pernikahan umi dan Kevin 💐

2.1K 130 6
                                    

Kenyataan selalu melebihi ekspektasi. Entah itu lebih indah, atau lebih menyedihkan. Memaksa kita untuk tegar dan sabar

"Bapak ingin bicara denganmu sebentar nak,"

Bapak menghalau mas Zidan yang mau kekamar setelah tadi mengantar ibuk dan ayah kekamar tamu. Saat itu aku yang baru saja keluar dari kamar bayi dengan niat mau mengambil minum tanpa sengaja aku mendengar percakapan mereka.

Sama seperti tadi saat mendengarkan mas Zidan dan indria, sekarang aku juga kembali bersembunyi dibalik lemari kaca pemisah antara dapur dan ruang tamu.

"Ada apa, pak ?"
Tanya mas Zidan mengikuti bapak duduk didepannya berbatasan meja persegi.

Aku melihat raut wajah bapak yang serius, sedangkan mas Zidan terlihat sangat tegang. Mata mereka saling melirik satu sama lain menambah suasana mencekam diantara mereka.

Perlahan bapak menghembuskan nafas kasarnya sebelum berbicara.

"Kamu ingat, dulu kamu bilang sama bapak kalau kamu ingin menjadikan anak bapak sebagai permaisuri mu."
Lirih bapak dengan diakhiri senyum.

"Saya selalu mengingatnya, pak,"
Jawab mas Zidan.

Aku rasa mas Zidan mulai terlihat lega jika dia tak akan mendapatkan pertanyaan yang aneh-aneh dari bapak.

"Saat itu saya minta kamu berjanji. Jadikanlah putri bapak satu-satunya ratu dalam kerajaanmu. Yang artinya tidak ada selir lain yang akan bersanding denganmu !, kau ingat itu Zidan ?.

Mas Zidan tersentak mendengar ucapan bapak. Dia mengangguk canggung untuk mengiayakan kata-kata bapak.

Aku pelan-pelan membuang nafas besarku. Apa yang akan terjadi selanjutnya benar-benar diluar dugaanku.

"Bapak ingin kebahagiaan putri bapak bersamamu. Karena bapak tahu jika dia tak setegar Aisyah dalam berbagi kasih dengan cemburunya."

Bapak menjeda kata-katanya, sejenak mereka saling terdiam.

"Saya mengerti itu pak, dan saya tidak berniat untuk membuat putri bapak terluka."

Kata-kata yang terdengar biasa bagiku, entah karena apa. Tapi aku sama sekali tak tersentuh olehnya.

"Tapi kenyataannya kamu tidak bisa sepenuhnya membahagiakan putri saya kan!. Jika itu benar maka lepaskanlah putri bapak, Nabila."

Sakit hatiku rasanya seperti dihantam ribuan petir secara bersamaan. Apa maksud bapak bicara seperti itu. Dari mana bapak tahu jika aku tak bahagia selama ini, padahal aku tak pernah menceritakan apapun pada mereka.

"Maaf pak,"

Maaf. Maaf yang bagaimana yang dimaksud mas Zidan. Jika itu maaf yang diartikan bahwa dia memang bersalah, maka lengkaplah sudah kekecewaanku padanya.

"Pikirkan baik-baik, tinggalkan wanita itu. Atau lepaskan Nabila !."
Sarkas bapak beranjak berdiri.

Bapak menunggu jawaban mas Zidan, tapi mas Zidan malah hanya diam saja tak menjawab sampai bapak pergi dari hadapannya.
________⚓________

Waktu berjalan 3 bulan setelah kejadian itu. Zafran putraku sekarang sedang dalam masa aktif belajar tengkurap. Seorang ibu ikhlas jika harus lelah dalam menjaga anaknya, tapi apakah seorang istri akan selalu kuat jika memahami posisi suami yang menyakitinya.

Aku pendamping marinirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang