Aaron POV
Pagi ini aku diminta.. bukan bukan.. Ini bukan permintaan tapi pemaksaan. Aku dipaksa untuk mengantarkan sebuah berkas laporan oleh Panther untuk Leon. Dia memang seenaknya saja, tiba-tiba datang ke istana ratu dan menyuruhku mengantarkannya di pagi buta seperti ini. Ini masih jam enam pagi. Panther beralasan dia harus buru-buru pergi ke Kota Cambel untuk melihat pembangunan rumah sakit yang akan menjadi salah satu rumah sakit terbesar di Kerajaan Moonnariggh. Huh.. Kenapa dia tidak langsung saja pergi ke istana raja dan berikan laporannya langsung. Padahal tubuhku masih belum pulih sepenuhnya sejak saat itu.
Jam setengah tujuh, aku berangkat ke istana raja dengan pakaian seadanya. Ya, seadanya. Aku baru saja berencana mandi pagi jam enam karena saat ini matahari sudah terbit jam setengah lima pagi. Jadi, jam enam sudah terlihat cukup terang dan cocok sekali mandi. Kebiasaanku mandi 2x sehari selama tinggal di Indonesia tetap terbawa ke sini.
Aku bertemu beberapa pelayan dan ksatria yang menjaga di sekitar istana raja. Mereka tersenyum ramah kepadaku, tentu saja aku membalas mereka dengan senyuman.
Setelah sampai di depan pintu besar istana raja, aku bertemu yang pas sekali dengan kepala pelayan istana. Aku memberitahunya bahwa aku ingin bertemu dengan Leon untuk memberikan berkas penting. Sang kepala pelayan mengangguk dan mengantarku sampai ke sebuah pintu yang sudah tak asing bagiku. Ya, aku sudah beberapa kali masuk ke ruangan itu yang merupakan ruangan kerja Leon.
Belum aku ketuk. Aku sudah mendengar suara deratan pintu. Aku melihat pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita berambut perak dengan mata dark mahagony.
Mataku tak dapat lepas untuk menatapnya. Ia menyadari aku yang terus menatapnya dan tersenyum kepadaku. Wajahku menjadi kaku saat ia tersenyum. Aku merasa percaya tak percaya jika aku bertemu dengan 'Sang Tokoh Utama'.
Ia pergi setelah ia memberikan anggukan. Aku tersadar ketika seseorang di hadapanku berdiri dengan tubuh tinggi dan besarnya.
"Ada apa kamu ke sini?"
Tentu saja aku mengenalnya. Dia Leon, pria yang berdiri berhadapan denganku yang sedang berkacak pinggang.
"Ya-yang mulia.."
Aku memberikan sikap hormat kepadanya. Dia berdecih, "Sudah ku bilang, jadilah dirimu yang asli saat bersamaku."
"Tapi ini sudah menjadi diriku." Ucapku menatapnya.
Ia menghela nafas, "Tak usah bersikap formal jika hanya kita berdua."
Ia segera masuk kembali ke ruangannya, "Kamu tidak akan masuk?" Ia menoleh ke arahku.
Aku terperanjat dan mengikutinya untuk masuk ke dalam ruangannya.
Leon duduk di salah satu kursi begitu pun denganku. Aku duduk berhadapan dengannya.
Kepalaku terisi dengan sosok wanita yang ku temui. Tiba-tiba saja aku merinding saat teringat akhir kisah dari Elizabeth.
"Jadi, apa maksud kedatanganmu ke sini?" Tanya Leon membuka topik.
Aku menyerahkan sebuah berkas laporan yang dititipi Panther kepada Leon, "Pangeran memintaku untuk memberikannya kepadamu."
Leon memandang sekilas laporan yang ku taruh di atas meja, "Itu saja?"
Aku mengangkat alis, "Y-ya. Itu saja."
Leon menumpukan tangannya sebagai penopang dagunya di sisi kursi yang ia duduki. Ia menatapku dengan tajam dengan mata oddnya.
"Aku masih penasaran denganmu." Ujarnya.
Aku memalingkan mata, "Apa yang membuatmu masih penasaran tentangku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...