pupusnya pedang pora 🍃

2K 140 0
                                    

Kenyataan terlalu menyakitkan untuk cinta yang jahat. Dia Memaksamu menelan air mata mu sendiri. Meremukkan satu-satunya hati yang kau punya.
🍃

Sepulang dari rumah sakit aku langsung menuju ke dermaga bhumi marinir. Awalnya aku sempat kebingungan karena kapal yang dinaiki mas Zidan dan anggota operasinya tidak berlabuh di dermaga utama, melainkan pada dermaga samping.

Langkah ringanku membawa rindu untuk bertemu dengannya. Setelah terpisah selama 2 bulan ini mas Zidan sangat jarang memberiku kabar. Dan aku rasa ini juga bawaan baby diperutku yang baru berusia 4 bulan, aku jadi ingin menempel pada mas Zidan setiap saat.

"Mas,"

Tanpa sadar sebulir air mataku jatuh ketika mataku melihat seorang wanita memeluk mas Zidan dengan erat. Mata mas Zidan menunjukkan sebuah kerinduan. Apa mas Zidan tak mengingat posisiku sekarang.

"Aku kembali. Aku ingin kita kembali"

Sebuah ucapan dari wanita itu membuatku sakit. Indria, ya wanita itu Indria. Sekarang hatiku jadi tak yakin untuk mendekati mereka. Baru selangkah aku berjalan mundur kak Rian sudah mengetahui keberadaanku.

"Nabila,"

Sial. mas Zidan menangkap air mataku yang jatuh dari tadi. Kenapa juga mereka harus melihatku dalam posisi ini. Dengan cepat aku menghapus jejak air mataku, tanganku mengusap perutku yang masih rata lalu berjalan dengan tenang menuju mas Zidan.

"Dia istriku,"

Ketika mas Zidan sendiri yang mengungkapkan siapa aku baginya. Dimana posisiku di sisinya. Saat itu aku memposisikan diriku di posisi Indria. Aku merasa jadi tokoh antagonis baginya, tapi dia menjadi tokoh antagonis bagiku.

____________⚓______________

*Indria pov*

"Kau tau salah satu impianku."
Ucapku pelan sambil sesekali melirik ke arah lelaki yang duduk disampingku.

Di taman sekolah yang luas ini hanya terdapat beberapa siswa siswi SMA yang sedang bersantai ataupun sekedar lewat.

Lelaki ini adalah salah satu warna istimewa yang mewarnai kisah putih abu-abu ku. Dialah orang pertama yang aku sebut cinta.

"Apa impianmu?"
Tanyanya menatap mataku.

Awal mula kisah ini hanyalah persahabatan antara aku, Zidan, dan Rian. Namun setelah 3 tahun semenjak kelas satu semester ganjil kita bersama. Kali ini hatiku kian terikat dengan lelaki disampingku ini.

Aku tersenyum manis kepada Zidan.

"Pedang pora saat pesta pernikahan."

Ucapanku membuat Zidan tersenyum. Tangannya terangkat ringan mengusap ubun-ubunku.

"Mungkin aku bisa mengabulkannya,"
Balasnya enteng.

"Bagaimana mungkin. Beasiswa kuliahmu bagaimana ?,"
Kekehku meremehkannya.

Dia memegang pundakku, menahannya untuk tetap menatap matanya.

"Bisa saja."
Lirihnya serius.

Aku kembali tersenyum, begitupun dengannya.

"Baiklah, aku percaya."

Dia merangkul ku dalam pelukannya yang hangat. Disinilah kita menjalani kisah terakhir masa SMA.

Setelah hari itu aku melanjutkan studi ku di salah satu kampus terbaik di Yogyakarta. Mendapatkan beasiswa jalur undangan dari universitas terkemuka di fakultas kedokteran adalah impianku, dan sekarang itu adalah jalanku menuju cita-cita ku.

"Aku harap tiada yang berubah dari hubungan kita,"
Lirih Zidan menatapku sendu.

Dia mengantarku sampai stasiun kereta sebelum kepergianku. Berat rasanya menjalani kisah dari kejauhan. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku memilih cita-cita dari pada cinta.

"Aku harap kamu juga tidak berubah,"
Ucapku lirih dan tersenyum semanis mungkin. Aku ingin perpisahan ini menjadi perpisahan yang indah.

"Keretanya sudah mau berangkat, naiklah."

Aku kembali tersenyum saat Zidan lagi-lagi mengusap ubun-ubunku lembut sambil tersenyum.

Selain aku yang berjuang meraih cita-cita ku. Zidan juga akan mengambil beasiswanya di salah satu universitas di Jawa timur pada jurusan teknik. Kita sama-sama akan mengejar apa yang jadi impian masing-masing. Bedanya, aku berangkat hari ini, sedangkan Zidan berangkat lusa.

Satu tahun pertama semua berjalan lancar. Tiada yang berubah diantara kita, dia tetap menjadi Zidan yang aku kenal dan aku tetap berusaha menjadi Indria yang dia kenal.
Jarak juga tak memupus cinta diantara kita. Sebelum masa itu terjadi, sebelum dunia api menyerang hati.

"Aku ingin kita rehat."
Ucapku mengakhiri segalanya dengan orang diujung telfon sana.

Beberapa hari ini dia memang selalu menghubungiku. Tapi aku jadi terganggu karenanya. Disaat aku lelah dengan kesibukannya dia mengangguku dengan telfon ataupun pesan yang terus menerus. Dan lagi dia selalu melarangku ini itu seakan aku ini tawanannya.
Oh ayolah, ini bukan zaman kerajaan yang apa-apa harus dilarang dilakukan. Dan lagi, aku sangat terkekang dengan hubungan ldr ini. Banyak lelaki yang mendekatiku, dan banyak pula wanita yang mendekatinya. Kita selalu saja merasa cemburu dan menahannya Karena jarak yang jauh.

"Baiklah, kalau cuman rehat."
_Zidan_

Lihatlah, dia masih terlihat mendominasi. Pesan terakhir dari lelaki itu sebelum nomernya tak sengaja terblokir Karena handphone ku masuk ke air.
Saat itu salah satu temanku tak sengaja menyenggol lenganku ketika kita berlibur di pantai. Dengan mulus handphone ditanganku meluncur begitu saja ke air.

"Yah, handphone ku."

Aku mengambilnya, mencoba mengotak-atik namun tak bisa menyala.

"Aduh gimana nih, maafkan aku Indria."
Teman wanita yang tadi tak sengaja menyenggol ku mencoba memperbaikinya.

"Eh, nggak apa kok. Lagi pula tadi aku juga tidak memegangnya dengan benar."
Ucapku menenangkannya.

Handphone itu bisa kembali menyala. Tapi semua berkas dan nomor telepon terblokir.
Sejak saat itulah aku kehilangan kontak dengan Zidan. Dan Zidan juga tak pernah mencoba menghubungiku lagi. Bolehkah aku menganggapnya menyetujui kata rehat demi meraih cinta masing-masing.

"Sekarang pedang pora itu pupus ya, aku terlambat menyadari kesalahanku kan,"
Batinku lirih. Kembali mencoba menahan air mata yang sedari tadi membanjiri wajahku.

Mengingat semua itu membuatku semakin sesak. Apalagi saat lelaki itu sendiri yang mengatakan. "Dia istriku," sembari merangkul wanita yang baru beberapa hari lalu menjadi temanku.

Kau tahu. Kata-kata itu bagaikan malaikat maut yang tanpa diundang datang untukku.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang