin sekali bangun tapi rasanya masih enggan melepaskan pelukan hangat yang melingkupi tubuhku.
Kenapa mas Zidan jadi sehangat ini sekarang. Apa yang terjadi hingga semuanya seperti tidak terjadi apa-apa. Dengan pandangan sedikit menyipit aku memandangi wajah mas Zidan yang tenang dalam tidurnya. Tak lama setelahnya dia membuka mata perlahan.
"Shobahul khoir (selamat pagi) malamku,"
Ucapnya hangat. Lama aku tak mendengar sebutan itu sejak awal-awal menikah."Malamku itu sebutan buat putri raja ku sekarang"
Kata mas Zidan sehari setelah akad terucap.Lama kami saling berpandangan sebelum aku mengalihkan pandanganku menunduk menatap dada bidangnya. Tersentuh rasanya hatiku mengingat semua itu.
"Aku mau mandi mas,"
Alasanku melepaskan pelukannya."Maafkan mas,"
Lirihnya.Mas Zidan mengecup keningku lalu melonggarkan pelukannya.
Apa yang terjadi pada mas Zidan. Kenapa dia berubah sekarang. Apa dia sudah sadar, atau ini permainannya bersama wanita itu.
Setelah menyelesaikan acara bersih-bersih aku berniat ingin memandikan Zafran. Tapi saat diruang tamu aku melihat ada seorang wanita yang tengah menggendong Zafran. Dia tertawa bersama Zafran, bahkan Zafran juga terlihat sangat nyaman dalam pangkuannya. Sedangkan disamping wanita itu ada mas Zidan yang menatap mereka dengan pandangan yang tak bisa kuartikan.
"Indria,"
Panggilku.Ya, wanita yang tengah memangku Zafran adalah Indria. Bermaksud apa dia kemari pagi-pagi seperti ini.
"Hai Nabila."
Sapanya ramah dengan pandangan sinis."Kamu ngapain pagi-pagi kesini,"
Tanyaku dingin."La, kamu ndak boleh gitu dong..."
Potong mas Zidan mengingatkanku."Oh aku cuman pengen main sama Zafran kok, dan aku ingetin kalau aku Ndak akan mundur semudah itu."
Terkejut aku mendengarnya. Apa maksudnya dia tidak akan mundur.
"Jaga bicaramu Indria. Kemarin kamu berkata kalau..."
"Jadi kemarin kalian bertemu dibelakangku mas,"
Hilang sudah sabarku untuk diam dan mendengarkan penjelasan dari siapapun saat ini.
"Bukan gitu dek, ak aku bisa jelaskan semuanya."
Mas Zidan mencoba mencegahku untuk pergi. Tapi semua itu tak merubah pikiranku. Tanpa persetujuannya aku langsung mengambil Zafran dari gendongan Indria dan membawanya pergi ke taman terdekat, meninggalkan mereka berdua yang masih terpaku ditempat.
___________⚓________"Apa yang kamu mau Indria,"
Ucapku tajam.Melihat wanita didepanku ini menyunggingkan senyum sinisnya membuatku muak karena dia telah membuat Nabila tadi pergi keluar rumah.
"Aku cuman mau berjuang sekali lagi kok kak, apa aku salah."
Lirihnya memohon agar aku iba padanya."Itu salah in, karena aku akan tetap memilih Nabila, istriku."
Wajah Indria berubah jadi serius.
"Baiklah, aku tetap tidak akan mundur."
Sengitnya.Jengah rasanya menghadapi wanita ini.
"Mau kamu apa. Cukup Indria, biarkan aku bahagia dengan kehidupanku sekarang. Tolong lepaskan aku."
Emosiku semakin tersulut sekarang.
"Kamu jahat kak,"
Dia meneteskan air mata. Aku yakin kalau itu tanda dari kekecewaannya.
"Maafkan aku Indria. Tapi aku mencintai Nabila, dan aku lebih memilihnya."
Indria terdiam dalam tangisnya yang semakin tergugu.
"Kamu jahat kak Zidan,"
Tanpa berkata lagi Indria langsung pergi keluar rumah.Kembali kuhembuskan nafas panjang lalu duduk di sofa sejenak untuk meredam emosiku.
"Zidan, bapak ingin bicara padamu."
Spontan aku menoleh kearah pintu yang mana disana sudah ada bapak, mamak, dan Fahri yang berdiri didepanku. Mereka baru datang dari desa karena kemarin aku mengabari mereka jika Nabila tengah sakit.
"Baik pak, duduk dulu."
Ucapku sedikit gentar."Mamak sama Fahri kekamar aja ya nak,"
Pamit mamak menggandeng Fahri yang sedari tadi menatapku seakan-akan inggin menghajarku habis-habisan."Lepaskan putri raja bapak, Dan,"
Permintaan itu membuat jantungku seperti ditusuk seribu belati.
"Ta tapi pak, saya tidak mungkin melakukannya."
"Kenapa. Apa kamu mau menyakiti tuan Puteri bapak selamanya,"
Kembali kurasakan hatiku yang seperti ditembus ribuan peluru.
"Sampai kapanpun saya tidak akan melepaskan Nabila."
"Kalau begitu kamu pilih saja antara melepaskan putri raja bapak, Nabila. Atau menikahi selirmu itu."
Sarkas bapak.Tanpa memahami sikap diamku bapak langsung berlalu kekamar. Meninggalkanku sendiri yang masih terpaku diruang tamu.
![](https://img.wattpad.com/cover/219049874-288-k787318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pendamping marinir
RomanceUntuk mendampingi orang besar seperti mu aku harus bisa tangguh sepertimu. agar aku tak mundur jika kamu membutuhkanku menahan keluh kesah mu. kita dipertemukan untuk sebuah perpisahan, ketika sang marinir memenuhi panggilan pertiwi, aku harus mampu...