Pembinaan mental ⚓

2K 144 0
                                    

Layla bak Bunga melati yang mekar ditaman. dan Qoys adalah tamannya, yang tetap tersenyum melihat bunganya layu dan gugur.

Seperti cinta dan pengorbanan. Cinta akan mekar jika pengorbanan ikhlas melepaskan keraguan.

Rangkaian tes selanjutnya adalah pembinaan mental.

Pembinaan mental merupakan serangkaian persyaratan yang mengharuskan calon pengantin untuk menghadap disbintal TNI Al. Diantaranya nanti akan ada pernyataan kepribadian masing-masing. Berbagai pertanyaan juga akan diajukan, mulai dari nama lengkap calon suami, pangkatnya, prestasi selama pendidikan, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan calon suami.

"Siap izin menghadap ndan"
Mas Zidan memberi hormat kepada komandan dan istrinya yang sedang duduk menunggu kami diruangan khusus disbintal.

"Mana calon mu Dan?"
Tanya komandan mempersilahkan mas Zidan untuk duduk.

Mas Zidan langsung memintaku mengikutinya untuk duduk disampingnya.

"Siapa namanya dik?"
Tanya istri komandan ramah, dia juga mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan namanya. "Rina"

Aku tersenyum sebelum membalas jabatan tangannya. "Siap izin, Nabila Az-Zahra."

"Apa profesi mu dik?" Tanya mbk Rina lagi.

"Izin mbk, psikolog dan psikiater," jawabku mulai lancar dan terbiasa dengan kata siap dan izin.

"Wah, calonnya kapten Zidan selain cantik juga pintar," mbk Rina tersenyum kecil,aku membalasnya dengan senyuman.

"Siapa nama lengkap calon suamimu dik?"
Tanya komandan memulai pembinaan mental.

"Izin Ndan, Zidan Alfiansyah Akbar"

"Apa pangkatnya saat ini?"

"Siap izin, kapten, ndan. Dengan simbol 3 balok emas dan 3 bulan lagi akan dilantik sebagai mayor dengan simbol 1 bunga melati emas."

"Di korps apakah calon suamimu?"

"Izin Ndan. Korps marinir, dengan julukan hantu laut baret ungu. Identitasnya adalah baret ungu dengan amblem sebuah jangkar dan keris dengan dasar merah darah"

"Apa kamu sanggup mendampingi calon suamimu dalam bertugas dan menomor satukan NKRI."

"Siap, InsyaAllah saya sanggup."

"Apakah kamu sanggup untuk setia dengan calon istrimu?" Komandan menatap mas Zidan.

"Siap, InsyaAllah saya sanggup "

Inilah salah satu keuntungan istri tentara. Dia tak akan dimadu, Karena abdi negara dilarang untuk nikah 2 kali. karena menjadi contoh yang tidak baik dan tidak setia pada pasangannya, apalagi negaranya, maka dari itu poligami tidak diperbolehkan dalam golongan TNI.

"Apakah kalian pernah melakukan hubungan suami istri?" Tanya mbk Rina pada kami.

"Izin mbk, saya mengerti kaidah-kaidah dan norma agama dan hukum." Jawabku mantap.

Aku melihat komandan dan istrinya tersenyum mendengar jawabanku dan mas Zidan barusan.

"Kapan kapten Zidan akan menikah?" Tanya mbk Rina yang merupakan istri komandan.

"Izin, insyaAllah secepatnya mbk," jawab mas zidan.

"Sepertinya kapten Zidan sudah tidak sabar untuk mempersuntingmu dik," ucap komandan sambil tersenyum.

Aku dan mas Zidan cuman tersenyum sambil mengangguk sungkan.

"Ingat dik, untuk menjadi istri abdi negara tidaklah mudah. Kita juga harus membantu suami dalam bertugas, menjadi tempatnya pulang dan merelakan suami perperang,"
Wejangan dari mbk Rina.

"Selain itu keutuhan keluarga adalah tugas kalian berdua, saling mengerti satu sama lain, dan coba untuk saling mengalah. Jangan takut dengan ancaman luar dik, karena suamimu ini juga mengemban tugas yang berbahaya," imbuh komandan.

Aku mengangguk paham. "Siap, mengerti ndan, mbk," jawabku.

"Jangan lupa sama wejangan tadi ya dik, dan saya tunggu undangan resepsinya ya, kapten Zidan," mbk Rina tersenyum kecil.

"Siap izin, iya mbk." Jawab mas Zidan, sedangkan Aku cuman mengangguk sambil tersenyum.
______⚓______

"Nabila"
Mia memasuki ruanganku dengan wajah serius lalu duduk didepan kursi yang biasanya dipakai para pasienku untuk konsultasi.

Aku menoleh lelah sambil menyandarkan punggungku ke senderan kursi. Sedikit memijat keninggku yang terasa pusing karena kelelahan. Bayangkan, aku baru saja kembali kerumah sakit beberapa menit yang lalu dengan diantar mas Zidan, setelah itu aku langsung menangani seorang remaja yang mengalami trauma karena kecelakaan.

"Ada apa mi?"

"Kamu mau menikah tapi tidak bilang ke aku, gimana sih Nabil," Mia menatapku kesal.

Aku terjingkat mendengarnya, dari mana dia tahu. "A, aku.." ucapku tergagap.

"Sudahlah, pokoknya aku harus jadi pagar ayu di pernikahanmu nanti," dia nyengir.

Aku menghembuskan nafas lega, ternyata dia tidak marah padaku.

"Kamu kok kayak tertekan gitu sih Nabil," tanyanya kemudian.

"Aku dipaksa mi, dia melamarku tanpa memberitahuku. Bahkan tanpa izin dariku dia memintaku pada orang tuaku"
Aku mengusap wajahku prustasi.

"Menurutku dia lelaki yang keren tau, diam-diam langsung halalin." Jawab mia.

"Menurutku romantis itu ketika dia tidak terlalu mendominasi seperti ini," sanggahku.

"Tapi dia manis sekali bukan," Mia menjeda omongannya. "Lelaki yang berani, karena langsung mau menghadap orang tuamu sebelum menyatakan cinta." Lanjut Mia.

"Tapi nggak begini mi, aku kan nggak ada persiapan saat dia memberi kejutan. Dan itu membuatku malu," tukasku.

"Dia seserius itu. Dia memantapkan hatinya lalu mendekati Pemilikmu dulu, dan ridho orang tuamu dulu, baru hatimu." Sanggah Mia.

"Aku belum bisa menentukan apa yang hatiku mau mi," lirihku.

"Cari apa yang kamu butuhkan Nabil, bukan yang kamu inginkan," sarkas Mia.

"Tau ah, aku jadi kayak ngalamin psychosomatis, yang berupa penyakit akibat stress dan depresi karena beban fikiran yang tidak terselesaikan."

Aku menopang kepalaku sambil menumpunya diatas meja.

Mia menatapku dengan iba.
"Itu penyakit yang secara psikis seperti orang gila kan Nabil,"

Mia terkekeh renyah melihatku yang manyun kesal.

"Calon pengantin nggak boleh stres, nanti keriputan. Aku tunggu undangannya ya dokter Nabila sama kapten Zidan!"
Teriak Mia sambil keluar ruanganku.

Aku cuman memandangnya dingin tanpa mau menjawabnya.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang