kau melamarku tanpa ta'aruf

2.4K 166 0
                                    

Jika tiada air mata diawal kisah bahagiamu, maka akan ada emosi untuk menggantikannya.

3 hari setelah dua orang pria itu saling berkenalan, mereka semakin mencoba mengakrabkan diri dengan ku. Terkadang mereka mengangguku dengan pesan ataupun cara-cara konyol untuk bisa menemuiku setiap hari.

Tring.....
Bunyi ponselku membuyarkan segala lamunanku. Kulirik pada layar yang tertera sebuah nama yang begitu kurindukan.

"Bapak," lirihku sambil menekan tombol hijau, lantas seseorang diseberang sana langsung mengucapkan salam.

"La, kamu jadi pulang hari ini kan?"
Ternyata mamak yang berbicara langsung to the poin.

"Iya, Mak. Nanti aku pulang jam 10"
Aku melirik jam ditangan ku, ternyata sekarang sudah jam 9.

"Yasudah, mamak tunggu. Nanti adikmu Fahri yang akan jemput, jangan lupa sebelum datang kerumah kamu harus mampir ke salon, nak!"

"Nggak perlu dijemput Mak, kasihan Fahri repot-repot kesini"

Sekarang sudah jam 9 kan, berarti Fahri sudah dalam perjalanan.

"Nggak pokoknya Fahri akan tetap jemput kamu. Dan jangan lupa mampir ke salon, Fahri tadi sudah bawa baju yang akan kamu pakai," tukas mamak tak terbantahkan.

"Memangnya acara apa sih Mak, kok Nabila harus kesalon segala?"

Jujur aku terlalu bingung karena dari kemarin mamak selalu mengingatkanku untuk ke salon, sedangkan ini hanya acara hajatan keluarga kan. Entah apa yang sedang ada dikepala cantik mamaknya itu.

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Ya sudah, mamak tutup telponnya ya"

Tuuuuuut...

Belum sempat aku menjawab mamak sudah menutup telepon secara sepihak.

Untung hari ini aku hanya punya jam pagi. Jadi aku bisa buat pulang kampung walaupun aku hanya dapat cuti 3 hari. Ya iyalah 3 hari, orang izin cutinya aja baru kemarin, gara-gara mamak sama bapak yang rempong itu menelpon atasanku sendiri. Kan jadi malu.

"Dokter Nabil, ada yang sedang mencari anda"
Seorang perawat mempersilahkan seseorang untuk masuk bersamanya keruanganku.

"Terimakasih sus," ucapku pada perawat yang saat ini beranjak keluar ruangan.

"Fahri, kenapa kau datang sekarang," ucapku pada adik laki-laki satu-satunya yang ku miliki.

"Nggak apa. Gue nungguin kakak," jawabnya santai sambil duduk manis di kursi pasienku.

"Tapi ini baru jam 9 kan. Kenapa kau sudah datang?" Tatapanku menyelidiki pada seseorang yang sedang menyeringai.

"Gue cuman mau segera membawa kakak pulang"

Jawaban tak masuk akan itu membuatku memutar mata jengah.

"Oh iya kak, kak Zidan kesini nggak?"
Fahri memang telah mengenal kak Zidan, Karena beberapa kali dia mengantarku bertemu dengan kak Zidan.

"Nggak tau, dari kemarin aku nggak ketemu dia," jawabku malas.
Aku pergi keruang rawat lain untuk menyelesaikan tugasku. Meninggalkan Fahri yang tersenyum sendiri diruanganku.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang