Akad 💐

2.5K 163 1
                                    

Putri raja selalu berdoa agar bisa bersama kekasihnya. Walaupun dia bukan dari kesatria dan dalam waktu yang sangat lama.

Dekorasi luar rumah Nabila sangatlah menunjukkan bahwa akan ada kebahagiaan didalamnya. Selain dari dekorasi pernikahan juga ada janur kuning yang melekung didepan.

Ketika riuh suara dari luar mengabarkan bahwa rombongan keluarga mas Zidan sudah sampai beberapa menit yang lalu membuatku makin tak karuan.

Aku memang tidak didudukan berdampingan secara langsung dengan mas Zidan nanti. Setelah dirias aku hanya akan menyaksikan akad ku dari sebuah monitor yang menghubungkan aku dan mas Zidan diluar.

"Wah, anak mamak sudah siap"
Mamak memasuki kamarku. Aku melihat mamak yang selalu anggun saat menggenakan kebaya berwarna biru.

Tanpa bicara aku langsung memeluk mamak saat mamak baru saja duduk disampingku. Tanpa bisa kutahan air mata ku menetes begitu saja.

"Shut.. Ndak boleh nangis, akadnya udah mau dimulai, nak"
Mamak menepuk-nepuk pundakku penuh kasih sayang. Tak lupa mamak juga menghapus air mataku yang menetes.

"Nabila takut Ndak bisa seperti mamak dalam memenuhi tugas rumah tangga," lirihku semakin erat memeluk mamak.

"Nabila bisa kok. Mamak yakin, kalau Zidan adalah yang terbaik untukmu."
Mamak menangkup pipiku lalu mencium keningku sejenak.

"Wah, calon mantu ibuk cantik banget,"
Suara ibuk dari sudut pintu membuatku dan mamak langsung menoleh kearahnya.

"Sudah siap nak?" Tanya ibuk ketika mengambil duduk disampingku.

Sebelum aku menjawab, ibuk malah memelukku terlebih dulu.
"Ibuk tahu, kalau kamu deg-degan sekarang," canda ibuk menghadirkan senyum diantara kami bertiga.

Suara khutbah nikah mulai terdengar merdu dari ruang depan. Merenyuh hati siapapun yang mendengarnya, menentramkan pikiran yang resah.

"Yaa Zidan Alfiansyah Akbar bin Akbar uzawwijuka 'ala ma amarallahu min insakin bima'rufin au tasriihim bi ihsanin yaa Nabila Az-Zahra binti Arifin."

Ucap bapak mantap dengan tangan saling berjabat tangan dengan mas Zidan.

"Na'am"

"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Nabila Az-Zahra binti Arifin alal mahril emas 16 gram dan seperangkat alat sholat halal"

(Aku nikahkan engkau dan aku kawinkan engkau dengan pinangan mu, putriku Nabila Az-Zahra binti Arifin dengan mahar emas 16 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai).

"Qobiltu nikaahahaa wa tajwiijaaha bil mahril madzkuur wa rodhiitu bihi Wallahu walliyut Taufiq"

(Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang disebutkan dan aku rela dengan hal itu, dan semoga Allah memberi anugerahNya.)

"Sah?"

"Saaaaaaah...."

Qobul yang diucapkan mas Zidan dalam satu tarikan nafas membuatku tanpa sadar meneteskan air mata.

"Kamu berhasil membuatku jatuh cinta mas, sejak ijab qobul itu terucap,"
Lirihku dalam batin sembari memegangi dadaku yang berdetak lebih kencang.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang