Sayonara [END]

1.3K 72 20
                                    

Berbulan-bulan telah berlalu. Eliza saat ini terbaring di atas kasur dengan keadaan lemah. Setelah penyakitnya yang menggerogotinya semakin parah. Dimulai dari sebelah kakinya yang tidak dapat dia gerakkan hingga akhirnya dia dinyatakan lumpuh total. Eliza hanya dapat berkeliling menggunakan kursi roda ditemani para pelayan dan Leon. Panther bersusah payah mencari penawar untuk Eliza. Sayangnya, dia belum bisa menemukannya hingga saat ini. Tak jarang, pria itu menyalahkan dirinya karena tidak berkompeten. Namun, sebenarnya itu tidak benar. Penyakit yang bersemayam pada tubuh Eliza adalah penyakit yang sangat langka ditemukan. Para ahli yang diberada pada bawah perintah Leon pun dengan ekstra keras mencari penawar untuk Eliza. Namun, beluma ada satu pun penelitian yang membuahkan hasil. Leon hanya mendengus kesal setiap kali dia mendapatkan laporan perkembangan penelitian yang mengecewakannya. Dia hanya berharap ada satu cara yang ditemukan untuk pengobatan istrinya.

Eliza meminta seorang pelayan membantunya untuk berkeliling istana. Sudah seminggu dia hanya terbaring di atas kasur. Sesekali dia berharap setiap kali dia bangun, dia akan merasakan respon dari kedua kakinya. Sayangnya, dia hanya tersenyum lemah. Harapannya harus dia kubur dalam-dalam. Setelah para dokter memvonisnya lumpuh total. Dia hanya dapat menyerahkan dirinya dan mensyukuri bahwa kedua tangannya masih bisa dia gerakkan.

Metty dan dua pelayan membantu Eliza untuk beralih pada kursi roda di dekat kasur. Kemudian Metty mendorongnya perlahan menuju ke luar ruangan dan menemani Eliza berkeliling istana. Beberapa pelayan yang berpapasan dengan mereka berdua, memberikan sapaan yang hangat dan penuh hormat khususnya pada Eliza. Wanita itu hanya tersenyum dan memberikan respon singkat. Sebenarnya, dia cukup kelelahan jika terus menanggapinya dengan panjang lebar. Energinya seperti terkuras habis hanya dengan berbicara dengan mereka.

Melihat pohon-pohon di sekitar istana telah berguguran. Sebentar lagi musim dingin akan tiba. Eliza selalu menantikan musim dingin untuk mengunjungi makam mungil yang terletak tidak jauh dari lingkungan istana. Tepat, hampir setahun yang lalu Eliza kehilangan bayi yang dia kandung. Dia akan mengunjungi makam mungil itu untuk menabur bunga dan mendoakan bayi itu untuk tenang di alam sana.

"Metty, saat musim dingin tiba. Mari kita memetik beberapa bunga dan menaburkannya di makam anakku." Ucap Eliza pada pelayan setianya, Metty.

Metty bergeming, dia mengingat kembali momentum sang ratu yang jatuh tidak sadarkan diri untuk menolong putra mahkota. Meski naas, sang satu harus kehilangan anak yang sedang ia kandung.

"Baik, Yang Mulia." Metty mengangguk dan menatap Eliza yang sedang memandang pemandangan di halaman istana.

Eliza menutup matanya dan mengatur nafasnya dalam. Pagi yang begitu menenangkan. Itulah yang dia pikirkan saat ini. Entah berapa lama dia akan merasakan ketenangan yang saat ini ia rasakan. Melihat tubuhnya yang semakin kurus, dia tidak terlalu yakin dia memiliki usianya yang panjang. Mungkinkah karena ini telah berakhir, dia tidak dibutuhkan lagi di dunia fiksi yang saat ini ia tinggali.

Beberapa waktu berlalu, Eliza menuliskan sebuah surat singkat untuk Leon. Dalam surat tersebut berisi sebuah permintaan Eliza untuk pergi ke suatu tempat yang begitu indah dengan bunga-bunga yang berguguran. Surat itu ia kirim melalui seseorang yang dipercayai sebagai pengirim pesan pribadinya. Leon yang saat ini sedang melakukan pertemuan tentang persiapan di musim dingin bersama para perwakilan dari berbagai divisi di kerajaan. Pesan yang dikirim oleh seorang messenger telah sampai di meja kerja Leon.

Selang beberapa hari berlalu. Surat yang sempat Leon baca telah ia pegang saat ini di tangannya. Dia sudah bersiap dengan pakaian mewah terbaiknya. Seluruh item di tubuhnya adalah model terbaru dan termahal sebagai persembahan khusus bagi istrinya. Sebuket bunga mawah merah yang cantik pun sudah terhias dengan pita keemasan.

Leon berjalan menuju istana Eliza setelah ia yakin semuanya telah disiapkan dengan baik. Sebelum Eliza mengirimkan surat beberapa waktu lalu. Dia menyampaikan bahwa dirinya ingin tinggal di istana ratu seperti dahulu dan Leon datang untuk menjemputnya. Tidak ada kata tidak dari Leon, dia hanya ingin melihat senyum istrinya dan mengabulkan segala yang istrinya inginkan.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang